Narwastu.id – Pendidikan merupakan investasi masa depan bangsa, di mana hasil pendidikan berkualitas tidak dapat dirasakan dalam waktu yang singkat. Hasil pendidikan dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu yang amat panjang, di saat anak didik tersebut telah terjun ke masyarakat. Metode pendidikan yang berubah-ubah sangat merugikan walau memang banyak sistem yang harus diperbaiki dalam pendidikan itu sendiri.
“Kita menyadari pendidikan pertama dan utama ada di dalam lingkungan rumah tangga, rumah tangga merupakan satu lembaga dasar yang kuat. Rumah tangga adalah lembaga tertua di dunia yang dimulai dari Adam dan Hawa,” kata Bertha Saragih, S.PAK, mantan anggota DPR-RI dari Partai Damai Sejahtera (PDS) dalam sebuah diskusi tentang pendidikan dalam keluarga di Jakarta, belum lama ini.
Menurut aktivis gereja dari GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) Cikoko, Jakarta Selatan, ini adapun pendidikan dalam rumah tangga merupakan struktur utama dalam pembangunan peradaban yang menghasilkan karakter, membangun pribadi, belajar bertumbuh dan hidup bersama dalam lingkungan masyarakat. Dalam lingkup kecil ini ada sentuhan-sentuhan hati. Pendidikan yang kuat dan baik di setiap rumah tangga akan membuat kualitas tinggi, berwibawa, meningkatkan martabat, mampu memimpin diri sendiri dalam menentukan sikap, dan dapat melihat sisi baik buruknya setiap masalah. Itu semua lahir dari pengaruh pendidikan yang baik di rumah,” ujarnya.
Pendidikan yang tangguh, katanya, pun akan menghasilkan sosok manusia yang punya kredibilitas, kompeten dan bertanggung jawab. Seharusnya pendidikan mengutamakan keseimbangan antara kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual. Ketiga kecerdasan ini harus berimbang. “Betapa sedihnya kita jika melihat para pendemo yang melempari gedung-gedung, merobohkan pagar, membakar ban dan meneriakkan kata-kata yang tak senonoh. Itu kan, sebenarnya merugikan diri dan bangsa sendiri,” ujarnya.
“Lalu di mana letak kesalahannya. Kenapa para pendemo sampai melakukan hal yang tak pantas. Ada pepatah mengatakan, ‘Bukan salah ibu mengandung’. Kalau memang demikian, siapakah yang dipersalahkan, apakah pendemo, apakah orangtua, apakah pemerintah atau guru? Apakah gereja? Kita lihat pendidikan bangsa ini adalah tanggung jawab kita bersama. Namun kita tahu sebelum anak-anak mengenal dunia luar, anak itu masih seperti kertas putih. Orangtualah yang membuat ukiran-ukiran pada jiwa dan pribadi mereka,” terangnya.
Dalam mendidik anak-anak sejak usia dini dibutuhkan perhatian khusus, kesabaran dan ketekunan. Di mana kita melihat saat ini pengaruh luar sangat buruk untuk mempengaruhi jiwa anak-anak. “Bukan saja dipengaruhi dari luar, tapi juga pengaruh tontonan dari TV yang dapat merusak jiwa anak-anak. Jadi orangtua harus mewaspadai banyak hal yang dapat merusak jiwa si anak. Jadi kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual harus berimbang,” ujarnya.
Menurut Bertha, membangun masa depan anak tak sama dengan membangun sebuah rumah. “Kalau membangun sebuah rumah, kalau sudah ada uang rumah itu pasti jadi. Lain halnya dengan membangun masa depan anak, uang dapat merusak masa depan anak jika pribadinya tak terkontrol. Anak harus dididik agar mampu membedakan baik buruknya sebuah keputusan yang diambil. Itulah tugas orang tua, menanamkan moral agar anak-anak benar-benar terdidik,” terangnya. NU