Narwastu.id – Pada Selasa 26 November 2019 lalu, dari pagi sampai sore, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos diundang panitia dari Kementerian Agama RI-Ditjen Bimas Kristen untuk berbicara dalam dua sesi di acara “Konsultasi Pembinaan Pengelola Media Kristen Se-Indonesia” di Hotel Salak, Bogor, Jawa Barat. Di sesi pertama Jonro Munthe bicara “Etika dan Karakter Media Kristen” dan sesi kedua “Fenomena Media Kristen dan Wartawan Masa Kini.” Pada sorenya, pembicara lainnya, Pdt. DR. Tema Adiputra Harefa, M.A. (Akademisi, rohaniwan dan penyiar radio senior) membahas topik “Pelayanan Kristen Melalui Media Kristen” dan “Media Masa Kini dan Hoax.” Acara yang diadakan sejak 25-27 November 2019 lalu ini dihadiri sekitar 100 orang peserta dari Aceh sampai Papua.
Di acara pembukaan konsultasi ini, lebih dulu diadakan ibadah dengan pengkhotbah Pdt. DR. Sapta B. Siagian, M.Th. Dalam khotbahnya yang dikutip dari Efesus 6:14-18, pendeta yang juga Pemimpin Redaksi “Harmoni” ini menerangkan, Tuhan memberikan perlengkapan rohani kepada kita sebagai orang media (wartawan) di dalam menjalankan tugas. Perlengkapan rohani itu, pertama, kita harus hidup di dalam kebenaran. Media mesti berani menyuarakan kebenaran. Kedua, media mesti menyuarakan keadilan. Media sebagai pilar demokrasi harus menyuarakan keadilan. Dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan itu kita mesti cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ketiga, media harus menyuarakan suara Injil. Dan kedepankanlah nilai-nilai kebhinnekaan, kemanusiaan dan toleransi.
Keempat, iman kita sebagai pengikut Kristus harus terus bertumbuh di dalam Kristus. Kalau kita bertumbuh di dalam Kristus, imbuh Pdt. Sapta, maka kita akan disertai dan diberkati Tuhan. Kelima, kalau kita memilih bekerja di media, maka kita harus memegang teguh firman Tuhan. Firman Tuhan itu adalah terang bagi jalan kita dan penuntun dalam hidup kita. Keenam, di dalam kehidupan yang banyak tantangan ini kita harus terus memohon dan berdoa dengan tidak putus-putusnya kepada Tuhan. “Sebagai orang media, kita harus mengandalkan Tuhan dan selalu berdoa dengan tidak putus-putusnya,” cetus pendeta yang merupakan lulusan LEMHANNAS, salah satu Ketua Sinode Gereja Sahabat di Indonesia dan termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2018 Pilihan Majalah NARWASTU” itu.
Sementara ketua panitia konsultasi acara ini, Evendy Hutabarat, M.Th yang juga Kepala Seksi Pengembangan Kebudayaan Ditjen Bimas Kristen dalam sambutannya menerangkan, media Kristen punya pengaruh besar di tengah masyarakat. Sehingga pengelola media Kristen mesti ikut membangun kehidupan yang lebih baik di tengah masyarakat dan bangsa. “Sekarang orang bebas membuat statusnya di media sosial (Medsos), sehingga yang seperti itu harus pula menjadi perhatian kita, termasuk perhatian pengelola media Kristen agar bisa menampilkan informasi dan ide yang baik bagi masyarakat. Salah satu fungsi media adalah menyampaikan informasi dan ide pada banyak orang, karena itulah Ditjen Bimas Kristen ingin menyatukan visi dan misi dengan media-media Kristen di Indonesia agar semakin berdampak baik pada masyarakat Kristen,” ujar Evendy Hutabarat.
Sementara Direktur Urusan Agama Kristen Ditjen Bimas Kristen, Jannus Pangaribuan, S.H., M.M. yang hadir mewakili Dirjen Bimas Kristen, Prof. Thomas Pentury, M.Si, ketika memberi sambutan di acara pembukaan menuturkan, ia sangat gembira dengan pengadaan acara ini, apalagi dihadiri pengelola media Kristen dari seluruh Indonesia. Menurut pria Batak ini, acara konsultasi ini merupakan momen yang sangat bagus untuk berdiskusi dan berkomunikasi tentang peran dan eksistensi media Kristen.
“Bagaimana supaya media tersebut bisa mengkonstruksi kebaikan-kebaikan melalui berita-berita dan opini-opini yang baik, itulah harapan kita. Media itu sarana yang sangat strategis di tengah masyarakat. Supaya media bermanfaat bagi banyak orang dan selalu menyampaikan kebaikan-kebaikan ke tengah masyarakat, maka segala informasi yamg masuk mesti disaring lebih dulu sebelum di-sharing. Harapan kita kepada pengelola media Kristen supaya semakin mempererat relasi dengan Allah, sehingga yamg diinformasikan adalah kebaikan-kebaikan dan nilai-nilai Kristen. Peran media Kristen itu amat strategis, karena bisa membangun hingga besar, namun bisa juga mengecilkan. Sehingga para pengelola media Kristen mesti bijaksana di dalam mengelola sebuah isu yang ada sebelum diberitakan,” terangnya.
Harapan Kementerian Agama RI terhadap media-media Kristen, kata Jannus Pangaribuan, supaya media Kristen di tengah keberagaman kita bisa membentuk opini yang baik, bisa menginspirasi dan menjaga agar nilai-nilai ke-Indonesia-an kita tidak tergerus. Media Kristen pun mesti terus mengedukasi dan mencerahkan banyak orang. “Media itu akan semakin berkualitas dan punya nilai jika bisa menularkan energi positif bagi umat, masyarakat dan bangsa. Fungsi media salah satunya adalah menjaga dan membangun persatuan bangsa ini,” terangnya.
Di Indonesia ini, imbuh Jannus, ada banyak suku, agama dan ras, sehingga harus bisa bersatu, hidup rukun dan harmonis. Di sinilah perlu peran media. Kita jangan sampai memediakan yang merusak, tapi kita harus memediakan yang baik. Di sisi lain, ujarnya, media harus kita dukung agar semakin berkembang dan bisa bersinergi supaya semakin bernilai.
Salah satu pembicara di acara konsultasi ini, Pdt. DR. Tema Adiputra Harefa ketika memaparkan pemikirannya, ia mengatakan, pengelola media Kristen itu tidak boleh sembarang. Karena dia berhadapan dengan banyak orang, dan pesan-pesan atau berita yang disampaikan melalui medianya amat berpengaruh pada sikap banyak orang. “Kita menyampaikan pesan-pesan atau status saja melalui media sosial atau Face Book, itu punya dampak bagi yamg menerima. Sehingga kita orang Kristen harus selalu berupaya menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan bagi banyak orang lewat media, termasuk melalui media sosial,” cetus Pdt. Tema Adiputra yang dalam acara ini banyak juga menyampaikan kesaksiannya saat mengelola siaran di radio rohani. Pdt. Tema juga bicara tentang tips membuat status yang positif dan menyejukkan di media sosial. Dan ia mengingatkan agar pengguna Face Book atau medsos hati-hati menebarkan berita hoax, karena bisa berurusan dengan hukum.
Berbeda dengan Pdt. Tema Adiputra, Jonro Munthe sebelumnya dalam acara yang berlangsung antusias ini banyak mendapat pertanyaan seputar eksistensi wartawan Kristen dalam menghadapi persoalan sosial kemasyarakatan. Misalnya, bagaimana tips wartawan Kristen dalam menghadapi wartawan abal-abal yang tidak punya etika. Juga bagaimana cara wartawan Kristen supaya bisa mengikuti uji kompetensi wartawan, termasuk menyikapi gempuran media online (digital) terhadap media cetak saat ini. Termasuk tips yang dilakukan Majalah NARWASTU dalam komunikasi dengan warga gereja selalu pembaca. Dan pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan tangkas oleh Jonro I. Munthe yang juga peraih penghargaan (award) sebagai “Jurnalis Muda Motivator 2009 Pilihan Majelis Pers Indonesia (MPI).”
Dalam kesempatan ini, Jonro yang merupakan lulusan Fakultas Komunikasi IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta, banyak memaparkan pengamatan, pengalaman dan harapannya terhadap perkembangan media Kristen di Indonesia dewasa ini, terutama dalam menyikapi era revolusi industri 4.0 atau era digital. Salah satu anggota panitia yang juga moderator di acara konsultasi ini, Dian Wulansary, S.Th yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Pesparawi di Ditjen Bimas Kristen menuturkan, ia merasa sangat mendapat banyak pengetahuan dan wawasan setelah mendengar pokok-pokok pemikiran dan pengalaman dari pembicara. “Saya jadi banyak tahu tentang media massa. Bagus sekali pemikiran-pemikiran dari Pak Jonro Munthe dari Majalah NARWASTU dan Pak Tema Adiputra. Banyak informasi yang tidak kita ketahui sebelumnya, jadi kita tahu setelah ikut acara pembekalan ini. Ini acaranya bagus dan pembicara bisa membekali peserta yang hadir,” ujar Dian Wulansary, yang di acara ini memoderatori diskusi yang menampilkan Jonro I. Munthe sebagai pembicara.
Ketua Panitia, Evendy Hutabarat, M.Th (Kepala Seksi Pengembangan Kebudayaan Ditjen Bimas Kristen) menerangkan, jika dalam acara ini salah satu pembicara dari Majalah NARWASTU, karena panitia menilai NARWASTU salah satu media Kristen yang cukup eksis, dan pengasuhnya jelas track record-nya sebagai akademisi dan praktisi media. “Jadi kami seleksi pembicara dari kalangan pimpinan media Kristen yang sudah teruji dan punya kemampuan akademis, seperti Bang Jonro Munthe dari Fakultas Komunikasi IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta yang sudah lama berkiprah di media Kristen,” cetusnya.
“Dia (Jonro) juga sering bicara soal media Kristen di berbagai forum. Kami berharap melalui acara ini para pengelola media Kristen bisa saling mengenal dan bisa mengembangkan diri dalam pelayanan, termasuk mengembangkan SDM-nya. Kami sangat mengapresiasi keberadaan para pengelola media Kristen,” ujar Evendy. Katanya lagi, kalau keadaan memungkinkan akan diadakan lagi acara serupa di tahun-tahun mendatang untuk memberi ruang bagi pengelola media Kristen untuk saling berinteraksi dan bersekutu. KL