Pemimpin Majalah NARWASTU 9 Tahun Lalu Berbicara di Kantor Kementerian Koordinator Polhukam

237
Tampak Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe diabadikan seusai diskusi bersama Brigjen TNI A.P. Simanjuntak (Kementerian Koordinator Polhukam/kedua dari kanan), Brigjen TNI Harsanto Adi (Kementerian Koordinator Polhukam/kiri) dan Brigjen Pol. Dzainal Syarief, S.H., M.H. (Mabes Polri/kanan).

Narwastu.id – Tak kenal, maka tak sayang, begitu bunyi sebuah pepatah. Itulah yang melatarbelakangi sehingga pada medio April 2011 silam atau 9 tahun lalu, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) mengundang dua pemimpin media Kristen untuk berdiskusi dengan topik “Penerbitan Media Komunitas”. Dua pemimpin media Kristiani yang diundang, yakni Jonro I. Munthe (Majalah NARWASTU) dan Yusup Mujiono (Majalah Gaharu). Diskusi diadakan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Polhukam di Jalan Merdeka Barat No. 15, Jakarta Pusat.

Dalam acara itu hadir sejumlah praktisi humas (hubungan masyarakat) dan praktisi media dari Mabes Polri, Kementerian Pertahanan RI, Pusat Penerangan TNI, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Aparatur Negara, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM. Saat membuka acara itu, moderator diskusi yang juga Asisten Deputi Koordinasi Media Massa Kementerian Polhukam, Brigjen TNI Drs. Harsanto Adi, S. M.M. menuturkan, tujuan diskusi ini adalah untuk mendengarkan pemaparan dari praktisi media komunitas, seperti media Kristen dalam melihat persoalan bangsa dan negara sekarang ini.

Menurut Harsanto Adi yang juga aktif melayani di Gereja Gerakan Pentakosta, Kementerian Polhukam sebenarnya sudah beberapa kali mengundang praktisi pers dari media-media nasional, Dewan Pers dan peneliti dari CSIS, seperti Dr. Kusnanto Anggoro untuk berdiskusi tentang peran media massa di Indonesia. Namun, dalam perjalanan selanjutnya, kata Harsanto, Kementerian Polhukam tersadar bahwa media Kristiani pun punya pengaruh besar di tengah masyarakat dan bangsa ini. “Makanya pimpinan Majalah NARWASTU dan pimpinan Majalah Gaharu kita undang berdiskusi di sini,” ujar Harsanto.

Media Kristiani, tukas Harsanto, tak bisa dianggap kecil, karena pengaruhnya pun terasa di masyarakat. “Media tak hanya memberikan informasi kepada masyarakat, tapi juga bisa membentuk karakter. Misalnya, kalau karakter media itu radikal, maka bisa membuat pembacanya radikal. Jadi ini satu langkah yang baik, karena kita bisa berdiskusi dengan teman-teman media Kristiani dari NARWASTU dan Gaharu. Tujuan kita berdiskusi ini semata-mata untuk kepentingan bangsa dan negara. Selama ini tidak terjalin komunikasi di antara kita, sehingga tak saling mengenal dan menyayangi,” tukasnya.

Suasana diskusi di kantor Kementerian Koordinator Polhukam. Demi kepentingan bangsa.

Mencerdaskan dan Membantu Umat

Pembicara pertama Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe memaparkan bahwa media Kristiani, seperti NARWASTU sesuai dengan mottonya “menyuarakan kabar baik.” “Kabar baik itu adalah Injil, yaitu mengupayakan perdamaian, kerukunan, keadilan, prososial, kesejahteraan dan kebersamaan. Demikian juga di tengah bangsa ini, meskipun kami berada di tengah komunitas Kristiani, tapi kami tetap berupaya mencerdaskan bangsa ini lewat media yang kami terbitkan. Kami pun ikut mensosialisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika,” ucap Jonro yang juga membagikan makalahnya berjudul Peran Media Kristiani Dalam Membangun Nilai di Tengah Masyarakat dan Bangsa yang Majemuk dalam diskusi tersebut.

Tugas pers, tukas Jonro, apalagi sejak reformasi bergulir, pers selain menyampaikan informasi, sebagai media menyampaikan gagasan, sebagai media pendidikan, menyampaikan hiburan dan kontrol sosial juga sebagai pemersatu bangsa. “Makanya, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika itu terus juga kami sosialisasikan lewat NARWASTU,” paparnya. Di samping itu, imbuh Jonro, persoalan ketidakadilan dan diskriminasi tak luput pula diberitakan media Kristiani, seperti adanya penutupan tempat ibadah di sejumlah daerah.

Di samping itu, kata Jonro, ketika terjadi bencana alam, bahasa kasih pun disampaikan dalam setiap pesan atau berita yang diterbitkan, yakni mengajak warga gereja agar ikut berdoa dan membantu sesama yang berada di Aceh dan Sumatera Barat karena tertimpa bencana alam. “Meskipun Aceh dan Sumatera Barat mayoritas masyarakatnya Islam, kita tunjukkan kepedulian dan bahasa kasih, itulah kabar baik. Juga ketika ada yang korupsi, kita suarakan bahwa korupsi adalah tindakan yang tak mengasihi sesama,” terangnya.

Jonro pun menuturkan, menerbitkan media sebenarnya kerjaan gila, karena dana yang dibutuhkan tidak kecil. “Karena kalau bicara iklan, banyak iklan tersedot ke media televisi,  radio dan koran-koran besar. Namun puji Tuhan, Majalah NARWASTU masih bisa tetap terbit,” paparnya. Sedangkan Pemimpin Umum Majalah Gaharu, Yusup Mujiono, yang dalam kesempatan itu membagikan majalahnya kepada peserta diskusi yang hadir sekitar 30-an mengatakan, selama ini sering media Kristen dipandang sebelah mata, padahal media Kristiani seperti Gaharu pun ingin mencerdaskan bangsa ini dengan informasi-informasi yang disampaikan.

“Kami adalah bagian dari bangsa ini, jadi kami ingin berpartisipasi lewat media Kristiani untuk menyuarakan aspirasi umat Kristiani. Gaharu dengan segala kemampuannya berupaya hadir di seluruh Indonesia untuk menyampaikan informasi. Selain menyuarakan masalah gereja, tentu kami pun memberitakan masalah hukum, politik dan sosial dari perspektif Kristen. Sekarang kami berkantor di sebuah perumahan, dan majalah kami tersebar di toko-toko buku Kristen dan mall. Seperti yang disampaikan Pak Jonro Munthe tadi, hanya kemurahan Tuhan saja yang membuat kami bisa tetap eksis. Dan tidak gampang menerbitkan media,” pungkasnya.

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe (tengah) tampak bersama Brigjen Pol. Drs. Dzainal Syarief, S.H., M.H., Kepala Biro PID Divisi Humas Mabes Polri, (kanan) dan Hartind Asrin, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI.

Diskusi yang Baik untuk Menjalin Komunikasi

Pemimpin Usaha Majalah Gaharu, Yuli Mariana, menambahkan, bahwa media komunitas seperti Gaharu selama ini memang berjalan sendiri. Katanya, selain untuk mencerdaskan bangsa, Gaharu tentu saja membutuhkan iklan-iklan, dan itulah perjuangan yang tidak ringan. “Seperti yang disampaikan Pak Jonro, kami adalah bagian dari bangsa ini, jadi kami ingin berbuat sesuatu lewat media kami untuk kebaikan negeri ini,” ujar perempuan Jawa lulusan STT Inalta, Jakarta, itu.

Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI, Hartind Asrin mengatakan, diskusi ini sangat bagus karena kita bisa mendengar pemikiran-pemikiran dari teman-teman dari media Kristiani. “Memang kalau tak kenal, kita tak saling sayang. Ke depan memang kita perlu membangun komunikasi agar bisa membicarakan kepentingan nasional,” ujarnya. Sedangkan seorang peserta diskusi dari Kementerian Aparatur Negara mengungkapkan, diskusi ini sangat baik, karena ketika ada ketulusan, kejujuran, serta ada integritas, yaitu antara ucapan dan tindakan sama, maka bangsa ini akan sangat baik. “Teman-teman dari media Kristiani ini sangat kami hargai,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Harsanto Adi meminta agar Kementerian Menhukam, Kementerian Aparatur Negara, Kementerian Dalam Negeri dan yang lain bisa menjalin komunikasi yang baik dengan media Kristiani, seperti Majalah NARWASTU dan Gaharu. “Termasuk mengirimkan tulisan ke media itu, misalnya, untuk menyampaikan sosialisasi,” ujarnya. Harsanto Adi mengakui bahwa media punya pengaruh besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, makanya ia meminta media Kristiani agar bisa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.

Jonro I. Munthe pun menuturkan, kalau pesan-pesan yang disampaikan media itu sehat dan baik ke publik, maka masyarakat yang membacanya pun akan sehat. Sebabnya, katanya, media harus bijaksana dalam menyiarkan setiap pesannya, karena akan berpengaruh pada publik yang membacanya. Termasuk Jonro mengkritik penyebutan “makelar kasus” yang ramai di berbagai media massa nasional dengan sebutan “Markus”. “Markus itu nama nabi di Alkitab, dan tak bijaksana kalau media-media mendiskreditkan nama Markus. Dan ini opini yang rasanya tidak tepat dipublikasikan. Lebih baik dipakai istilah lain untuk menyebut makelar kasus,” pungkasnya.

Dalam waktu dekat ini, kata Harsanto Adi, ia pun berencana mengadakan diskusi dengan wartawan media lainnya, termasuk media bernafaskan Islam agar bisa saling mengenal dalam membangun bangsa dan negara ini. Sekretaris Dinas Penerangan Angkatan Laut, Kolonel Laut (KH) Ir. Paruntungan G., M.Sc, M.A. yang kebetulan penganut Kristiani, seusai berdiskusi memuji pemaparan Jonro yang banyak berbicara tentang kabar baik dan kasih yang disuarakan media Kristiani demi kepentingan bangsa dan negara. Diskusi yang berlangsung akrab dan familiar ini diakhiri dengan makan siang bersama.

Mengomentari diskusi ini, Penasihat Majalah NARWASTU, Laksma TNI (Purn.) Ir. Drs. Bonar Simangunsong, M.Sc mengatakan, kalau Majalah NARWASTU diundang Kementerian Menkopolhukam, itu artinya ada pengakuan terhadap media Kristiani. “Dan tidak sembarang orang bisa diundang Kementerian Polhukam untuk bicara. Pasti medianya sudah dicermati lebih dulu,” ujar mantan Staf Ahli Dewan Ketahanan Nasional itu. Juga Penasihat NARWASTU lainnya, seperti Dr. Eliezer H. Hardjo, Dr. H.P. Panggabean, S.H., M.S., Arion M. Hutagalung, S.H., Pdt. Weinata Sairin, M.Th, dan Dr. Victor Silaen mengungkapkan, apresiasi dari Kementerian Menkopolhukam itu patut disyukuri sebagai berkat dari Tuhan. NS/FD

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here