Narwastu.id-Majalah NARWASTU beberapa bulan lalu, berkesempatan berbincang-bincang dengan pria cerdas, nasionalis, Pancasilais dan giat mengabarkan Injil ini. Dr. Disiplin F. Manao, S.H., M.H., D.Th adalah figur penegak hukum yang inspiratif dan cerdas, dan saat ini dipercaya sebagai Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. Dan dia sudah banyak makan asam garam dalam menegakkan hukum, serta sudah menulis beberapa buku seputar hukum. Itulah bukti bahwa ia bukan hanya seorang penegak hukum, tapi seorang intelektual yang peduli membagikan ilmunya. Ketika berbincang-bincang dengan pria yang juga aktif sebagai pendeta dan dosen serta narasumber di pelatihan Hakim Tata Usaha Badan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung (MA) RI ini, ada banyak pengalaman hidup yang disampaikannya.
Ketika masih kecil di Pulau Nias, ternyata Disiplin Manao sudah dididik orangtuanya dengan disiplin dan dibekali dengan iman agar mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dan orangtuanya adalah aktivis gereja. Disiplin Manao sekarang aktif di Badan Penasihat Bidang Hukum GPIN (Gereja Protestan Injil Nusantara), Pendeta di GBI Filadelfia Jatinegara, aktif berkhotbah di sejumlah gereja etnis dan instansi pemerintah. Selain itu, ia dikenal perintis dan pendiri Persekutuan Nasrani MA-RI (2004), anggota Perhimpunan Konselor Kristiani Indonesia, Ketua Panitia Pembangunan Gedung GBI Filadelfia sejak 2016.
Sedangkan di organisasi hakim ia pernah dipercaya jadi Ketua PC IKAHI PTUN Bandung (2010-2012), Wakil Ketua Komisi II Bidang Organisasi IKAHI (2012-2015), Ketua Komisi Kehumasan, Advokasi dan Pengabdian Masyarakat PP IKAHI (2015-2022), Ketua Komisi Advokasi PP IKAHI (2022-sekarang), Ketua Paguyuban Mauwu Duada Dumogodano (2001-sekarang), Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi FORNISEL (Forum Nias Selatan/2019-sekarang) dan Penasihat dan Pakar Pengurus Pusat HIMNI (Himpunan Masyarakat Nias Indonesia) pada 2017-2023. Pria kelahiran Pulau Nias, Sumatera Utara, 12 Juli 1961 ini awalnya pernah jadi advokat di R.L. Soepriatso, S.H. & Associates pada 1988. Namun karena campur tangan Tuhan ia kemudian menjadi hakim yang disegani dan punya reputasi bagus.
Lantas, bagaimana ceritanya Pak Disiplin Manao sebagai seorang penegak hukum, tetapi masih mau aktif di pelayanan, apalagi sampai ditahbiskan pula jadi pendeta? Kepada majalah kesayangan kita ini, ia bercerita, jadi awalnya sejak kecil orangtuanya berharap agar kelak ia menjadi guru, perawat atau jadi pendeta. Tetapi berjalannya waktu ketika ia duduk di SMA lalu masuk IPA, dari IPA inilah berubah cita-cita kecil itu yang sesuai dengan harapan orangtuanya ingin menjadi dokter. “Dan betul lulus SMA ikut tes dulu ada proyek perintis satu, cuma Fakultas Kedokteran tetapi ada 3 pilihan waktu itu Kedokteran UI, ITB Bandung sama IPB Bogor. Ternyata ketiganya tidak diterima. Tetapi karena semangat mau merantau saya berpikir bahwa kalau saya di kampung biasanya lulus SMP, apalagi lulus SMA, iya sudah nikah. Itu saja pola pikirnya gitu lho,” tukasnya.
Menurutnya, pikirannya kala itu, kalau ia tetap di kampung pasti itulah kejadian hidupnya. Maka ia bilang ke orangtuanya, pokoknya ia akan merantau. Akhirnya ia kuliah di Fakultas Hukum Unika Atmadjaya. Jadi selepas SMA ia sudah menuju Jakarta, dan kerohaniannya sebagai pengikut Kristus sudah ditanamkan orangtuanya sejak kecil. Dan mereka selalu diwajibkan ibadah pagi di tengah keluarga. “Orang tua saya dulu aktif sebagai Sintua di BNKP,” ujar anak ke dua dari empat bersaudara ini. Sejak SMP ia senang ikut kegiatan kerohanian, dan di SMA ia selalu ikut kegiatan gerejawi. Bahkan, di Unika Atmadjaya, yang notabene Universitas Katolik yang tidak boleh ada ruang ibadah agama lain kecuali kapel Katolik, sebagai pemuda Kristen Protestan ia sampai membentuk persekutuan doa oikoumene di situ.
Awalnya memang Disiplin Manao mengalami penentangan dari pastor mahasiswa, karena tidak boleh ada kegiatan kerohanian di luar Katolik. Tapi Disiplin Manao tak menyerah. Akhirnya berdirilah Persekutuan Doa Oikoumene Fakultas Hukum di Atmajadya, kemudian di Fakultas Ekonomi berdiri, di Fakultas Ilmu Administrasi berdiri, di Fakultas Teknik berdiri. “Pada tahun kedua kita bikin perayaan Natal, yang awalnya ditentang tapi rektor, dekan juga hadir. Jadi sejak mahasiswa pun kegiatan kerohanian itu sudah menjadi kebutuhan hidup bagi saya. Di gereja pun waktu itu saya bergabung di GPIB Shalom di Slipi, Jakarta Barat, aktif di pemuda. Bahkan, pernah jadi Ketua Pemuda GPIB Shalom. Lalu berjalannya waktu di Pendidikan Cakim pun selama 4 bulan di Cinere di Pusdiklat Kehakiman itu masih saja saya bikin persekutuan antara calon-calon hakim dengan taruna-taruni hakim Kristen,” terangnya.
Selanjutnya dalam perjalanan kariernya, Manao jadi calon hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, dan ditempatkan hakim pertama di Sidikalang, Sumatera Utara. “Dan 6 bulan berjalan, tidak tahu ini kebetulan atau panggilan Tuhan, ada pendeta yang baru ditugaskan di Sidikalang, dia mengajak saya untuk membentuk yang namanya Perwakilan Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil I-3 di Sidikalang, saya didaulat menjadi ketua selama 4,5 tahun. Jadi dengan kegiatan-kegiatan kerohanian di Kota Sidikalang itu satu peristiwa yang tidak akan lupa saya tahun 1994 ketika ada seminar hamba-hamba Tuhan. Dari hampir 400 hamba Tuhan dari berbagai gereja seluruh kawasan Sumatera Utara itu, lewat ibadah khusus pelepasan okultisme, lebih 100, bahkan saya masih ingat 134 hamba-hamba Tuhan menyerahkan jimatnya,” terangnya tentang pengalaman rohani itu.
Lalu di Mahkamah Agung RI sebagai apa Manao pertama kali? Menurutnya, jadi tahun 2000 ia pindah menjadi hakim di Pengadilan TUN Jakarta sampai 2004. Tahun 2004 sampai 2007 ia menjadi Asisten di Mahkamah Agung. Selama menjadi Asisten di Mahkamah Agung dari 2004 di sana pun ia membentuk Persekutuan Karyawan-karyawati Mahkamah Agung. Jadi Manao yang mempelopori pembentukan persekutuan doa di lingkungan Mahkamah Agung. Selanjutnya hampir setiap tahun mereka mengadakan Natal di Mahkamah Agung, dan itu gaungnya besar. Berbicara tentang ajaran Kristiani, ada ayat Alkitab yang mengatakan, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”, dikaitkan dengan kariernya Manao menerangkan, “Bagi kami sekeluarga, itu ayat bukan ayat indah, tetapi menjadi realita dalam kehidupan saya. Jadi di rumah kami pun ‘No Bible, no breakfast, no Activity.’ Jadi cari dahulu Kerajaan Allah itu bagi kami begitu bangun bentuk persekutuan dan bernyanyi”
Berbicara mengenai obsesinya, ia mengatakan, orang selalu terjemahkan pelayanan itu ketika berkhotbah di mimbar. “Bagi saya, apapun yang dilakukan dalam hidup ini, baik perkataan dan perbuatan itu menjadi pelayanan. Ketika saya memutus perkara itu tidak berarti saya lagi melayani dunia, gitu lho. Saya sedang melayani Tuhan karena keadilan yang saya putuskan bukan berdasarkan keadilan saya, tetapi berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa,” tegasnya bijak.