Narwastu.id – Salah satu figur yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2017 Pilihan Majalah NARWASTU” baru-baru ini sudah menerbitkan buku karya terbarunya berjudul “Perempuan di Rumah Bercahaya Emas” dan di sub judul ditulis “Dia Menulis Sejarah dan Tentang Esok Dia Tertawa.” Buku ini diterbitkan PT. Menuju Insan Cemerlang. Buku yang ditulis Esra Manurung Maleakhi ini cukup menarik dan penting disimak. Pasalnya, Esra Manurung yang dikenal seorang motivator dan pakar keuangan serta perempuan yang giat melayani, menuliskan pengalaman hidupnya yang sarat pengalaman sukacita dan dukacita di buku setebal 258 bersampul warna hijau ini.
Buku ini bisa menolong kaum perempuan atau awam untuk memahami sisi lain dari kaum perempuan. Di samping itu, buku ini menarik dibaca kaum keluarga, karena ada juga ditulis tentang nilai-nilai kehidupan keluarga yang memotivasi dan menginspirasi.
Di cover belakang buku ini ada ditulis, “Semua perempuan mesti baca buku ini. Menjadi perempuan itu kodrat dan panggilan hidup. Di sekolah tidak ada pelajaran bagaimana cara sukses menjadi perempuan, istri dan ibu. Tidak sedikit perempuan menyerah dengan kodratnya, lalu mengambil alih peran pria di rumah, di kantor, atau di masyarakat.
Buku ini menyalakan kembali kirana emas dalam diri perempuan. Sebuah inspirasi yang membakar semangat perempuan untuk mengembangkan potensi diri menjadi perempuan unggul.
‘Kalau perempuan itu baik, jayalah negara. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara’,” kata Soekarno.
Dalam salah satu bagian di buku ini ada dibuat tulisan berjudul “Mendengar untuk Membangun Kedekatan” yang menarik disimak. Ditulis di situ, membangun komunikasi di rumah sama dengan membangun keluarga bahagia. Di rumah itu anggota keluarga mengenal satu dan yang lain dengan baik, serta menerima satu dengan yang lain apa adanya. Penting sekali keterampilan komunikasi ini dibangun sebagai fondasi keluarga. Di mana fondasi ini diletakkan sejak awal dengan benar. Ekspektasi dari komunikasi bukan untuk mendominasi tapi untuk MENGERTI. Ketika kita mendidik anak-anak pentingnya komunikasi sejak umur 0-5 tahun sampai berumur 17 tahun, sampai kelak mereka menuju universitas. Ibarat mendirikan bangunan kita sedang menaruh fondasi yang kokoh untuk bangunan yang tahan uji, tahan waktu, dan tahan cuaca. Konon semakin perlahan bangunan itu didirikan semakin kuat juga kualitasnya. Katedral-katedral yang tahan 300-500 tahun bukan dibangun dalam 10-15 tahun, tapi puluhan tahun bahkan ada yang sampai ratusan tahun.
Setelah anak mampu mencari jawaban sendiri atas pertanyaan dan masalah hidupnya kelak, orang tua bisa dengan percaya diri membiarkan mereka mulai memutuskan pilihan hidupnya karena fondasi di dalam diri anaknya telah ditanam dengan baik dan benar.
Di zaman now, tak jarang orang tua bisa terintimidasi dengan banyaknya informasi yang didapat anak dari luar ketimbang dari rumah. Anak-anak sekarang menghadapi kebanjiran informasi sehingga begitu banyak yang mereka tahu tanpa sempat mereka pahami. Penting sekali ini menjadi pertimbangan orang tua untuk tidak berhenti belajar menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, khususnya perempuan sebagai ibu di rumah. Antara tahu dan mengerti adalah dua hal yang berbeda. Anak bisa tahu banyak hal dengan kemampuan MENDENGAR mereka. Ibu bisa mendapatkan up date informasi dari anak-anak dan secara bijaksana menggabungkannya dengan pengertian untuk menyesuaikan perilaku dan respons mereka terhadap anak. Meskipun tidak selalu harus diikuti oleh perubahan perilaku saat itu juga. “Kamu bisa saja tahu, tapi belum tentu kamu sudah mengerti. Atau, kalau pun sudah mengerti belum tentu sudah bisa menggunakannya.”
Ditulis lagi, kata-kata bijaksana ini benar, tapi tak harus selalu diperdengarkan ketika anak menyampaikan informasi kepada orang tua saat membangun komunikasi. Kalimat yang baik dead lock yang membuat anak kemudian malas berbicara karena merasa dianggap remeh. Dalam berkomunikasi posisi terbaik adalah sama atau sedikit lebih rendah. GH