Narwastu.id – Bangsa Indonesia dan gereja telah kehilangan salah satu putra terbaik yang selama hidupnya mengabdi demi bangsa dan gereja, yaitu Pdt. DR. Willem Tumpal Pandapotan (WTP) Simarmata M.A., yang pada Jumat sore, 17 Juni 2022 lalu telah kembali ke pangkuan Bapa Surgawi, di Rumah Sakit Columbia, Medan. Sejak dua bulan terakhir ini kondisi kesehatannya menurun, karena diserang kanker paru-paru. Pdt. Simarmata adalah salah satu guru bangsa dari umat Kristen, dan termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2011 Pilihan Majalah NARWASTU.”
Semasa hidupnya Pdt. Simarmata pernah mengisi jabatan penting, baik di organisasi pemuda, sinode gereja HKBP, organisasi Kristen yang berskala nasional dan internasional, juga di lembaga pemerintahan. Di lembaga gereja dia pernah dipercaya sebagai Ephorus Sinode HKBP, Sekjen HKBP, Ketua Rapat Pendeta HKBP, Ketua Umum Badan Kerjasama Gereja-gereja Se-Sumatera Utara (Sumut), dan dua periode sebagai Ketua Umum PGI Wilayah Sumut.
Di tingkat internasional tercatat ia pernah menduduki posisi sebagai Moderator atau Presiden CCA (Persekutuan Gereja-gereja Se-Asia), Moderator UEM (Persekutuan Gereja-gereja Asia, Eropa dan Afrika), dan anggota Komite Pusat WCC (Dewan Gereja-gereja Se-Asia). Sedangkan di pemerintahan ia menjadi senator atau anggota DPD-RI peraih suara terbanyak lebih dari 800 ribu suara di Sumut. Meninggalnya Pdt. WTP Simarmata tentu meninggalkan duka yang amat dalam, tidak hanya bagi keluarga besar HKBP, tetapi juga seluruh jemaat serta tokoh Kristen dalam dan luar negeri. Pdt. Simarmata yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Ephorus HKBP dan Direktur Departemen Pendidikan HKBP dulu dikenal figur yang vokal pada penguasa Orde Baru.
Pasalnya, pada 1992 sampai 1998 lalu Sinode HKBP sebagai gereja terbesar di Indonesia yang punya anggota jemaat 6,5 juta jiwa diintervensi penguasa Orde Baru. Kala itu kepemimpinan di HKBP terbelah dua. Ada kubu Monjo yang didukung militer dan penguasa Orde Baru, serta ada lagi kubu SSA yang setia pada konstitusi serta vokal pada penguasa yang dipimpin Pdt. Dr. SAE Nababan (Alm.). Kala itu, Pdt. Simarmata bersama rekan-rekannya berani mengkritisi penguasa yang otoriter. Sehingga Pdt. Simarmata cs pernah diculik oknum militer. Namun pada 24 Desember 1998 kedua kubu HKBP berdamai, dan Pdt. Simarmata bersama Pdt. SAE Nababan, Pdt. Dr. J.R. Hutauruk dan sejumlah tokoh HKBP berperan dalam perdamaian yang mengharukan itu.
Dalam sebuah kesempatan kepada Majalah NARWASTU, Pdt. Simarmata yang juga sesepuh keluarga besar marga Simarmata Se-Indonesia pernah menegaskan, suatu saat kelak masa kelam di HKBP saat diintervensi pihak eksternal perlu diungkap, karena di situ terjadi pelanggaran HAM, dan sejarah mesti diketahui generasi muda. Pada Senin, 18 Agustus 2019 lalu saat ia bertandang ke kantor Majalah NARWASTU Pdt. Simarmata bersaksi, kalau ia bisa menjadi peraih suara terbanyak di Pemilu 2019 sebagai calon senator, itu karena kemurahan Tuhan. Katanya, ada banyak warga Sumut dari berbagai suku dan agama yang mendukungnya, terutama jemaat HKBP. Menurut mantan aktivis GMKI dan KNPI ini, warga gereja yang terpanggil melayani di dunia politik mesti berani mengawasi kekuasaan dan mengawal demokrasi agar berjalan baik dan benar.
Semoga jejak-jejak keteladanan almarhum yang juga pemuka lintas agama ini bisa diikuti oleh seluruh keluarga, juga generasi penerus gereja di seluruh Indonesia dan dunia. TH