Berebut Kursi Bakal Cawapres

* Oleh: Yohanes Handojo Budhisedjati, S.H.

15

Narwastu.id – Perhelatan pesta demokrasi masih 7 bulan lagi. Posisi para bakal capres (Bacapres) makin menguat dengan tiga sosok nama, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Namun ada spekulasi yang mengatakan, akan ada empat bacapres dalam waktu dekat ini akan muncul. Prediksi empat pasangan yang akan berkompetisi akan terlihat saat cawapres sudah mendekati definitif. Dalam kompetisi tanpa ada petahana, posisi cawapres amat diperlukan untuk menaikkan elektabilitas capresnya. Sehingga memilih cawapres amat strategis untuk kunci kemenangan pasangan calon tersebut. Secara umum pilihan pada cawapres harus didasarkan pada tingkat elektabilitasnya, popularitasnya, kompatabilitas dengan capresnya dan tentu saja dapat membantu pendanaan kampanye.

Karena strategisnya, maka sampai hari ini ketiga bacapres belum ada yang bisa mengumumkan bacawapresnya. Semua saling simpan sampai detik terakhir, karena masing-masing tidak mau tertebak kekuatannya. Bacapres adalah representasi kekuatan paslon, sehingga akan secara mudah diketahui kekuatan paslon sekaligus kelemahannya. Juru survei yang dibayar salah satu paslon akan sedemikian mudah “menggoreng” dengan narasi tertentu yang dapat berpotensi merugikan pihak yang telah mempunyai cawapres. Itulah mengapa penentuan cawapres tidak mudah, di samping cawapres juga harus mempunyai “chemistry” yang cocok dengan capresnya.

Kerjasama lima tahun harus juga menjadi pertimbangan serius sebelum menentukan calon definitif. Diharapkan calon wakilnya dapat menutup kekurangan dari calon presiden. Strategi penentuan pencalonan cawapres kini dikaitkan juga dengan penentuan koalisi partai yang prosesnya cukup rumit. “Siapa dapat apa” mendominasi bergabungnya partai selain normatifnya selalu disebutkan mencari kesamaan visi, platform dll. Kesamaan visi, platform terbukti hanya normatif karena setiap pemilu terjadi pergantian koalisi dilakukan dengan mulus. Yang menjadi “kendala” ternyata pada “siapa dapat apa” yang memerlukan “pemikiran” berbulan-bulan.

Kritik terhadap partai-partai politik sudah banyak diungkapkan oleh akademisi, LSM dll, tetapi belum ada yang berbuah hasil. Bahkan, salah satu ketua umum partai juga memberikan otokritik, namun seolah memberi garam dalam lautan. Semoga tidak terlalu lama lagi nama-nama bacawapres akan segera menjadi nama definitif yang akan di daftarkan di KPU pada sekitar bulan September 2023 ini. Sekarang bisa dinikmati persaingan antarcalon-calon potensial di berbagai media.

 

* Penulis adalah pemerhati politik dan perburuhan, serta Ketua Umum DPN Vox Point Indonesia dan anggota Forkom NARWASTU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here