Narwastu.id – Figur kepala daerah yang satu ini dikenal seorang Kristen yang taat, nasionalis dan humanis. Drs. Ayub Titu Eki, M.S., Ph.D sudah dua periode menjabat sebagai Bupati Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pria kelahiran Fatuone, Kupang, 5 Desember 1956 ini menjabat Bupati Kupang sejak 2009-2014, lalu 2014-2019. Dia mengikuti pendidikan SD, SMP dan SMA di Kupang. Lalu Sarjana Muda di Fakultas Keguruan Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang (1980), lalu S2 dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1990), dan S3 dari Adelaide University, Australia (2002).
Ayub pernah bekerja sebagai petani, peternak, guru SMEA, dosen FKIP Undana, Ketua Jurusan AKK FKM Undana, Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka, Kupang. Di samping aktivitas intelektual, ia giat di pelayanan di gereja. Ia pernah menjadi diaken, penatua, ketua pembangunan gereja hingga anggota Majelis Sinode GMIT (Gereja Masehi Injili Timor pada 2011-2015). Pria yang mengimani ayat Alkitab: Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33) ini juga pernah menjadi Ketua umum Persehatian Orang Timor (POT) Kabupaten Kupang (2004) dan Wakil Ketua II POT Pusat (2004).
Tokoh Kristiani yang juga Ketua Yayasan Apostel Bangun Bangsa (ABB), Pdt. DR. Sarah Fifi, S.Th, M.Si berpendapat, Ayub Titu Eki adalah seorang Kristen yang taat, dan sangat yakin dengan kuasa doa yang dahsyat. Dan Ayub ingin masyarakat yang dipimpinnya mengalami pemulihan rohani, agar berkat Tuhan turun terhadap daerahnya. Ayub, imbuhnya, pun seorang kepala daerah yang ingin daerahnya makmur, damai sejahtera dan jauh dari korupsi. “Tokoh seperti beliau yang antikorupsi dibutuhkan Indonesia,” ujar Pdt. Sarah Fifi yang juga salah satu Penasihat Majalah NARWASTU dan mantan Ketua Bidang Teologi DPP PIKI.
Di buku Menabur Gagasan Menuju Perubahan Drastis, yang berisi pemikiran dan perjalanan hidup Ayub Titu Eki, ada tulisan menarik dari Dr. Ir. Retno Sumekar, M.Sc (Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI). Retno menulis, saya mengenal Bupati Kupang Pak Ayub Titu Eki sekitar tahun 2014 akhir. Kesan saya, selama mengenal beliau, saya melihat beliau pemimpin yang humble, baik karakter maupun sikapnya, namun tegas, welas asih, juga mengayomi seluruh anggota masyarakat NTT.
Hingga kini hubungan kami cukup baik. Sebagai seorang sahabat, beliau cukup nyaman diajak berbincang-bincang, mulai dari hal-hal bersifat sederhana, sampai hal-hal bersifat serius tentang pekerjaan. Terutama kita mempunyai semangat yang sama untuk kemajuan bangsa Indonesia agar mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Menurut saya, dari sisi kepemimpinan (Leadership), Pak Ayub adalah typical pemimpin yang memegang teguh amanah, norma-norma agama betul-betul dia jalankan, sehingga dengan cerita kasih/welas asihnya beliau menjalankan roda kepemimpinan selama menjadi Bupati Kupang saat ini.
Sebagai pemimpin kepedulian Pak Ayub terhadap daerah kelahirannya tinggi, dan ini yang membuat saya terkesan dengan beliau. Sahabat saya ini, beliau pernah bicara, ingin mendatangkan investor ke Kupang, tapi kami tidak menjual tanah kami, hanya mengelola bersama-sama dengan memberikan nilai tambah (added value) terhadap masyarakat kami. Intinya, beliau selalu mengedepankan kepentingan masyarakat, dan beliau turun langsung ke lapangan guna melihat, mengambil sikap dan kemudian memutuskan dengan menggunakan kemampuan pikiran dan mata hatinya.
Kendati demikian, setiap manusia pasti ada kekuranganya. Tetapi, sebagai orang yang beriman, kita tidak hendak melihat kekurangan orang lain. Tuhan menciptakan umatNya pasti dengan terbaik untuk umat tersebut. Dalam kesehariannya, Pak Ayub adalah orang yang mudah berkomunikasi dengan semua tokoh masyarakat atau tokoh agama, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip ketimuran dan selalu menghargai orang lain menjadi prioritas pertama bagi beliau. Terkait dengan keberpihakannya kepada masyarakat kecil tidak perlu diragukan lagi. Beliau paham betul bagaimana mengelola masyarakat kecil dengan tingkat pendidikan mereka yang masih rendah, beliau sangat membimbing untuk kemajuan masyarakatnya.
Saya kira, masyarakat daerah kelahiran beliau sangat bangga terhadap apa yang telah dicapai putra daerahnya, kami harapkan beliau tidak saja menjadi kebanggaan bagi tanah kelahirannya saja, akan tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Kupang, karena kepemimpinan beliau yang tegas, lugas dan welas asih. Kita ketahui awalnya Pak Ayub adalah dosen di Undana dan UT, kini dia terjun ke kancah politik dan dipercaya sebagai bupati Kupang 2009-2014 dan 2014-2019. Menurut saya, seorang akademisi masuk ke ranah politik justru akan lebih bagus. Kenapa? Dengan bekal IPTEK yang dimilikinya, beliau akan lebih mudah mengembangkan daerahnya didukung dengan kemampuan politiknya yang handal.
Seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT masuk kriteria Daerah Tertinggal. Program/kebijakan seperti apa yang dilakukan kepala daerah agar daerahnya lepas dari Kriteria Tertinggal? Menurut saya, secara holistik, kita harus memikirkan kawasan atau daerah yang masuk kriteria Daerah Tertinggal. Maka, program/kebijakan yang perlu dijadikan prioritas adalah membangun SDM yang kuat, cerdas, terdidik dan cinta daerah.
Jadi perlu dibangun lembaga pendidikan yang bersifat pendidikan vokasional berbasis potensi unggulan daerah, maka dapat dipastikan akan meningkatkan daya saing daerah tersebut, karena SDM merupakan kunci utama kemajuan suatu daerah. “Saya melihat tantangan yang dihadapi para Kepala Daerah di Kupang/NTT pada masa sekarang dan di masa depan adalah kualitas SDM yang belum mempunyai nilai tambah. Langkah awal adalah memberikan ruang gerak pendidikan yang berkualitas,” tulis Retno.
Sedangkan Pdt. DR. Sarah Fifi menambahkan, ternyata kepala daerah yang satu ini juga seorang pendoa. Dia selama ini giat berdoa untuk meminta kepada Tuhan agar ke daerahnya dikirimkan hamba-hambaNya untuk mendoakan daerahnya agar mendapatkan pemulihan kerohanian. Karena diimani oleh Ayub bahwa doa kepada Tuhan mampu memulihkan sebuah daerah atau negeri agar diberkati Tuhan. Doa yang terus menerus dipanjatkan kepada Tuhan mampu membuat orang bertobat dan mendekat kepadaNya. “Beliau ini tokoh Kristen yang patut kita dukung, dan mampu menginspirasi dan memotivasi rakyat,” ujar Pdt. Sarah Fifi yang juga psikolog dan konselor masalah keluarga.