Cerdas Menyikapi Berita Media Massa dan Memanfaatkan Media Sosial

89
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos diundang pengurus Badan Kerjasama Pelayanan Antar Kampus (BKPAK) bicara soal media massa dan medsos.

Narwastu.id – Pada Sabtu, 23 September 2017 lalu, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos diundang pengurus Badan Kerjasama Pelayanan Antar Kampus (BKPAK) bicara dalam acara diskusi pengkaderan bertajuk “Cerdas Menyikapi Berita Media Massa dan Memanfaatkan Media Sosial” di gedung MTH Square, Cawang, Jakarta Timur. Pengkaderan ini, bagi pengasuh NARWASTU merupakan sebuah apresiasi, karena bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan aktivis mahasiswa dan alumni dari berbagai kampus. BKPAK mirip-mirip LPMI (Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia) dan PERKANTAS (Persekutuan AntarUniversitas), serta pesertanya berasal dari berbagai kampus, seperti UI, Unkris, Universitas Persada Indonesia, UKI dan lain-lain.

Jonro Munthe, dalam diskusi ini memaparkan, di era informasi dan komunikasi sekarang, begitu mudahnya orang, mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga dan kaum intelektual mengakses berita-berita media massa lewat gadget. Apalagi kini puluhan juta masyarakat Indonesia pengguna gadget, dan begitu mudah pula mendapatkan informasi yang sedang aktual lewat media sosial (medsos), seperti Face Book, Twitter, Istagram, WA dan lain-lain. Namun kita mesti cerdas dan mesti sering mencek dan ricek setiap kebenaran sebuah berita yang kita terima, terutama lewat medsos agar jangan jadi korban berita hoax (berita bohong yang sering dibumbui sedikit fakta).

Menurutnya, kita mesti waspadai berita-berita hoax, seperti yang beberapa waktu lalu dihebohkan oleh kelompok Saracen, yang tujuannya menebar kebencian atau konflik bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antargolongan). Makanya aparat kepolisian kita dukung untuk menindak tegas kelompok Saracen itu. Sampai Presiden RI Joko Widodo mengatakan, Indonesia kini sudah dijajah media sosial, lantaran banyak berita hoax, yang cenderung menimbulkan kekhawatiran dan merusak persatuan bangsa serta menebarkan kebencian kepada masyarakat.

Sekarang medsos, imbuh Jonro, sudah menjadi kekuatan berpengaruh atau dahsyat di negara kita yang menganut paham demokrasi. Dalam sebuah negara demokrasi ada enam kekuatan berpengaruh, yakni eksekutif, legislatif, yudikatif, media massa (pers), media sosial dan lembaga survei. Dan kita mesti cerdas menyikapi pemberitaan media massa serta cerdas memanfaatkan media sosial. Saat ini, medsos tak hanya berfungsi sebagai wadah memberi informasi atau bertukar gagasan secara interaktif. Lebih dari itu medsos sudah menjadi media untuk menebar kebencian dan mencurahkan isi hati (curhat) yang cenderung negatif.

Suasana acara pengkaderan bersama Badan Kerjasama Pelayanan Antar Kampus (BKPAK) yang diskusi soal media massa dan medsos.

Kaum intelektual muda Kristiani, seperti kader-kader BKPAK, kata Jonro, mestinya menyikapi perkembangan teknologi informasi seperti medsos dengan berlandaskan nilai-nilai Kristen atau iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam ajaran Kristen tak ada ajakan untuk menebar kebencian, intimidasi, ketakutan dan konflik. Tapi ajaran Kristen yang berasal dari Kristus mengajak untuk menyebarkan (memperdengarkan) kabar baik, seperti kasih, kedamaian, persatuan, kesejahteraan dan suka cita.

Jadi medsos terutama, mesti dimanfaatkan untuk menebar pesan-pesan kabar baik, atau yang bisa memberi kedamaian, kesejukan, memotivasi, menginspirasi dan menyampaikan doa atau harapan baik kepada publik. Tugas intelektual adalah menebarkan pesan-pesan yang baik, positif, menginspirasi dan memotivasi, baik lewat kata-kata, gambar-gambar dan video.

Jonro Munthe yang merupakan lulusan Fakultas Komunikasi IISIP Jakarta, berpendapat, sebaiknya media sosial dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat bagi sesama. Hindari menyebarkan hal-hal yang negatif atau destruktif, seperti pornografi, sadisme, horor atau kata-kata, gambar atau video yang bisa melecehkan SARA. Kita mesti ingat, ada Undang-Undang Pokok Pers Nomor 40/1999 dan Undang-Undang IT yang membatasi atau mengawasi kita di dalam memanfaatkan media massa dan medsos ketika berekspresi. Sehingga manfaatkanlah kebebasan berpendapat di media massa dan medsos secara bertanggungjawab, menjunjung etika sosial dan berlandaskan nilai-nilai Kristiani.

“Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti medsos, patut kita syukuri, namun bijaksanalah memanfaatkannya agar memberi dampak signifikan dan positif bagi sesama,” ujar Jonro Munthe. Kaum intelektual muda di BPAK yang dipimpin Fajar Seto Hardono, S.E., M.M. ini, selain mengundang Jonro Munthe sebagai praktisi media yang juga aktif mencermati fenomena sosial, politik dan kemasyarakatan, sebelumnya sudah diundang tokoh nasional Brigjen TNI (Purn.) Junias Marvel Tobing, M.Sc (mantan Kepala Pusat Kajian Strategis TNI, penggagas BNPT dan dosen di LEMHANNAS) sebagai pembicara (nara sumber).

Pembicara lainnya, Gregorius Seto Harianto (mantan anggota DPR-RI dan pakar politik), Brigjen TNI (Purn.) Harsanto Adi, M.M. (Pengamat sosial politik dan militer serta mantan Asisten Deputi VII Menkopolhukam RI), Ir. Harry Puspito (Direktur Marketing Research Indonesia) dan Drs. Efendy Sitorus (Profesional dan Direktur PT. Dwitirta Investindo). Wakil Ketua Umum BKPAK, Fajar Seto Hardono mengatakan, diskusi pencerdasan untuk menyikapi berita di media massa dan memanfaatkan media sosial secara cerdas ini, luar biasa, karena mampu membuka wawasan dan mengubah mindset atau pola berpikir kader-kader muda di BKPAK. “Kami sangat berterima kasih kepada Pak Jonro Munthe atas diskusi pencerahan ini,” ujar Fajar Seto Hardono yang juga sehari-harinya seorang profesional. KH

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here