Herman Yosef Loli Wutun Tanggalkan Ego Kita dan Lebih Berserahlah Pada Tuhan Hadapi Tahun Baru 2020

169
Herman Y.L. Wutun bersama Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.

Narwastu.id – Natal itu sesungguhnya kesederhanaan. Tuhan Yesus yang tinggal di singgasana surga itu mau turun ke dunia, dan Dia lahir di kandang hina di Betlehem. Kenapa Dia tak lahir di rumah atau istana, padahal Dia Tuhan yang punya kuasa. Dia sesungguhnya bisa lahir di tempat mewah, namun Tuhan Yesus ingin menunjukkan kesederhanaan hidup. Sehingga manusia itu harus mau hidup rendah hati dan sederhana, meskipun masing-masing orang punya sudut pandang sendiri tentang Natal atau Hari Kelahiran Yesus.

Dan saat Natal itu sesungguhnya kita diajak agar memasuki kehidupan yang sederhana dan rendah hati. Saya ini orang dari desa di NTT selalu berupaya hidup rendah hati dan sederhana. Tapi bukan berarti kita tak bisa punya rumah atau mobil bagus. Kekayaan yang dimiliki manusia itu tak ada apa-apanya dibanding kekayaan Tuhan yang punya segalanya. Demikian diungkapkan tokoh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) di Jakarta dan seorang penganut Katolik, yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2019 Pilihan Majalah NARWASTU,” Herman Y.L. Wutun.

Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) dan mantan anggota MPR-RI Utusan Daerah NTT ini menambahkan, manusia itu jangan sombong jika sudah diberkati Tuhan. Harus tetap rendah hati. “Saya suka beraktivitas ke desa-desa, dan saya sering melihat kesederhanaan orang-orang desa yang perlu kita tiru,” ujar mantan Ketua Dewan Pertimbangan KADIN NTT ini.

Menurutnya, dengan keluarganya kalau tiba Natal biasanya mereka mengadakan ibadah khusus bersama di rumah sembari makan secara sederhana. Jadi selain ada perayaan Natal bersama umat di gereja, keluarganya pun biasa menggelar ibadah Natal di rumah. Menurutnya, ada 2 anaknya dan satu cucunya tinggal di Kupang, NTT, satu di Jakarta dan satu di Taiwan. Sehingga keluarganya pun pernah merayakan Natal di Taiwan, Kupang selain di Jakarta.

Menurutnya, anak bungsunya lahir pada 16 Desember, sehingga 9 hari menjelang Natal biasanya ia dan keluarganya ada persiapan batin untuk menyambut Natal. “Sebelum memasuki Natal, kita ada persiapan diri atau doa khusus atau Novena. Kalau kita semakin tua, kan, semakin dekat kepada Tuhan. Dan karena kita semakin mengenal Tuhan, maka semakin sering kita berdoa khusus,” ungkap mantan Calon Bupati Kabupaten Lembata, NTT, yang semakin bijak menyikapi kehidupan itu.

Bicara tentang Tahun Baru 2020, yang menurut banyak analis semakin berat di bidang ekonomi dan sosial, Herman Wutun dengan bijak menerangkan, sebagai pengikut Kristus kita mesti berani dan tetap bersyukur menghadapi tahun baru itu. “Tapi tanggalkan ego kita, dan lebih berserah kepada Tuhan sebagai penyelenggara kehidupan. Kita mesti memberi ruang di hati kita yang semakin besar kepada Yesus yang bersemayam di hati kita untuk mengendalikan setiap pikiran, perkataan, perasaan dan perbuatan kita agar semuanya selaras dengan rencana dan kehendakNya. Jadi serahkan diri kepada Tuhan. Supaya apa yang akan kita lakukan selaras dengan kehendak Tuhan,” cetusnya.

Menurutnya, sekarang usianya sudah 65 tahun, jadi dalam aktivitas hidup ini ia selalu berserah kepada tuntunan Tuhan. “Kalau mau tidur saya dan istri selalu berdoa agar istirahat kami tenang dan damai. Dan ketika esoknya jam 5 pagi kami boleh bangun sehat kembali, dan jam 6 pagi kami selalu mengikuti misa pagi. Dan seluruh aktivitas kita serahkan pada Tuhan. Itulah iman kami. Memang kedewasaan iman itu sebuah proses panjang. Bukan instant. Percaya saja pada kuasa dan kasih Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan orang sakit secara ajaib, kan, dibilang percaya saja. Masa depan hidup kita memang tak bisa diprediksi, namun sebagai umat Kristiani mari kita tingkatkan iman kita supaya lebih percaya pada penyelenggaraan Tuhan,” cetusnya.

Menurutnya, jangan semua masalah dalam kehidupan ini kita pecahkan dengan akal atau pikiran kita yang sempit. Pikirkanlah dengan hati, jangan dengan pikiran atau otak semata-mata. Karena di kedalaman hati kita bersemayam atau bertahta Tuhan di sana. Otak atau pikiran kita punya keterbatasan, namun di hati kita ada Tuhan yang tidak terbatas kuasaNya.

Saat ditanya pendapatnya tentang terpilihnya dirinya sebagai salah satu dari 21 Tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU, Herman Wutun justru menjawab, “Kenapa saya lolos atau masuk dalam tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU. Itu sesungguhnya sebuah rekayasa Ilahi. Tuhan yang bekerja sehingga saya masuk dalam seleksi. Dalam hidup ini tak ada yang kebetulan terjadi, tapi ada penyelenggaraan Ilahi. Tentu saya bersyukur bisa masuk dalam tokoh Kristiani pilihan NARWASTU. Kiranya setelah saya masuk dalam tokoh pilihan NARWASTU saya semakin bermanfaat bagi banyak orang. Dan doa saya bagi Majalah NARWASTU agar majalah ini semakin melibatkan Tuhan di dalam setiap aktivitasnya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,” cetusnya.

Menurut Herman Wutun, ia juga berharap agar Majalah NARWASTU terus membawa spirit damai serta menjadi garam dan terang bagi dunia. Jangan hanya dipikir bahwa NARWASTU itu hanya beredar dan dibaca orang di Indonesia, tapi bisa juga diam-diam dibawa orang agar dibaca di manca negara. Misi NARWASTU ini adalah misi Kristiani, yakni agar kita damai dan rukun. Dulu saat Yesus mengutus murid-muridNya 70 orang, yang diutus itu berdua-dua. Dan Yesus memberikan kepada mereka kuasa, tenaga dan membekali mereka rasa damai. Ibarat mengutus anak domba ke tengah serigala. Jadi NARWASTU pun harus terus jadi garam dan terang. NARWASTU ini bukan majalah biasa, tapi ada misi khususnya,” katanya. KL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here