Narwastu.id – Di awal Tahun Baru 2017 ini, Indonesia tak hanya dihebohkan oleh berita hoax (berita bohong dan berita rekayasa) dan Pilkada DKI Jakarta, yang sampai melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh di negeri ini, seperti Megawati Soekarnoputri yang mendukung Ahok-Djarot, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendukung Agus-Sylvi, dan Prabowo Soebianto yang mendukung Anies-Sandiaga. Namun juga dihebohkan dengan berita Antasari Azhar (mantan Ketua KPK) dan Patrialis Akbar (Hakim Mahkamah Konstitusi dan mantan Menteri Hukum dan HAM).
Antasari yang disebut-sebut korban penguasa terdahulu, karena ia tegas mengkerangkeng koruptor, kini sudah bebas dan mendapat grasi dari Presiden RI Jokowi. Sebaliknya Patrialis yang biasanya tegas bicara korupsi dan berpenampilan agamis justru ditangkap KPK karena terlibat korupsi dengan pengusaha daging sapi. Di sisi lain, sejumlah tokoh masih meramaikan pemberitaan media massa, TV, radio dan media sosial (medsos), seperti Kapolri Tito Karnavian yang tegas memanggil tokoh-tokoh FPI seperti Habib Rizieq Shihab untuk diperiksa, juga fenomena Ahok hampir setiap hari dipublikasikan media, karena mendapat banyak simpati dari publik sekalipun ia diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Utara atas dugaan penistaan agama.
Yang tak kalah hebohnya, ada aktivis lintas agama, pendeta dan pimpinan PMKRI yang melaporkan pimpinan FPI ke polisi, menjadi berita hangat dan perbincangan ramai di media sosial. Hari-hari ini kembali kita sibuk menyimak berita dugaan suap oleh BH, pengusaha yang punya 20 perusahaan pengimpor daging sapi dan peternakan, yang kabarnya menyuap Patrialis Akbar Rp 2,5 miliar. Dan BH adalah pendeta plus pimpinan sebuah sinode (gereja).
Belum lagi, kita dengar masih ada ancaman ormas-ormas radikal, aksi intoleran, keadaan ekonomi yang belum kondusif, serta memanasnya hubungan antarelite-elite politik di negeri ini, seperti komunikasi politik Jokowi dengan Presiden RI ke-6, SBY yang belum harmonis. Hari-hari ini bangsa ini memang dikhawatirkan akan mengalami chaos dan disintegrasi bangsa. Tapi untunglah pemerintahan Jokowi dan tokoh-tokoh bangsa ini masih bisa meredam dan menahan diri, sehingga tak terjadi bahaya perpecahan, seperti yang meletup di Suriah dan Timur Tengah. Ini pun kita imani karena banyak umat yang berdoa untuk kedamaian dan keutuhan negeri ini.
Seperti ditegaskan Pembina/Penasihat NARWASTU, Pdt. DR. Nus Reimas di acara Natal majalah ini bersama tokoh-tokoh Kristiani pada 13 Januari 2017 lalu, kita harus tekun membawa bangsa ini dalam doa. Dan umat Kristiani di negeri ini harus terus menjadi garam dan terang. “Dan kalau Tuhan yang kita andalkan di dalam kehidupan ini, maka kita tak tak usah takut,” pungkas Pdt. Nus Reimas. Di tempat terpisah, saat berkhotbah di Natal Partai Demokrat pada 21 Januari 2017 lalu, Pdt. Nus Reimas kembali menegaskan, bangsa ini, termasuk Partai Demokrat dan SBY harus ikut menjaga Bhinneka Tunggal Ika agar bangsa ini utuh.
Pernyataan Pdt. Nus Reimas itu adalah suara kenabian yang disampaikan Hamba Tuhan, sehingga penting dan menarik untuk disimak anak-anak bangsa ini, terutama para elite di dalam menyikapi keadaan dan kondisi NKRI. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita pun berharap dan berdoa agar masa depan negeri tercinta ini senantiasa cerah.
Karenanya kita perlu bekerja lebih baik, dan meningkatkan kualitas doa sembari terus menyuarakan suara nabiah agar bangsa ini selalu damai dan punya masa depan cerah. Di Kitab Mazmur 37:37 ada ditulis, “Sebab pada orang yang suka damai ada masa depan…” Dan masa depan bangsa ini ada pada orang-orang yang cinta perdamaian. Dan orang yang cinta damai tentu adalah orang yang selalu mengandalkan Tuhan di dalam kehidupannya. Semoga. Jonro I. Munthe, S.Sos.