Perempuan Batak kelahiran Medan, 10 April 1957 ini adalah figur ibu yang giat melayani orang-orang yang kurang beruntung selain aktif melayani di gereja dan rumah tangga. Istri tercinta tokoh Gereja HKBP St. Hardy Lumban Tobing yang punya tiga anak ini, sejak masa muda memang sudah aktif di gereja. Dan ia dulu tekun mengikuti paduan suara di gereja HKBP, dan hingga ia berkeluarga tetap setia melayani lewat paduan suara di HKBP Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ida Tobing boru Simbolon, S.Sos menyelesaikan pendidikan TK, SD dan SMP di Plaju, Sumatera Selatan. Sedangkan SLTA ia ikuti di SMA Santa Theresia, Jakarta. Orangtuanya sudah mendidik Ida dan saudara-saudaranya sejak kecil menjadi penganut Kristen yang beriman teguh dan taat pada adat Batak.
Bersama suami tercinta, Ida Simbolon pun sejak dulu giat melayani lewat Paduan Suara (PS) gerejawi yang cukup terkenal Glorifiers. Dan suaminya juga salah satu pendiri PS Glorifiers, dan kini mereka aktif di PS Kasih Anugerah. Di HKBP Kebayoran Baru, selain aktif di paduan suara, Ida pun dipercaya sebagai Ketua Seksi Pekabaran Injil (PI). Dan mereka sekarang giat melayani orang-orang yang kurang beruntung, seperti narapidana di lembaga pemasyarakatan, pemulung, gelandangan dan anak-anak cacat. Mereka minimal sekali sebulan melayani orang-orang yang kurang beruntung itu dengan membawa makanan dan bingkisan. “Kita melayani mereka agar semangat hidupnya bangkit. Dan itulah kasih dari Tuhan yang mesti kita sampaikan pada sesama,” ujar mantan profesional di perusahaan asing Conoco selama 35 tahun berkarier itu.
Pada 2015 lalu, setelah Ida pensiun dari tempat kerjanya, ia lebih banyak memberikan waktunya untuk melayani keluarga, gereja dan paduan suara. Dan setiap keluarga besar Majalah NARWASTU menggelar ibadah Natal dan tahun baru setiap awal tahun di Jakarta, PS Glorifiers dan PS Kasih Anugerah selalu tampil menampilkan kesaksian pujian. Paduan suara ini tampil begitu elegan, suaranya khas dan dipuji banyak tokoh Kristen. Ida yang dulu kuliah di jurusan sekretaris LPK Tarakanita, Jakarta, lalu kuliah di Fakultas Bisnis dan Administrasi Universitas Respati, Jakarta, mengatakan, dalam hidup ini kita jangan suka mengeluh. “Karena banyak orang yang kurang beruntung di sekitar kita, dan mereka perlu sentuhan kasih dari kita. Dan kehidupan kita mungkin lebih beruntung dari mereka,” cetus Ida yang juga ikut melayani bersama Yayasan Apostolos untuk memperhatikan kaum marginal itu.
Menurutnya, ada banyak tantangan dan pergumulan di dalam hidup ini, dan kita harus sabar, selalu bersyukur dan terus berdoa supaya kita kuat. “Saat kami melayani di sebuah lembaga pemasyarakatan atau penjara, sering kami berhadapan dengan orang-orang yang akan menghadapi vonis hakim. Mereka menangis meminta didoakan supaya Tuhan memberikan kekuatan pada mereka. Sebab ada yang terancam sampai 15 tahun dihukum di penjara. Memang mereka sudah melanggar hukum, tapi mereka pun manusia biasa yang bisa sedih dan menangis. Tentu kita akan memberi motivasi, doa dan penguatan pada mereka saat bersama mereka. Di situlah kasih itu mesti kita nyatakan. Dan selama ini yang saya lihat ada banyak orang Kristen yang terlibat pada pengedaran narkoba, pembunuhan dan pencurian berada di penjara,” kata Ida yang sudah pernah melayani ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan, Jawa Tengah itu.
Ida menerangkan, keterlibatannya melayani di penjara-penjara, anak-anak cacat dan kaum gelandangan, berawal dari ajakan teman gereja. Kemudian lewat pelayanan itulah Ida semakin termotivasi untuk memberi yang terbaik. Misalnya, tiga hari sebelum pelayanan sudah mereka siapkan tata ibadah, dan biasanya disiapkan pula 100 sampai 250 bungkus bingkisan atau makanan bagi yang dikunjungi. “Saya sangat menikmati pelayanan ini dan bersyukur bisa memberi sesuatu bagi yang kita layani,” pungkas Ida yang mengaku bahwa melayani orang-orang yang kurang beruntung itu membuat jiwa dan pikiran jadi sehat.
Sebagai aktivis gereja, Ida menuturkan ia punya obsesi untuk terus melayani di tengah keluarga supaya terus tercipta kerukunan, kedamaian dan sukacita. Juga ia akan terus melayani lewat paduan suara dan di gereja untuk memuliakan Tuhan. “Dalam hidup ini kita harus memberi yang terbaik bagi Tuhan, karena Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita,” cetusnya. Sedangkan suami tercinta, St. Hardy Tobing yang juga mantan Bendahara Jemaat HKBP Kebayoran Baru, dan kini Bendahara Renovasi dan Pembangunan HKBP Kebayoran Baru berpendapat, istrinya Ida Simbolon adalah seorang figur perempuan tangguh, luar biasa bagi keluarga dan punya komitmen tinggi melayani. “Dia istri yang selalu mendukung saya melayani dan bekerja. Meskipun ia sibuk melayani, tetap urusan keluarga diperhatikan. Dan dia istri yang selalu memberikan semangat di dalam keluarga kami,” kata St. Hardy Tobing yang juga figur yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2013 Pilihan Majalah NARWASTU.” FG