Narwastu.id-Perhelatan Sidang Raya (SR) XVIII PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) 2024 akan dilaksanakan pada 8-14 November 2024 mendatang di Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan, dengan tuan dan nyonya rumah Sinode Gereja Toraja. Acara pembukaan akan berlangsung di pelataran Tongkonan Sangullele-Kantor BPS Gereja Toraja. SR XVIII PGI mengusung tema “Hiduplah sebagai terang yang membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran” (Band. Efesus 5:8b-9), dan subtema “Bersama-sama Mewujudkan Masyarakat Majemuk yang Pancasilais dan Berdamai dengan Segenap Ciptaan Allah.” Sidang Raya merupakan ajang pesta iman gereja-gereja di Indonesia, dan juga forum pengambilan keputusan tertinggi PGI.
Sidang ini tidak hanya milik gereja tapi juga masyarakat. Diperkirakan sekitar 4.000 orang akan mengikuti kegiatan yang akan mengambil tempat di Auditorium UKI Toraja itu. Seperti biasa, SR PGI akan didahului dengan Pertemuan Raya Pemuda Gereja (PRPG) dan Pertemuan Raya Perempuan (PRPrG) PGI pada 31 Oktober-3 November 2024 di Makale, Toraja, Sulawesi Selatan.
Dalam jumpa pers yang berlangsung di ruang Media Center PGI, pada Kamis, 21 Maret 2024 lalu, Ketua Panitia SR XVIII PGI Pdt. Musa Salusu menuturkan, dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan pesta iman limatahunan, yaitu Sidang Raya XVIII PGI di Toraja, panitia melibatkan semua pihak, baik unsur masyarakat, lintas agama, interdenominasi gereja, dan pemerintah daerah di dua Kabupaten, Tana Toraja serta Toraja Utara.
“Kami bergandengan tangan mempersiapkan pelaksanaan Sidang Raya PGI ini. Di samping itu juga melibatkan pemerintah di dua Kabupaten, Tana Toraja serta Toraja Utara yang menyatakan siap memberi dukungan, bahkan segala fasilitas yang memungkinkan bisa digunakan untuk kepentingan sidang raya nanti. Tentunya tidak hanya sidang raya, tetapi juga kegiatan yang mengawalinya, yaitu PRPG dan PRPrG. Kami telah mempersiapkan diri untuk menyambut seluruh peserta sekitar 4.000 peserta,” katanya. Dijelaskannya, berbagai persiapan terus dilakukan, salah satunya penginapan. Tidak hanya hotel, tetapi juga rumah-rumah warga yang akan menjadi tempat menginap bagi seluruh peserta.
“Hal yang sama juga dilakukan dalam setiap kegiatan sidang raya, di mana rumah-rumah jemaat-jemaat dipakai untuk menginap peserta sebagai wujud dukungan dan partisipasi untuk menerima peserta, maupun tamu serta delegasi, dari dalam maupun luar negeri,” ungkap Pdt. Musa.
Ditambahkan, Gereja Toraja sebagai tuan dan nyonya rumah mengungkapkan, panitia dalam hal Gereja Toraja bersama pihak-pihak lain sudah bekerja keras untuk mempersiapkan sukses sidang raya. “Kita sudah menyediakan 800 kamar hotel, juga wisma tamu, dan rumah penduduk untuk menyambut sekitar 2.000 peserta sidang raya,” tegas mantan Ketua Sinode Gereja Toraja ini.
Selain itu, semua lokasi untuk berbagai pertemuan, baik Pertemuan Raya Perempuan Gereja dan Pertemuan Raya Pemuda Gereja di Makale, Sidang MPL PGI dan Sidang Raya PGI di Rantepao, semua sudah siap.Menurutnya, seperti pada sidang raya sebelumnya, jika Toraja yang menjadi tuan rumah, maka sesungguhnya masyarakat Torajalah yang menjadi tuan rumahnya. Pdt Musa Salusu mengajak masyarakat Toraja yang tersebar di seluruh Indonesia ikut mendukung dan ambil bagian dalam hajatan akbar ini. “Kita tidak bisa melewatkan kesempatan langka ini menjadi tuan rumah yang baik,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn F. Manuputty berharap persidangan ini, dan semua acara dalam event oikoumene ini, tidak hanya menjadi milik para klerus (tokoh-tokoh gereja dan pendeta). “Tetapi bagaimana umat akan terintegrasi, bukan saja menyediakan rumah-rumahnya, tapi bagaimana mereka bisa berpartisipasi mengambil bagian di dalam acara-acara yang ada. Bagaimana misalnya nanti masyarakat bisa mengisi side event khusus, yang nanti akan diramu oleh panitia lokal,” tukasnya. Selain itu, diharapkan pula kepada para jurnalis untuk dapat mengendors persiapan menuju Toraja ini resonansinya akan semakin besar.
Terkait tema dan subtema SR XVIII PGI, Sekum PGI menuturkan, tema dan subtema akan membingkai perjalanan PGI dalam lima tahun ke depan, yang diterjemahkan di dalam arah strategi sampai dengan program dan kegiatan pada level PGI, tetapi juga yang menginspirasi gereja-gereja anggota berjalan dalam tema yang sama. “Tema utama dalam SR adalah ‘Hiduplah sebagai Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran’ yang direfleksikan dari Efesus 5:8b-9. Dari itulah yang akan dikedepankan menuju arah strategi yang di-breakdown dalam program PGI yang dikaitan dengan 5 dokumen gereja. Namun ada dokumen lain yang sedang dikerjakan, yaitu pengakuan bersama iman Kristen dan konvensi pernyataan iman bersama yang terintegrasi dengan dokumen lainnya. Tapi pergumulan kita masih sama dengan periode lalu, yaitu tiga krisis dan satu pergumulan, yaitu krisis kebangsaan, krisis ekologis dan krisis oikoumene dan tantangan disrupsi informasi digital,” ungkapnya.
Selain itu, ada komponen turunan dalam rumusan isu strategis itu, misalnya pendidikan untuk menjadi demos bukan sekadar voters. Jadi memberikan pendidikan bagi gereja-gereja soal pendidikan politik, ada juga isu menyangkut spiritual kepada ketahanan keluarga. Studi-studi yang dilakukan dan kami mendapat gambaran, di mana terdapat kerapuhan-kerapuhan dalam keluarga. “Jadi spiritualitas keluarga-keluarga Kristen cenderung menurun dan itu berimplikasi seperti pada perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan persoalan lainnya. Jadi hal-hal itu yang akan dibicarakan atau menjadi isu strategis dalam SR nanti. Dan spiritualitas keugaharian menjadi salah satu yang ditawarkan nanti,” kata Pdt. Jacky. KL