Dalam menjalankan kehidupan ini, semakin hari orang semakin menyadari kebiasaan hidup sehat merupakan tuntutan yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti apakah itu? Leading Mark, bukan nama sebenarnya, duduk menggerutu sambil menyalahkan Tuhan akibat sakit stroke yang dialaminya. “Jika Tuhan mengasihi umatNya, dan jika Tuhan itu kasih mengapa aku dibiarkan menderita stroke seperti ini,” keluhnya. Dia telah terserang stroke dua kali akibat adanya penyumbatan pembuluh darah di bagian otak.
Dia menderita lumpuh dan mata sebelah kirinya buram selama hampir dua tahun ini. Sehingga dengan terpaksa ia harus melepaskan pekerjaan yang sudah ditekuninya selama tiga tahun dengan gaji yang lumayan besar. Beruntung dia menerima pesangon yang cukup untuk mencukupi pengeluaran rumah tangganya. Namun tak urung dirinya risau sambil bertanya,”Bagaimana nanti jika semua uang pesangon itu habis?” Sementara lumpuh dan mata yang buram belum beranjak dari dirinya meski ia sudah mengusahakan pengobatan ke segala penjuru.
“Kalau Tuhan itu kasih, seharusnya Dia memberikan saya tanda-tanda atau isyarat supaya saya berobat dulu sebelum stroke seperti ini. Apa Tuhan seperti itu,” sungutnya. Mark menyalahkan Tuhan, karena tidak memberitahukan dirinya bahwa dia akan terserang stroke. Menurutnya, Tuhan seharusnya memberikan dia tanda supaya dia bersiap sedia sebelum stroke itu menyerangnya. Dia terus mengutuk Tuhan, dan mengatakan segala kata-kata penuh kebun binatang menghujat Tuhan, yang menurutnya, telah membuat dirinya sakit parah seperti sekarang.
Lantas benarkah hipotesis Mark ini? Dengan tinggi badan 167 centimeter, Mark memiliki berat badan hampir 100 kilogram. Perutnya besar membuncit dengan leher bak Mike Tyson, tidak kelihatan lagi mana batang lehernya akibat ditutupi lemak. “Setiap hari saya makan enak. Dari kantor memang menyediakan dana Rp 300.000 per hari sebagai dana entertainment klien. Dana itu setiap hari saya klaim, meski tidak ada klien, lalu saya pakai makan di mana saja saya suka. Saya makan apa saja saya mau,” ujarnya.
“Semua yang memiliki daging saya makan tanpa ada pantangannya, baik itu digoreng, dicincang, diasap, dibakar ataupun disantan. Saya tidak ada pantangan sama sekali. Rugi kita berpantang makanan, orang duitnya tersedia, kok, ” kisah Mark tentang apa saja yang ada di piringnya sebelum dia terserang stroke pada dini hari pukul tiga pada bulan Agustus dua tahun lalu. Mark menyebutkan, apa saja yang biasa disantapnya, babi asap, babi hong, sop kambing, sate kambing, rendang sapi, dan rupa-rupa makanan dari daging.
Daging Merah Penyumbang Kolesterol Jahat
Prof. Murdijati Gardjito dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, dalam sebuah tulisannya di harian Kompas mengatakan, daging yang terhidang di piring adalah sesuatu yang menjadi pemicu beragam penyakit. Sedangkan, Prof. Prasasto Satwiko dari Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Atmajaya, Yogyakarta, mengatakan, “Saat menjumpai makanan dari olahan daging, manusia lupa. Lupa darimana asal daging, lupa bahwa hewan ternak itu digemukkan dengan zat kimia, lupa bahwa daging itu sumber penyakit, lupa bahwa sudah banyak orang sakit akibat kebanyakan mengkonsumsi daging plus jeroan. Tapi coba lihat sekarang, industri menggiring orang sejak anak-anak untuk banyak menyantap daging”.
Maka pola makan Mark yang menyantap daging apa saja, sebetulnya merupakan pemicu utama dirinya terkena stroke. Daging, khususnya daging merah dari sapi, babi atau kambing, telah umum diketahui menjadi penyumbang kolesterol jahat terbesar dalam tubuh. Zat berbahaya ini menjadi penyebab terjadinya kebuntuan dalam pembuluh darah, yang jika terjadi di otak menjadi penyebab stroke seperti yang dialami Mark.
Sedangkan Tuhan Alalah di Kitab Kejadian 1:29 telah berfirman, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, itulah akan menjadi makananmu”. Makanan yang diberikan Tuhan Allah kepada manusia adalah tumbuhan, itulah yang seharusnya menjadi makanan manusia. Jika kemudian manusia berubah menjadi pemakan daging, maka Tuhan Allah tidaklah bisa dipersalahkan jika kemudian manusia menderita berbagai penyakit, seperti stroke yang dialami Mark.