Ibadah Syukur 50 Tahun LPMI Melangkah Lebih Efisien dan Efektif Melalui Langkah Strategis

396
Pdt. DR. Nus Reimas.

Narwastu.id – Tak terasa sudah 50 tahun Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) tetap setia dan terus mengarungi masa ke masa dengan aneka tantangan di setiap zamannya. Keberadaannya sebagai ujung tombak dalam menyebarkan kabar sukacita kepada sesama, bukan perkara yang mudah. Berlatih dalam soal keimanan di setiap kinerja dan pergumulan pribadi menjadikan setiap anggotanya terus bersemangat. Bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan buah ketaatan dan ucapan syukur atas kesempatan dari Allah Bapa untuk bisa melayaniNya.

Semarak pesta jubelium LPMI yang diadakan di Balai Samudera, Jakarta Utara, pada Kamis, 2 Agustus 2018 lalu, dipenuhi sukacita oleh para tamu undangan yang hadir mulai dari kalangan mahasiswa,  profesional, tokoh Kristen sampai dengan petinggi LPMI, seperti Pdt. DR. Nus Reimas yang juga Ketua Dewan Pembina LPMI dan tokoh lintas agama. Bisa dikatakan momen tersebut juga sebagai ajang reuni antarsesama anggota LPMI yang dulu masih sama-sama duduk sebagai mahasiswa.

Pdt. DR. Stephen Tong.

Pdt. DR. Stephen Tong, pemimpin Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) yang berkhotbah dalam acara hari ulang tahun (HUT) ke-50 LPMI itu mengapresiasi pelayanan dari organisasi yang dipimpin Direktur Nasional LPMI, Pdt. Drs. William Wairata itu. “Kesetiaan LPMI untuk terus mengabarkan Injil keselamatan kepada setiap orang, untuk memperkenalkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kiranya terus bersemangat untuk melayani Tuhan,” kata pendeta yang akrab disapa Pak Tong ini berapi-api.

Berdiri sejak tahun 1968 hingga saat ini, LPMI tetap eksis dalam ranah pelayanan mahasiswa. Sudah barang tentu mampu bertahan dalam sikon (situasi dan kondisi) globalisasi yang sarat akan tantangan tidaklah mudah. “Kami selalu fokus pada tujuan Tuhan, dan bukan tujuan organisasi semata. Pertama, apa yang Tuhan mau. Kedua, komitmen untuk melakukan kasih mula-mula dari generasi pertama sampai berikutnya. Ketiga, membangun kekeluargaan, ini yang kita miliki bersama. Jangan hadir sebagai orang cangkokan, tapi inilah milik kita bersama harus percaya satu sama lain,” jelas Pdt. Wim, panggilan Pdt. William Wairata kepada Majalah NARWASTU di ruang kerjanya baru-baru ini.

Suasana acara HUT ke-50 LPMI di Jakarta.

Sadar untuk menjalankan visi dan misinya dalam pekerjaan Tuhan, LPMI tidak bisa berjalan sendirian, tetapi membutuhkan mitra kerja. Sebagai sebuah organisasi interdenominasi, dan tidak mendirikan organisasi gereja, dan hanya mengandalkan strategi serta sarana saja tidaklah cukup. Tapi diperlukan juga sumber daya manusianya. Oleh sebab itu, LPMI membuka kerjasama dengan gereja guna melipatgandakan pekerja-pekerja Kristus dalam masa penuaian. “Injil tidak boleh jadi monotarium, tapi kita harus bersinergi dengan semua orang. Dengan pendekatan persuasif, makanya kita harus tahu sedang bicara dengan siapa. Selain itu, harus mau bergaul dengan siapa saja. Dan kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat harus punya jatidiri yang jelas,” tukas pria berdarah Ambon ini semangat. Pdt. Wim termasuk pula dalam “21 Tokoh Kristiani 2017 Pilihan Majalah NARWASTU.”

Pdt. Wim berpendapat, bercerita tentang Kristus kepada orang lain harus lebih komprehensif, tidak melulu soal dosa dan keselamatan saja. Tetapi, bagaimana menjalani hidup ini di tengah tantangan yang luar biasa dan buatlah itu secara keseluruhan. Dalam hal ini LPMI bekerjasama dengan pesantren untuk bisa menjadi garam dan terang. “Paling tidak awalnya mereka sudah tahu kalau kita hadir di situ. Kita jangan menjadi eksklusif, tetapi harus inklusif tanpa kehilangan garam,” tambah Pdt. Wim.

Dan setiap hari Senin menjadi momen wajib bagi para pengerja di LPMI meluangkan waktu untuk berdoa. Di samping menajamkan visi dari organisasi tersebut, biasanya juga untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Tentu bekerja di ladang Tuhan bukanlah pekerjaan yang populer. Di sini para pengerja LPMI tidak hanya rela mendedikasikan hidupnya untuk melayani Raja di atas segala Raja. Tapi juga mereka belajar untuk mempercayai kehidupannya dipelihara oleh Allah.

Tak terkecuali memurnikan motivasi dalam melayani menjadi sesuatu yang mutlak. “Pertama hal yang tidak bisa ditawar adalah persekutuan pribadi dengan Tuhan, itu menjadi keharusan. Sebab, bagaimana kita mau menyampaikan kabar tentang Tuhan, kalau kita sendiri tidak tahu soal Tuhan. Ada pepatah yang mengatakan, Berbicaralah dulu kepada Tuhan sebelum berbicara kepada orang lain tentang Tuhan,” tegasnya.

Tidak jarang ada anggapan yang mengatakan, kalau LPMI dinilai sangat vulgar dalam bersaksi. Mengenai hal itu Pdt. Wim menuturkan, kalau penilaian itu tidak benar. “Orang tidak tahu saja bahwa tugas kami hanya menyampaikan kabar baik dan tidak memaksa satu pun untuk beralih agama (Kristenisasi). Tugas kami menyampaikan saja,” ucapnya mengulang.

Tokoh Kristiani dan salah satu Penasihat Majalah NARWASTU, Dennis Firmansjah, M.M. tampak berswafoto dengan Ketua Dewan Pembina LPMI, Pdt. DR. Nus Reimas di acara HUT ke-50 LPMI di Balai Samudera, Kelapa gading, Jakarta Utara.

Untuk memaksimalkan pelayanan yang ada pada bulan Juli 2018 lalu, LPMI mengadakan pelatihan penginjilan bagi 600 mahasiswa dari seluruh Indonesia di Wisma Kinasih, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan di bulan Agustus 2018 pelatihan yang sama diadakan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Program tersebut pun ditujukan untuk menjangkau kalangan profesional dengan membentuk city team yang bekerjasama dengan gereja. “Dalam training itu lebih kepada metode penyampaian berita atau kabar baik yang bagus dan efektif. Tidak menimbulkan hal-hal negatif dengan menyampaikan kabar baik sesuai konteks agar kita juga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” pungkasnya.

“Di situ juga diberi pembelajaran bagaimana membentuk tim-tim di kalangan profesional dan juga bekerjasama dengan kaum perempuan. Bagaimana menjadi perempuan yang signifikan pengaruhnya untuk masyarakat dan bagaimana berdoa untuk memuridkan orang lain,” imbuhnya.

Pdt. Wim berharap, agar orang Kristen harus lebih banyak berdoa. Mengingat tantangan globalisasi dan digitalisasi makin sulit dikendalikan. Dan yang bisa mengendalikan hanya Tuhan. Kiranya terjadi perubahan yang signifikan di mana setiap kita bersatu dan sungguh-sungguh berdoa meminta kepada Tuhan agar memberi pewahyuan.

Berbicara tentang eksistensi LPMI, tentu tak lengkap kalau tidak menyebut nama tokoh gereja aras nasional dan tokoh gerakan oikoumene yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Nasional LPMI, Pdt. DR. Nus Reimas. Ketua Dewan Pembina LPMI, Ketua Majelis Pertimbangan PGLII serta pernah menjabat sebagai Ketua Umum PGLII dan Sekretaris Umum PGLII ini, adalah ikon dari LPMI. Kemajuan LPMI selama ini tak lepas dari tangan dingin, ketekunan dan doa-doa dari Pdt. Nus Reimas bersama timnya. Pdt. Nus Reimas yang sudah melayani di LPMI sekitar 40 tahun sering mengatakan, LPMI mendidik mahasiswa agar kelak menjadi pemimpin di tengah masyarakat dan bangsa ini.

Pdt. Nus Reimas pun di dalam berbagai forum dan diskusi sering mengatakan, saat ini banyak anak-anak muda Kristen, termasuk mahasiswa Kristen yang pintar dan cerdas. Namun kepintaran mereka harus diimbangi dengan kerohanian atau iman yang tangguh serta karakter yang baik. Karena bangsa ini kelak akan dipimpin oleh mahasiswa yang sekarang belajar di kampus. “Saat ini banyak anak-anak muda, termasuk yang sudah masuk ke dunia politik menjadi pragmatis, individualis dan kehilangan karakter, karena sejak muda mereka tidak digembleng dengan nilai-nilai kerohanian, termasuk nilai-nilai Kristen,” tegas Penasihat FORKOM NARWASTU dan salah satu Penasihat PERWAMKI ini.

Pdt. Nus Reimas pun kerap mengatakan, anak-anak muda harus dipersiapkan menjadi calon-calon pemimpin di tengah masyarakat, bahkan bangsa agar memiliki iman yang tangguh. “Kalau anak-anak muda itu tidak senang berdoa, memuji Tuhan dan mendengarkan Firman Tuhan, maka kerohanian dan karakternya akan biasa-biasa saja. Dan akan gampang digilas oleh tantangan zaman. Namun kalau ia selalu mendahulukan Tuhan atau lebih dulu mencari kebenaran dan kerajaan Tuhan, maka Tuhan akan memberkati anak muda itu dan mengangkat anak muda itu berprestasi dan berkarakter,” tukasnya.

Pdt. Nus Reimas yang turut memberikan kata sambutan dalam acara HUT ke-50 LPMI ini pun menyampaikan refleksinya seputar berdirinya LPMI di tahun 1968 lalu. “Dr. Bill Bright mengajak Pdt. Dr. Ais Pormes untuk menyatakan kasih Allah di Indonesia. Di situ Pdt. Ais Pormes ditunjuk sebagai Direktur Lembaga Penginjilan Mahasiswa Indonesia (LPMI). Pelayanan LPMI didasari atas kerinduan menyampaikan kasih Allah, ini menjangkau para mahasiswa dari kota Jakarta dan merembet ke kota besar lainnya,” terang Pdt. Nus Reimas.

Ia menambahkan pada tahun 1971-1972 dikenal sebagai tahun kemitraan antara LPMI dengan gereja secara intensif.  Tahun 1972 Dr. Bill Bright memimpin pertemuan visi bagi pemimpin-pemimpin gereja di Hotel Indonesia Jakarta. Tahun 1974 merupakan waktu bagi para staf untuk dilatih di Pusat Latihan Amanat Agung (PLAA). Tahun 1978 mengkampayekan “sudah ditemukan” dan di momen itu pula terjadi perubahan nama menjadi Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia. Penajaman strategi dilakukan dan kepemimpinan beralih kepada Dewan Perencana Pelayanan Nasional (DPPN) sebagai bentuk kepemimpinan kolektif yang baru.

Lalu tahun 1985 sampai 1987 terjadi pertumbuhan yang pesat. Di samping itu, perluasan kerjasama makin berkembang dan meluas. “Tahun 1998 terbentuk wilayah-wilayah otonomi untuk memudahkan operasional pelayanan di berbagai daerah di Indonesia,” kata pendeta berdarah Ambon ini semangat. Dalam rentang waktu dari tahun 2003 sampai 2016 yang dikenal sebagai History Handful (HH) telah berkontribusi untuk pelayanan di Asia Tenggara bahkan dunia.

Mereka, katanya, adalah tangan-tangan Tuhan yang telah membuat sejarah bersama LPMI. Dan tahun 2018 LPMI yang dipimpin oleh Pdt. Drs. Wim Wairata memiliki kerinduan untuk menyatukan langkah pelayanan yang lebih efisien dan efektif melalui langkah strategis. Dengan keputusan menyatukan lima wilayah pelayanan di Indonesia pemimpin global telah menunjuk Pdt. Wim dan Niken Wairata sebagai National Team Leader Indonesia. BTY/PU

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here