Selamat Natal 2022

* Oleh: Dr. Eliezer H. Hardjo, Ph.D., C.M.

214

Narwastu.id – Betapapun kita menahannya atau sebaliknya mendorongnya, waktu akan tetap berlalu dalam putaran kecepatan yang sama, dalam jam dan menit serta detik. Hanya saja lingkungan yang mempengaruhi perasaan kita. Kadang kita merasa waktu begitu cepat berputar ketika kita sedang menikmati keadaan sekeliling kita, entah sendiri atau bersama orang banyak, akan tetapi sebaliknya dirasakan begitu lambat ketika kita sedang mengharapkan atau menantikan sesuatu atau seseorang yang kita butuhkan, nantikan dan tunggu. Tentunya kita semua pernah merasakan itu. Apakah hal itu yang dirasakan oleh bangsa atau rakyat Yehuda setelah  nubuatan Nabi Yesaya sekitar 730 tahun sebelum Masehi, yakni kelahiran Kristus, dengan gambaran terperinci dan jelas:

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yesaya 9:5-6).

Sekilas tentang Nabi dan Kitab Yesaya dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia:

Seluruh kitab ini dapat dibagi dalam tiga bagian: Pertama, Pasal 1-39 berasal dari zaman ketika Yehuda, kerajaan selatan, diancam oleh Asyur, negara tetangga yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Tuhan. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan, Nabi Yesaya mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Tuhan akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan Tuhan. Yesaya juga meramalkan perdamaian dunia dan kedatangan seorang keturunan Daud yang akan menjadi raja yang diidam-idamkan. Kedua, Pasal 40-55 ditujukan kepada orang-orang Yehuda akan hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan membebaskan umatNya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru.

Tema penting bagian ini ialah bahwa Tuhan itu Tuhan yang menguasai sejarah, dan bahwa Ia merencanakan untuk mengutus umatNya ke segala bangsa yang akan diberkati melalui Israel. Ayat-ayat tentang “Hamba Tuhan” merupakan salah satu bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama. Ketiga, Pasal 56-66 sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali di Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janjiNya kepada bangsa itu. Perhatian khusus diberikan kepada cara hidup yang benar dan keadilan; juga kepada cara merayakan hari Sabat, mempersembahkan kurban dan doa. Ayat-ayat penting ialah 61:1-2 yang dipakai Yesus untuk menyatakan panggilan-Nya ketika Ia memulai tugas-Nya di dunia (1).

Para pakar studi Biblika memberikan nama yang berbeda-beda untuk masing-masing dari ketiga bagian kitab ini. Pasal 1-39 dinamai Proto-Yesaya, pasal 40-55 dinamai Deutero-Yesaya, dan pasal 56-66 dinamai Trito-Yesaya. Mereka juga menduga bahwa masing-masing bagian itu ditulis oleh penulis yang berlainan pula. Namun, dugaan ini sekarang sudah dianggap tidak tepat lagi dengan ditemukannya “Gulungan Yesaya Besar” di antara Gulungan Laut Mati. Gulungan itu memuat seluruh Kitab Yesaya dalam bahasa Ibrani secara lengkap dan diperkirakan ditulis pada tahun 125 SM. Karena ini merupakan salinan lengkap dan tidak ditemukan salinan sebagian, maka para ahli percaya bahwa kitab aslinya telah ditulis lengkap jauh sebelumnya, yaitu sebelum pembuangan, kemungkinan besar oleh satu orang Yesaya, yaitu seorang nabi dihormati pada zaman raja Hizkia, dan disalin terus semasa pembuangan sampai sekembalinya ke tanah Israel lagi.

Kembali kepada penantian umat Israel yang mungkin sudah mulai bosan dalam menantikan Sang Juruselamat, sampai satu saat ketika semua orang melupakannya, tiba-tiba ada seorang gadis yang masih perawan bernama Maria didatangi oleh Malaikat Gabriel, “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.’ Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.’ Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:26-35).

Sembilan bulan berlalu dan pada satu malam di sebuah bukit ketika para gembala sedang menggembalakan domba-domba mereka  kita membaca dari Alkitab kita.

“Ketika mereka di Betlehem tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin. Ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung. Anak itu dibungkusnya dengan kain, lalu diletakkan di dalam palung berisi jerami; sebab mereka tidak mendapat tempat untuk menginap. Pada malam itu ada gembala-gembala yang sedang menjaga domba-dombanya di padang rumput di daerah itu. Tiba-tiba malaikat Tuhan menampakkan diri kepada mereka, dan cahaya terang dari Tuhan bersinar menerangi mereka, dan mereka sangat ketakutan. Tetapi malaikat itu berkata, “Jangan takut! Sebab saya datang membawa kabar baik untuk kalian — kabar yang sangat menggembirakan semua orang. Hari ini di kota Daud telah lahir Raja Penyelamatmu yaitu Kristus, Tuhan. Inilah tandanya: Kalian akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan kain, dan berbaring di dalam sebuah palung.” Tiba-tiba malaikat itu disertai banyak malaikat lain, yang memuji Allah. Mereka berkata, “Terpujilah Allah di langit yang tertinggi! Dan di atas bumi, sejahteralah manusia yang menyenangkan hati Tuhan!”

“Setelah malaikat-malaikat meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata satu sama lain, “Mari kita ke Betlehem dan melihat peristiwa yang terjadi itu, yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Mereka segera pergi, lalu menjumpai Maria dan Yusuf, serta bayi itu yang sedang berbaring di dalam palung. Ketika para gembala melihat bayi itu, mereka menceritakan apa yang dikatakan para malaikat tentang bayi itu. Dan semua orang heran mendengar cerita para gembala itu. Tetapi Maria menyimpan semua itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Gembala-gembala itu kembali ke padang rumput sambil memuji dan memuliakan Allah, karena semua yang telah mereka dengar dan lihat, tepat seperti yang dikatakan oleh malaikat” (Lukas 1:6:20).

Kitab Yesaya dapat dikatakan menjadi pendamping bagi keempat Injil karena kedekatan dan ketepatan berita dan nubuatan yang digambarkan terkait erat satu dengan lain. Tahun demi tahun berlalu dan umat Israel, bangsa Yehuda sudah melupakan nubuat Nabi Yesaya akan kedatangan seorang bayi istimewa yang digambarkan dalam dua ayat di atas. Penantian yang terasa begitu lama dan lambat, sungguh membosankan dan dapat menimbulkan pertanyaan apakah apa yang disampaikan oleh Nabi Yesaya sungguh-sungguh datang dari TUHAN dan bukan sekadar keisengan Nabi Yesaya.

Janji TUHAN ya dan Amin. Kristus telah lahir dan sejak saat itulah penyertaan TUHAN sungguh-sungguh berada di tengah-tengah umat Israel, dan bahkan bagi seluruh umat manusia yang percaya kepadaNya. Kitapun dengan sukacita akan kembali memperingati kelahiran Yesus Kristus, sang Juruselamat kita sambil menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali, menjemput kita semua di akhir zaman. “Selamat Natal 2022. Tuhan Yesus memberkati.”

 

* Penulis adalah salah satu Penasihat Majalah NARWASTU, serta pakar manajemen dan kepemimpinan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here