Narwastu.id – Tahun 2015 sudah di depan mata. Hiruk pikuk segala peristiwa di tahun 2014 akan segera berlalu. Pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 sudah terbentuk dan langsung “tancap gas”. Hanya dalam waktu dua minggu sesudah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, aura kerja, kerja dan kerja sudah sangat terasa di berbagai sudut negeri. Blusukan ke Sinabung Tanah Karo dan ke Mamuju Sulawesi Barat serta e-blusukan di awal Nopember 2014 sungguh sangat memancarkan aura tersebut. Bahkan dalam perjalanan internasional perdana (8-16 November 2014), untuk menghadiri APEC Economic Leaders Meeting di Beijing, ASEAN Summit di Myanmar, dan G-20 Leaders Summit di Brisbane, Australia, Presiden Jokowi mampu member nuansa semangat dan gairah tersendiri bagi para pemimpin negara lain.
Bagi semua pelaku usaha di negeri ini, tampak semakin tersedia peluang yang sangat terbuka dengan jelasnya komitmen pemerintah yang menekankan kepada pemerataan ekonomi yang mengarah kepada pertumbuhan. Dalam tiga tahun ke depan ditargetkan akan tercapai swasembada pangan. Untuk mencapainya, langkah konkret yang dilakukan adalah dengan percepatan pembangunan banyak waduk. “Jadi tiap tahun saya ditargetkan oleh beliau (Presiden Jokowi) minimal 5 waduk selesai dibangun. Harus bisa diwujudkan, namanya ditargetkan. Untuk 2014-2015 yang 11 waduk itu anggarannya Rp 8,2 triliun. Dan ini pasti jadi prioritas karena beliau ingin dalam 3 tahun sudah bisa swasembada beras, jagung dan kedelai,” ungkap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (liputan6.com, 8 November 2014).
Di sisi lain, pemerintah juga menargetkan adanya “tol laut” (bukan jalan tol di atas laut) yang akan membuat distribusi barang dapat lebih lancer sehingga harga semen di Papua kurang lebih akan sama dengan harga semen di Jakarta. Tidak seperti sekarang, harga semen di Papua mencapai 20 kali lipat dibandingkan dengan harga semen di Pulau Jawa. Pembangunan tol laut ini intinya adalah membangun fasilitas pelabuhan-pelabuhan dan pengadaan kapal-kapal yang dapat memperlancar seluruh aliran orang dan barang melalui laut. Indonesia yang memiliki 13.466 pulau yang terdaftar dan berkoordinat (www.bakosurtanal.go.id,8 Mei 2014) membutuhkan komitmen yang tinggi dan konsep yang kuat dalam mewujudkan poros maritim.
Peluang yang lain juga dating dari pembenahan-pembenahan yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Langkah-langkah Menteri Susi Pudjiastuti sangat mengejutkan banyak pihak. Komitmennya untuk meningkatkan pendapatan para nelayan dan membasmi pencurian hasil laut Indonesia membuat banyak pihak memberikan dukungan dengan sangat semangat. Menteri Susi yang semula diragukan kepiawaiannya, belakangan menuai decak kagum publik. Dia menargetkan pendapatan dari kapal-kapal penangkapikan yang semula Rp 300 miliar menjadi Rp 5-6 triliun per tahun. Dia juga rela menyumbangkan gaji sebagai menterinya untuk mengasuransikan para nelayan di Pangandaran yang sudah tidak bisa melaut.
Kementerian Perhubungan yang menterinya mantan Direktur Utama PT KAI mewajibkan PNS di kementeriannya melakukan piket hari Sabtu dan Minggu. Intinya Menteri Ignatius Jonan ingin mewujudkan pelayanan 24 jam dalam seminggu karena semua transportasi berjalan non stop sepanjang hari sepanjang tahun. Ini berarti akan mendorong semua pelaku bisnis transportasi memberikan layanan terbaik bagi semua konsumennya. Birokrasi tidak akan menjadi penghambat, tapi pendorong kerja professional dan pelayanan prima pelaku bisnis.
Tiga kementerian di atas hanya sebagai sampel dari 34 Kementerian di Kabinet Kerja Presiden Jokowi yang “tancap gas” segera sesudah dilantik. Semua langkah cepat ini memiliki dampak fisik dan psikologis. Dampak fisik berupa jumlah pembangunan infrastruktur di seluruh negeri akan sangat meningkat. Ini berarti akan ada banyak uang beredar, akan ada banyak tenaga kerja yang terlibat, dan akan ada banyak teknologi yang digunakan. Dengan demikian investasi dan konsumsi juga akan meningkat. Pelaku usaha di bidang apapun akan memiliki peluang yang sangat banyak untuk menjalankan usahanya di sepanjang tahun 2015.
Dampak psikologis bagi semua pihak adalah tumbuhnya keberanian dan semangat untuk melangkah ke depan. Keteladanan sudah ada. Bukti-bukti sudah tersedia. Dukungan banyak negara begitu terbuka. Tidak ada alasan untuk tidak optimis. Kalaupun masih ada yang bernada pesimis dan nyinyir, bagaimana pun itu dibutuhkan untuk kontrol agar tidak terlena dan lengah dalam menjalankan prinsip kehati-hatian menjalankan usaha. Selamat Natal 2014 dan Selamat Tahun Baru 2015.
* Penulis adalah Founder &CEO SHI Consultant – Strategic Consulting, Training, Outsourching& Research. www.suksesholistikindonesia.com