Narwastu.id – Kita belum lama ini telah merayakan/memperingati Hari Raya Jumat Agung dan Paskah. Momentum yang sangat penting bagi kita, umat Kristiani. Fakta di Alkitab, Yesus disalib, mati dan dikuburkan, kemudian pada hari yang ketiga, Dia bangkit. Dan tergenapilah: Dia, Tuhan yang hidup. Sehingga tidak sia-sialah iman percaya kita kepada-Nya. Sungguh besar kasih karunia-Nya bagi umat-Nya di dunia ini. Umat manusia diselamatkan-Nya dari kematian kekal, yakni mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi.
Matius 28:5-7 (TB), “Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: ‘Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.
Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.”
Jaminan keselamatan dari-Nya, kasih penebusan dari-Nya itu artinya adalah, kita tak perlu takut menjalani kehidupan kita setiap hari. Sebagai anak-anak Tuhan, maka hidup kita sungguh sangat berarti. Bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Itulah hidup yang diberkati dan memberkati. Saat kita menyadari bahwa hidup kita berharga di mata Tuhan, maka saat itu terbukalah mata rohani kita bahwa sebenarnya dalam situasi kondisi apapun hidup kita sarat dengan berkat-berkat-Nya. Dan itu bukan berarti hanya uang. Sukacita, dekat dengan Tuhan, penuh dengan Buah Roh…ouwww…itu adalah berkat-Nya yang tak ternilai harganya.
Hidup kita Dia pelihara. Dia tolong setiap saat. Dia kuatkan setiap waktu. Bahkan kita tidak takut pada kematian. Sebab di Filipi 1:21-22 (TB) ada tertulis: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Poin penting pasca kita merayakan kedua hari raya/besar umat Krisitiani tersebut, yaitu tetaplah kita menjadi berkat dan saksi Kristus di manapun kita berada. Kita harus senantiasa “berbuah” yang manis yang berguna dan penuh “vitamin” yang menyehatkan rohani dan jasmani kita. Jangan pernah sombong. Rendah hatilah, dan sabarlah.
Terkait hal di atas, teringat saya salah satu poin topik khotbah dari satu gereja tempat saya berkhotbah pada Minggu, 28 Maret 2021, yaitu marilah kita hargai kasih karunia dari Allah. Sebab, kasih karunia Allah adalah pemberian cuma-cuma yang dikerjakan Allah, bukan karena kebaikan manusia tetapi karena kemurahan-Nya semata-mata. Hal yang gratis memang biasanya kemudian tidak dihargai. Namun, kasih karunia bukan diberikan secara gratis karena murahan, tetapi karena memang tidak bisa dibayar oleh manusia dengan apapun. Oleh sebab itu, hargailah kasih karunia Allah.
Nah, mengakhiri tulisan ini, saat ini dan selama-lamanya marilah kita terus mengucap syukur atas kasih dari Allah yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal datang ke dunia untuk menebus kita dari dosa-dosa, sehingga kita yang percaya pada-Nya beroleh hidup yang kekal. Implementasi dari ucapan syukur itu adalah, teruslah melayani-Nya karena hidup kita berharga di mata-Nya. Amin.
*Penulis adalah akademisi, jurnalis senior, rohaniwan dan anggota pengurus Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU).