Belum selesai urusan banjir dan macet serta aneka bencana alam yang luar biasa akhir-akhir ini, kita baca di koran dan lihat di televisi, kembali kita dikejutkan dengan kasus keluarga besar Gubernur Ratu Atut Choisiyah (RAC), terutama kasus hukum adiknya, pengusaha dan politisi Tubagus Chaeri Wardana (TCW) yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena diduga terkait kasus penyogokan terhadap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Dr. Akil Muchtar dalam kasus pilkada di Banten.
Seperti dipublikasikan Suara Pembaruan, kasus yang dialami keluarga RAC tidak hanya menyangkut kasus suap, juga pemerasan terhadap kepala dinas seperti tuduhan KPK serta penyalahgunaan wewenang. Yang cukup mengejutkan lagi, keluarga RAC diberitakan harian Warta Kota memiliki pulau di daerah Provinsi Banten yang tidak sembarang bisa dimasuki orang luar. Keluarga ini pun dituduh punya rumah-rumah bernilai puluhan miliar rupiah, serta TCW punya puluhan mobil yang super mewah, yang membuat publik semakin terperangah atas kekayaan luar biasa keluarga penguasa Banten ini.
Yang paling menghebohkan dilansir media, TCW diduga kuat punya hubungan spesial dengan sejumlah selebriti cantik, seperti Aura Kasih, Syahrini, Tamara Bleszynski, Iis Dahlia, Cynthiara Alona, Andara Early, Jennifer Dunn dan Catherine Wilson. Mereka disebut-sebut menerima aliran dana dari TCW. Pakar hukum dan pengamat kejahatan pencucian uang, Dr. Yenti Garnasih menuturkan, kini selebritas nasional yang cantik kini jadi modus baru cuci uang, dan mereka mendapat mobil mewah dari TCW (Warta Kota, 14 Februari 2014). Tak hanya itu, para selebritas tersebut diduga kuat punya hubungan khusus dengan TCW, padahal TCW sudah punya seorang istri cantik beranak dua, yakni Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diani, yang juga mantan Putri Indonesia Favorit 1996.
Menyimak pemberitaan media massa ini, tentu kita semakin terbuka melihat betapa bobroknya moral dan integritas dari figur-figur yang selama ini kerap dianggap sosok teladan. Selama ini memang sudah banyak LSM yang melaporkan persoalan korupsi yang terjadi di tengah keluarga RAC, yang kini ditahan KPK, namun baru sekarang publik semakin terbuka melihat kebobrokan itu setelah terang benderang dibuka media massa. Karena itulah, kita patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada media yang turut serta memerangi korupsi di negeri tercinta ini.
Dalam tulisan ini, ada catatan yang mau saya bagikan kepada pembaca. Bahwa teori Lord Acton yang menyebut bahwa semakin kuat kekuasaan individu atau sebuah kelompok, maka akan semakin rentan pula untuk korupsi atau melakukan pelanggaran moral (dosa). Dan itu sudah terbukti sejak dahulu kala. Cerita tentang Raja Daud pun sudah membuktikannya. Daud dengan kekuasaannya tega membunuh anak buahnya Uria hanya karena terpikat dengan kecantikan istri Uria, Batsyeba. Daud tergoda akan kecantikan Batsyeba (wanita), setelah ia punya tahta (kekuasaan) dan harta (kekayaan).
Sejumlah pemimpin terkenal di dunia, seperti Bill Clinton pun pernah terperosok jatuh, karena urusan wanita (baca: seks), padahal kepemimpinannya termasuk hebat. Demikian pula sejumlah pejabat di era Orde Baru tersandung dan jatuh reputasinya, lantaran terjerumus pada dosa tahta dan harta. Biasanya yang rentan jatuh karena harta, tahta dan wanita adalah pria-pria yang sudah memegang sebuah kekuatan (baca: berkuasa secara politik). Dengan akses dan otoritas yang dimiliki, mereka mampu meraih harta, tahta dan wanita, yang kemudian kerap membuat citra politik jadi kotor (ternoda) dan dianggap tabu.
Padahal politik itu sebenarnya punya nilai-nilai luhur, yakni untuk mensejahterakan atau memakmurkan rakyat. Profesi politisi sebenarnya mulia, namun belakangan ini citra politisi terstigma negatif lantaran ulah sejumlah “politisi hitam” yang kerjanya cenderung menumpuk kekuasaan, memperkaya diri dan memuaskan nafsu purbanya (seks). Karena itu, seyogianya partai politik harus menempatkan kader-kader terbaiknya, yang punya integritas, punya moral yang baik, Pancasilais, berani dan cerdas untuk menjadi caleg atau wakil rakyat. Kita tentu mengimpikan Indonesia menjadi negeri yang aman, sejahtera, makmur, damai, bermartabat dan adil, sehingga dibutuhkan figur-figur politisi yang sungguh-sungguh baik dan benar, seperti disebut di atas.
Sekaitan dengan itu, di Pemilu 2014 ini kita mengimbau agar caleg-caleg yang bertarung, terutama dari kaum Kristiani supaya sungguh-sungguh menjadikan politik sebagai arena untuk melayani atau mensejahterakan bangsa ini. Kita tak mengharapkan caleg-caleg atau para politisi (Kristiani) yang kelak duduk di legislatif, eksekutif, atau yudikatif terjerumus pada dosa “tiga Ta” (harta, tahta dan wanita), tapi kiranya mereka mampu menjadi garam (mencegah pembusukan dan memberi rasa nikmat) dan terang (menerangi kegelapan) di panggung politik.
Kitab Amsal 3: 5-7 menulis, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.”
Ajaran Tuhan ini amat baik, sarat pesan moral dan penting kita renungkan bersama di dalam kehidupan ini, termasuk oleh politisi. Karena jelas ada wejangan dan ajaran Tuhan agar kita takut kepadaNya dan menjauhi yang jahat supaya Tuhan meluruskan jalan kehidupan kita, sehingga tidak terjebak pada dosa. Semoga. Jonro I. Munthe, S.Sos.