Nyatakan Kasih Pada Sesama di Hari Kasih Sayang (14 Februari)

17
Kasih orang Samaria yang legendaris itu patut kita refleksikan saat merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day setiap tanggal 14 Februari.

Narwastu.id – Hal yang rutin dilakukan setiap tahunnya adalah setiap tanggal 14 Februari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang (Valentine Day). Menilik dari sejarahnya, sesungguhnya Valentine Day bukan sekadar perayaan cinta. Kisah yang terjadi di zaman Romawi kuno ini dikaitkan dengan Santo Valentinus, seorang Kristen yang menikahkan pasangan yang saling mencintai secara diam-diam. Ini dikarenakan Kaisar Romawi Claudius II melarang pernikahan bagi prajuritnya, karena mereka mau disiapkan untuk berperang. Kisah lainnya menyebutkan, jauh sebelum eksekusi dilakukan, Santo Valentinus menulis surat kepada putri sipir dan menandatanganinya dengan kalimat “From Your Velentine’s.”

Momen tersebut juga menjadi asal mula dari tradisi bertukar kartu Valentine. Situasi itu pula menjadi cikal bakal dari perayaan dalam mengekspresikan cinta dan kasih sayang di seluruh dunia. Ekspresi yang diberikan bisa dengan cara memberikan bunga, cokelat, kartu ucapan dan sebagainya. Dari pemberian tersebut rupanya tersirat sebuah makna yang dalam. Misalnya, untuk bunga mawar merah diartikan sebagai cinta dan gairah (romantis), mawar putih untuk ketulusan dan mawar kuning untuk persahabatan. Sedangkan pemberian coklat bermula dari tradisi zaman Victoria di Inggris, saat perusahaan coklat mulai membuat dan mengemas coklat dalam kotak berbentuk hati agar menarik. Selain itu, kandungan zat di dalam coklat dipercaya dapat meningkatkan suasana hati, sehingga bertambah sempurnalah sebagai hadiah untuk orang yang dikasihi.

Sebagai umat Kristiani kita semua diajarkan untuk mengekspresikan kasih setiap waktu, dan bukan karena Valentines Day. Hal itu sesuai dengan apa yang dilakukan Yesus. Bahkan, kasih menjadi landasan utama sekaligus ciri khas umat Kristiani. Akan tetapi menjadi hal yang mustahil dilakukan jika kita mengatakan, mengasihi sesama namun tidak mengasihi Tuhan terlebih dahulu. Dalam Kitab 1 Yohanes 4:19-21 dikatakan: Jikalau seseorang berkata, “Aku mengasihi Allah,” ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.”

Perumpamaan lainnya juga dikisahkan tentang seorang Samaria yang menolong seorang Yahudi yang terluka (Lukas 10:25-37). Seperti kita ketahui orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai ras manusia terburuk (Yohanes 4:9). Di balik kebencian yang ada justru orang Samaria tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolongnya. Jadi seseorang tidak mungkin mampu mengasihi sesamanya jika tangki kasihnya kering. Secara tidak langsung kita juga bisa belajar dari kisah orang Samaria. Pertama, setiap umat Kristiani harus memiliki rasa belas kasihan, karena kita terlebih dahulu telah menerima dari sumbernya, yaitu Tuhan Yesus.

Kedua, kasih juga mengajarkan agar kita tidak selfish atau tidak egois. Salah satunya dengan bersedia membantu orang lain dengan kerendahan hati. Ketiga, tidak membeda-bedakan agama, ras dan suku dalam menolong sesama. “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna” (1 Korintus 13:1-3). BTY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here