Dalam Kesederhanaan

* Oleh: Dr. Eliezer H. Hardjo, Ph.D., CM

7
Paus Fransiskus bersama Presiden RI Joko Widodo.

Narwastu.id – Tulisan ini sudah dapat ditebak ke mana arahnya. Namun ada yang menyukainya dan ada pula yang tidak, bahkan menentangnya. Itu hak pembaca tentunya. Kedatangan seorang pemimpin umat terbesar di dunia, yaitu Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dari Vatikan yang datang ke Indonesia dari tanggal 3 sampai dengan 6 September 2024. Begitu banyak aktivitas dan pertemuan beliau dengan para pemimpin kita, baik pemimpin negeri, pemuka masyarakat dan berbagai agama yang diakui pemerintah di Indonesia.

Tentunya pertemuan dan percakapan beliau dengan masing-masing tokoh membekas di lubuk hati mereka. Namun tentunya kesan yang tidak terbantahkan adalah kesederhanaan beliau, yang datang dengan pesawat komersial, dan tinggal menginap di gedung kedutaan Vatikan. Kita tidak perlu berargumentasi bahwa pemerintah Indonesia yang saat ini dipimpin Presiden RI Joko Widodo, dan berikutnya Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto akan dengan senang hati menyediakan gedung menginap yang disukai Paus Fransiskus. Dan itu pulalah yang kita saksikan bersama, sebuah kesederhanaan dari seorang pemimpin umat terbesar di dunia secara tunggal bukan kolektif.

Tentunya, dan seharusnya apa yang diperlihatkan Paus Fransiskus kepada kita semua adalah pelajaran yang tersurat dan tersirat, bahwa sebuah kepemimpinan dan keteladanan umat Kristiani dan atau termasuk Katolik adalah sebuah kesederhanaan hidup.

Kesederhanaan seringkali disamakan atau dikaitkan dengan kemiskinan. Karena miskin maka terpaksa hidup sederhana. Dan hal itu yang secara tidak langsung dibantahkan oleh para tokoh pemimpin Kristen di sebagian belahan dunia, termasuk Indonesia, bahwa salah satu keberhasilan seorang hamba Tuhan adalah banyak pengikut, dan maaf kata, hidup berkelimpahan.

Tentunya di antara para pengikut khususnya yang kaya raya, ada yang membiayai atau memberikan persembahan untuk kehidupan sang pemimpin. Naik first class dalam penerbangan dan menginap di presidential suite room di hotel termewah menjadi standar bagi sang pemimpin dan sebagian anggota gereja yang termasuk golongan “The Haves,” dengan sukacita memenuhi keinginan dan kebutuhan sang pemimpin umat di gereja yang bersangkutan. Demikian pula dengan gereja pengundang ketika hamba Tuhan tersebut diminta untuk berkhotbah di sebuah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang diselenggarakan.

Dr. Eliezer H. Hardjo, Ph.D., CM

Tentunya tidak ada yang salah, itu kehendak yang bersangkutan, dan orang-orang atau umat gereja yang dengan senang hati membiayainya. Hal ini dikembalikan kepada masing-masing kehendak dan pertimbangan. Kita berhenti sejenak dengan pemikiran di atas, sekarang kita melihat akan kehidupan Tuhan Yesus, khususnya pada usia Dia ketika mulai pengabaran Injil di sekitar 30 tahun selama 3 tahun lebih. Ribuan pria dan wanita yang mendengarkan khotbah beliau di atas bukit, memang pada waktu itu sebagian besar orang-orang yang kurang mampu. Sehingga untuk makanpun harus diberikan atau disediakan Tuhan Yesus dan para murid melalui mukjizat lima roti dan dua ikan (Matius 14-13-21, Markus 6:30-44, Lukas 9:10-17, Yohanes 6:1-13).

Sebuah kesederhanaan tanpa kehilangan kuasa dan mukjizat Tuhan yang dinyatakan oleh seorang hamba Tuhan yang dipakai untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, yang belum mengenal dan menerima Kristus. Itulah pola yang diperlihatkan Tuhan Yesus yang perlu menjadi pedoman hidup pelayanan seorang hamba Tuhan. Dan bukan sebuah kemustahilan, seperti yang diperlihatkan oleh Paus Fransiskus dalam kehidupan pribadi dan pelayanan beliau.

Tidak ada pandangan meremehkan apalagi menghina dari umat, bahkan segenap penduduk negeri seperti Indonesia yang ada adalah sentuhan hati bagaimana seorang pemimpin besar umat dapat menjalani itu semua, dengan meneladani kehidupan Kristus selama berada di dunia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16).

Allah BAPA di Sorga mengirimkan AnakNya, Tuhan Yesus Kristus, dengan hidup sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia, orang berdosa dan memperlihatkan kehidupan yang sederhana, sekalipun IA memiliki seluruh dunia dan segala isinya agar dapat memenangkan hati dan iman manusia tanpa membedakan derajat mereka, kaya maupun miskin. Terima kasih, Paus Fransiskus, yang telah datang ke Indonesia dan memperlihatkan sebuah kesederhanaan dan keteladanan Kristus. Tuhan Yesus memberkati.

 

* Penulis adalah salah satu Penasihat Majalah NARWASTU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here