Narwastu.id – Pada 11 hingga 17 Juli 2022 lalu, bendera merah putih berkibar di Kejuaraan Dunia Taekwondo versi American Taekwondo Association (ATA) yang berlangsung di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat (AS). Noah Sidabutar, putra Batak berusia 12 tahun yang tinggal bersama orangtua dan dua adik perempuannya di Horizon West, Florida, AS, berhasil meraih tiga gelar juara dunia, yaitu untuk kategori Creative Form, Creative Weapon, dan Extreme Form untuk kelas usia 11-12 tahun, di tingkat dua sabuk hitam. “Rasanya luar biasa. Ketika banyak teman saya asyik di rumah bermain vidio game saat musim panas, saya berlatih meningkatkan kemampuan Taekwondo untuk mempersiapkan diri meraih prestasi masa depan saya,” kata Noah dalam press release yang diterima media.
Di samping meraih tiga gelar juara dunia, Noah yang pergi mengikuti kejuaraan itu ditemani ibunya, Julian Sidabutar Limbong, juga menduduki peringkat kedua untuk kategori Extreme Weapon. Selain mengikuti sebagai peserta perorangan, Noah juga merupakan anggota tim atraksi dari perguruan Taekwondonya, Victory Martial Arts, yang berlokasi di Ocoee, Florida. Noah, bersama timnya berhasil menempati peringkat ketiga di kejuaraan dunia ini untuk kategori demo team. Menurut Noah, untuk mengikuti kejuaraan dunia ini, dia harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah masuk dalam peringkat 10 besar ATA di babak penyisihan yang sudah berlangsung selama 1 tahun sejak Juli 2021 untuk semua kategori yang dia ikuti. “Saya bersaing dengan seniman bela diri yang sangat berbakat di ATA,” ujarnya.
Sebelum menekuni Taekwondo, Noah pernah mencoba berbagai olahraga, seperti baseball, basket, sepak bola, dan renang. Tetapi semua olahraga itu tidak ada yang benar-benar dinikmatinya. Hingga akhirnya ia menekuni Taekwondo di usia 7 tahun melalui Victory Martial Arts. Awalnya Taekwondo hanyalah hobi bagi Noah. Namun, di kejuaraan dunia pertamanya pada tahun 2021 lalu, ia berhasil meraih gelar juara dunia di kategori Creative Form, dan juara kedua untuk kategori Extreme Weapon. “Saat itulah saya bulatkan tekad untuk meningkatkan kemampuan Taekwondo dengan lebih sungguh-sungguh berlatih,” katanya. Ibunya menerangkan, gelar juara dunia Noah diraih bukan tanpa pengorbanan dan dedikasi. Tiga tahun lalu, Noah bahkan tidak mampu mendapatkan gelar juara di tingkat distrik. “Tetapi kami terus pergi mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional ATA, walaupun terkadang dia tidak mendapatkan peringkat pertama. Namun, kami orangtuanya selalu berkata, ‘Teruslah berusaha, kami akan selalu mendukungmu’,” cerita Julian.
Saat pandemi Covid-19 melanda dan perguruannya dilarang berkegiatan, keluarga Noah terus membantunya berlatih. Mereka membantunya menutupi seluruh ruang keluarga dengan matras (tikar busa). Orang tua Noah juga mendaftarkannya di kelas tumbling di Orlando Parkour, agar dia bisa berlatih akrobat Taekwondo. “Banyak pengorbanan waktu, uang, pikiran, dan tenaga. Kedua adik perempuannya sangat sering menunggui Noah saat berlatih dan saat mengikuti kejuaraan,” cetus Julian. “Papa saya selalu membantu saya berlatih. Di pagi hari, dia membangunkan saya untuk bersepeda sejauh 6 mil, dan jogging sekitar 1-2 mil,” beber Noah.
Dalam persiapan untuk kejuaraan ini, terkadang Noah berlatih di gereja. Kedua orang tuanya membantu menyingkirkan kursi-kursi gereja sebelum Noah berlatih, dan mengembalikannya ke tempat semula setelah selesai berlatih. Kedua orangtua Noah adalah koordinator tim musik di Gereja Lutheran People of Faith. Dalam setiap kebaktian minggu, Noah dan keluarganya bermain musik dan memimpin nyanyian. “Saya bermain drum. Kakak saya Isabelle, memainkan perkusi dan menyanyi. Adikku Allison memainkan keyboard dan menyanyikan harmoni. Ayah saya, Immanuel, bermain bass, dan ibu saya bermain piano. Ayah saya telah bermain gitar, bahkan ketika dia masih di Indonesia,” jelas Noah.
Sekadar tahu, hampir setiap hari Noah sekeluarga berlatih musik selama kira-kira sejam untuk lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam kebaktian Minggu. Beraktifitas di gereja bukanlah hal yang baru di keluarga ini. Keempat ompung (Kakek-neneknya Noah): St. D. Sidabutar-M. Harianja dan St. B. Limbong-L. Nainggolan adalah majelis di gerejanya masing-masing dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja. Ke depannya, Noah bertekad untuk berlatih lebih keras lagi agar dapat mengikuti kejuaraan dunia seni bela diri yang mengandalkan kaki ini. Noah juga berharap agar prestasinya ini dapat menjadi kebanggaan bagi orang-orang Batak (Sumatera Utara), dan menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia. RS