Narwastu.id – Gagasan untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani “pembuat berita” (news maker) setiap akhir tahun oleh Majalah NARWASTU, sejatinya sudah dimulai sejak pertengahan 1999 lalu. Saat itu, Majalah Narwastu masih dikelola manajemen lama oleh Ir. Alfred W. Rattu (salah satu pendiri dan Pemimpin Redaksi Majalah Narwastu). Kala itu, Alfred Rattu dan Jonro I. Munthe yang pertama kali mencetuskan ide agar tokoh-tokoh Kristiani yang berjuang di era reformasi bisa diapresiasi oleh media Kristiani, dalam hal ini Narwastu.
Begitulah, ide untuk menampilkan tokoh-tokoh ini kemudian direalisasikan Jonro I. Munthe yang sekarang menjabat sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU. Setelah melakukan serangkaian penelitian dan jajak pendapat ke sejumlah tokoh gereja, jurnalis dan jemaat, lalu saat itu terpilihlah tokoh, seperti Pdt. Dr. SAE Nababan, Sabam Sirait, Romo Mangun Widjaya, Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Ir. Edward Tanari, Mayjen TNI (Purn.) R.K. Sembiring, Mayjen TNI (Purn.) Theo Syafei dan beberapa nama lagi sebagai “Tokoh Pejuang Kristiani Pembuat Berita”.
“Ide untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani pembuat berita ini, juga terinspirasi dari Majalah Editor (dibreidel Presiden H.M. Soeharto pada 1994). Waktu itu, Editor pernah memilih tokoh-tokoh, seperti L.B. Moerdani, Rudini, Ali Sadikin, Hendropriyono dan B.J. Habibie sebagai tokoh nasional pembuat berita pilihan redaksinya,” ucap Jonro.
Dari dulu hingga sekarang ada tiga kriteria yang dipatok untuk menempatkan seseorang itu agar jadi “tokoh pembuat berita” versi Narwastu. Pertama, si tokoh mesti populer dalam arti yang positif di bidangnya atau profesinya. Kedua, si tokoh mesti peduli pada persoalan warga gereja dan masyarakat. Ketiga, si tokoh mesti kerap muncul di media massa, apakah karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif atau ide-idenya yang kontroversial. Alhasil, si tokoh pun kerap menjadi bahan perbincangan di tengah jemaat.
Tidak gampang untuk memposisikan seseorang menjadi “tokoh Kristiani pembuat berita”. Sebab, kiprah mereka pun mesti kami ikuti lewat media massa, khususnya media Kristen, termasuk mencermati aktivitasnya dan menelisik track record-nya. Lalu tradisi memilih tokoh-tokoh terkemuka itu berlanjut dari tahun ke tahun. Pada akhir 2010 ini, kembali Majalah NARWASTU menampilkan “20 Tokoh Kristiani Kristiani Pembuat Berita Sepanjang 2010”. Figur yang kami tampilkan ini, seperti tahun-tahun yang lalu, ada berlatar belakang gembala sidang, tokoh lintas agama, pengusaha, pengacara, pejuang HAM, pemimpin gereja, aktivis gereja, pimpinan ormas, aktivis LSM dan politisi.
Ada pun 20 tokoh yang sudah diseleksi redaksi Majalah NARWASTU secara ketat dari 151 nama yang terjaring, yaitu Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Mantan anggota DPR-RI), Cornelius D. Ronowidjojo (Ketua Umum DPP PIKI), Dr. Gayus Lumbuun, S.H. (Anggota DPR-RI), St. Betty Julinar Sitorus (Sintua HKBP Cinere), Pdt. Luspida Simanjuntak (HKBP Ciketing), Drs. Sahrianta Tarigan, M.A. (Anggota DPRD DKI Jakarta), Theophilus Bela, M.A. (Ketua Umum FKKJ), Dr. M.L. Denny Tewu, S.E., M.M. (Ketua Umum DPP PDS), dan Pdt. DR. Anna B. Nenoharan (Ketua Umum Sinode Gekindo).
Juga Jackson A.W. Kumaat (Sekjen DPP Partai Karya Perjuangan), Pdt. Manuel E. Raintung, S.Si, M.M. (Sekretaris Umum PGI Wilayah DKI Jakarta), Drs. Jopie J.A. Rory (Ketua DPD PKDI Sulawesi Utara), Ir. Albert Siagian (Sekretaris Umum DPP GAMKI), Drs. S. Laoli, M.M. (Tokoh masyarakat Nias), Pdt. Ferry Haurissa Kakiay (Sekretaris Umum BPS GBI), Pdt. Jefry Tambayong, S.Th (Pendeta dari GBI), Antonius Natan (Fasilitator Jaringan Doa Nasional), M.T. Natalis Situmorang, S.Hut, M.Si (Ketua Umum PP Pemuda Katolik), dan Sheila Salomo, S.H. (Ketua Umum DPP PWKI).
Sebetulnya masih ada sejumlah nama yang pantas diposisikan sebagai “Tokoh Pembuat Berita Sepanjang Tahun 2010” ini, namun kami batasi hanya memuat 20 profil tokoh. Kami menampilkan profil singkat ke-20 tokoh pembuat berita ini di Majalah NARWASTU Edisi Khusus Desember 2010-Januari 2010 ini sebagai bentuk apresiasi (penghargaan) kami atas perjuangan mereka selama ini di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Dan kami berharap dan berdoa kiranya kiprah mereka selama ini bisa memberikan inspirasi, motivasi, pencerahan dan pencerdasan untuk kebaikan gereja, masyarakat dan bangsa ini.
Pembaca yang terkasih, mungkin saja pemilihan para tokoh ini dianggap subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif untuk menampilkannya. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang tampil ini punya kekurangan, karena mereka bukan orang suci atau malaikat. Sekadar tahu, di tengah redaksi majalah ini pun tak jarang muncul perdebatan tentang figur seseorang sebelum nama ke-20 tokoh ini ditampilkan. Sekadar tahu, kami menghindari agar dalam “20 tokoh” edisi kali ini tidak ada “orang dalam” dari Majalah NAARWASTU, seperti penasihat, meskipun kami akui ada juga penasihat majalah ini yang layak masuk dalam “20 tokoh” itu. Harapan kami, semoga melalui tulisan ini kita bisa melihat sisi positif atau nilai-nilai juang dari figur ke-20 tokoh ini. Kepada para tokoh yang termasuk dalam “20 pembuat berita” ini, kami sampaikan pula bahwa inilah hadiah Natal terindah dari kami sebagai insan media Kristiani kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selama ini telah ikut berupaya membentuk karakter bangsa ini. Akhirnya, kami sampaikan, selamat Hari Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. Tuhan memberkati kita semua. Selamat menyimak.
![](https://www.narwastu.id/wp-content/uploads/2020/12/168745_127039577361492_5214453_n.jpg)
Aktivis Lintas Agama dari GAMKI
Ir. Albert Siagian, M.M. yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Umum DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), adalah salah satu tokoh muda Kristen yang cukup menonjol saat ini. Tak bisa dipungkiri ia cukup populer di kalangan aktivis lintas agama dan tokoh-tokoh gereja aras nasional. Makanya, figurnya tak bisa dipandang sebelah mata. Tak heran, bila organisasi kaum muda gereja, yaitu GAMKI yang akan menggelar Kongres IX dalam waktu dekat ini di Jakarta sudah memperhitungkannya sebagai calon ketua umum.
![](https://www.narwastu.id/wp-content/uploads/2020/12/12593441_1021724541226320_1079476696191012722_o.jpg)
Kalau tak ada halangan, Kongres GAMKI IX akan digelar pada Maret 2011 mendatang. Perhelatan ini menjadi makin menarik, karena Ketua Umum DPP GAMKI Dating Palembangan, S.E., M.M. akan meletakkan jabatannya. Dating sendiri pernah mengatakan, harus ada regenerasi di GAMKI agar organisasi ini semakin mandiri untuk mempersiapkan kader-kader muda dari gereja.
Dari penelusuran yang pernah dilakukan Majalah NARWASTU ke sejumlah kader muda Kristen, nama Albert memang diakui sebagai sosok yang aktif, dinamis dan populer. Albert yang berjemaat di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kayu Putih, Jakarta Timur, selama ini memang merupakan salah satu motor GAMKI. Sebagai tokoh muda Kristiani ia punya jaringan luas di kalangan tokoh-tokoh gereja dan tokoh muda nasional.
Pria berpenampilan kalem ini, aktif pula di berbagai organisasi berskala nasional. Dan ia punya track record yang cukup bagus di organisasi kepemudaan. Lulusan Universitas Gunadarma, Kota Depok, Jawa Barat, ini pernah menjadi pengurus FKPPI (Forum Komunikasi Putra-putri TNI/Polri) Jakarta Utara, Sekretaris BPC GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) DKI Jakarta (1994-1996), Ketua BPC GMKI Depok (1996-1998), pengurus DPD GAMKI DKI Jakarta (1993-1998) dan Bendahara Umum PP GMKI (2000-2002).
Albert pernah pula jadi pengurus DPD KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) DKI Jakarta (2004-2008), deklarator Presidium Kaukus Pemuda Lintas Agama (KPLA) DKI Jakarta (2006), deklarator Presidium Persaudaraan Kebangsaan Pemuda (PERSADA) Indonesia DKI Jakarta (2007) dan Sekretaris Bidang Media, Informasi dan Komunikasi DPP Barisan Indonesia (BARINDO) pada 2008-2012.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, sebagai salah satu pentolan GAMKI, Albert cukup sibuk menyampaikan seruan perdamaian kepada umat, dan meminta semua pihak agar jangan bertindak anarkis bila menghadapi sebuah persoalan. Seruan itu ia sampaikan bersama sejumlah tokoh muda dari Islam, Katolik, Hindu dan Budha ketika menyikapi kasus HKBP Pondok Timur Indah, Ciketing, Kota Bekasi, Jawa Barat, yang sudah menjadi isu nasional.
Berbicara tentang organisasinya, kata Albert, GAMKI memiliki dua tujuan terhadap setiap kadernya, yaitu menciptakan kader yang memiliki wawasan oikoumenis dan kader yang memiliki wawasan kebangsaan. “Kader yang berwawasan oikoumenis, yaitu kader yang berbakti kepada Tuhan dan memenuhi panggilanNya, melalui tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanan dan berperan serta mewujudkan cita-cita keesaan gereja di Indonesia. Sedangkan kader yang berwawasan kebangsaan, yaitu kader yang mampu membangun masyarakat, bangsa dan negara dengan meningkatkan partisipasi pemuda Indonesia dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” paparnya.
Albert mengatakan, respons pemuda gereja masih sangat minim terkait dua tujuan itu. “Masih ada mind set di setiap pemuda gereja, bahwa persoalan oikoumene merupakan tugas para pendeta, penatua dan pelayan di gereja. Hal itu masih dianggap jauh melampaui pelayanannya. Apalagi persoalan kebangsaan, dianggap masih menjadi domain para politisi. Belum lagi, pandangan yang mengatakan, politik itu kotor. Padahal persoalan kebangsaan tidak semata-mata persoalan politik, tapi jauh di atas itu, yaitu bagaimana setiap warga negara menyadari hak dan kewajibannya serta berperan serta di dalam pembangunan nasional,” ujarnya.
“Harapan saya adalah agar pemuda gereja mau keluar dari comfort zone, dan mari melakukan hal-hal yang konkret bagi kemajuan bangsa dan negara kita. Salib memiliki dua garis, yaitu garis horizontal dan garis vertikal. Vertikal kepada Tuhan dan horizontal kepada sesama. Di gereja, tentulah hal yang vertikal kita lakukan, di luar gereja mari kita lakukan hal-hal yang horizontal tadi. Hal itu sebenarnya yang ditunggu masyarakat kita, yaitu kasih. Kasih semakin hari semakin menjauhi bangsa ini, oleh sebab itu orang Kristen dituntut untuk keluar dan menyatakan kasihnya,” tuturnya.
Tugas kita sebenarnya, kata Albert, menyatakan kasih. Jika kita tidak keluar, maka orang Kristen akan semakin dianggap eksklusif. ”Kalaupun ada pemuda gereja yang berpandangan kritis terhadap bangsa dan negara ini, biasanya hanya kita temui di dunia maya, tapi begitu diajak keluar untuk melakukan sesuatu, kebanyakan dari teman-teman itu masih menolak. Padahal di dunia maya hanya mengeluarkan uneg-uneg saja alias curhat dan tidak membawa dampak apapun terhadap perubahan bangsa ini. Tapi jika menggunakan saluran organisasi untuk menyatakan pendapatnya tentu akan lebih berdampak, apalagi jika dilakukan secara bersama-sama. Cara pandang seperti inilah, salah satu hal yang membuat pemuda gereja tidak tertarik dengan ke-GAMKI-an,” tukasnya. KF