Narwastu.id – Berbahagialah mereka yang mengalami kesukaran, tetapi tabah dan tekun dalam mencari pemecahan masalahnya. Siapa yang berani menghadapi tantangan dan berbagai kesulitan akan berjaya meraih kesuksesan. Banyak orang sukses berkata, jika hari ini kami disebut sukses, maka kami perlu beritahukan bahwa pondasi kesuksesan itu adalah kesukaran di masa lalu. Bahkan banyak kesuksesan yang diraih, karena sering mengalami kegagalan, rentetan kegagalan terus terjadi, karena tidak bisa segera memperoleh jalan keluar mengatasi kesukaran.
Orang yang mau berhasil jangan takut gagal. Jika kita takut gagal, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kegigihan dan ketekunan berusaha sekalipun gagal berulang kali akan menjadi pintu masuk (entry point) untuk meraih keberhasilan. Jangan hakimi diri kita ketika mengalami kesulitan atau kesukaran besar dengan mengatakan, “Memang aku ini selalu bernasib sial, tidak pernah dapat kebahagiaan dan berbisnis rugi dan tertipu.” Apabila terjadi peristiwa yang tidak menguntungkan, harus berusaha mengubah suasana hati kita dan berpikir positif bahwa kegagalan hari ini adalah merupakan kesuksesan yang tertunda.
Sebagai orang Kristen kita diajari bertekun dan tabah, orang yang menabur dengan cucuran air mata akan menuai dengan sorak sorai. Pada saat kita bertekun dan bercucuran air mata melakukan perkerjaan yang amat berat untuk mengatasi kesukaran, maka penyelesaian finalnya untuk meraih keberhasilan adalah campur tangan Tuhan Yesus sesuai dengan iman percaya kita.
Banyak manfaatnya kita pernah mengalami kegagalan, antara lain kita akan ingat selalu menghadirkan Tuhan di dalam sanubari untuk turut bekerja dalam kehidupan ini, dan tidak sombong karena hal itu menjadi penghalang bagi persahabatan, memaksa akal budi kita untuk lebih bertekun memikirkan cara mengatasi kesukaran, menangani permasalahan lebih baik dan membuat beberapa asumsi pemecahan masalah (kreatif-inovatif), serta memperluas jaringan kepada yang sudah berhasil di bidangnya. Meneladani atau meniru keberhasilan pendahulu kita adalah dengan cara menapak tilas jalan yang mereka lalui dan mengadopsi pola pemikirannya yang brilian, sehingga kita akan mendapat pengalaman yang luar biasa utuk membuat model pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Bangsa Yahudi Banyak Mengalami Kesukaran
Umat manusia yang paling banyak mengalami kesukaran di bumi ini adalah bangsa Yahudi. Mulai dari perbudakan di Mesir, penderitaan 40 tahun di gurun pasir sebelum masuk ke Palestina, pembuangan ke Babel, dijajah bangsa Romawi (sekarang Italia) dan dimusnahkan 6 (enam ) juta orang dalam Perang Dunia ke-2 oleh Hitler (Holokaus). Akibat Perang Dunia ke 2, maka bangsa Yahudi Eropa pada tahun 1940-1945 berimigrasi besar-besaran ke Amerika Serikat dan Amerika Latin. Dalam kurun waktu 40 tahun bangsa Yahudi telah memiliki lobi yang sangat kuat di Amerika Serikat.
Siapapun yang akan maju dalam pemilihan Presiden di Amerika Serikat (AS) harus mendapat dukungan dari lobi Yahudi Amerika. Sebagai imbalan dari dukungan lobi Yahudi tersebut adalah jaminan keamanan negara Israel di Palestina dari Presiden Amerika terpilih. Mengapa bangsa Yahudi begitu sukses di Amerika, bahkan di dunia? Jawabannya, kesukaran yang dialami bangsa Yahudi di Eropa telah menjadi pemicu untuk meraih kesuksesan di Amerika. Bangsa Yahudi telah gagal mendapat penghargaan kesetaraan dan bermartabat di Eropa, bahkan dimusuhi dan dimusnahkan 6 juta jiwa oleh Hitler.
Pelajaran pahit dari kesukaran di Eropa telah membuat bangsa Yahudi paling berhasil bekerja sama di seluruh dunia, berhasil mendirikan negara Israel tahun 1948 di Palestina di bawah pimpinan Perdana Menteri Ben Gurion. Penerima hadiah Nobel terbanyak di dunia sampai hari ini adalah orang Yahudi, mengapa Yahudi demikian unggul? Bangsa Yahudi menuruti ajaran Nabi Musa dan mengajarkan kepada anak-anak mereka sejak dini, selalu berkumpul di Sinagoge setiap pekan, saling bertukar informasi termasuk di bidang ilmu pengetahuan, sehingga para ilmuwan memberikan pencerahan pengetahuan mutakhir.
Sejak masa kanak-kanak diajari orangtua mereka tentang isi Kitab Suci untuk meneguhkan iman percaya kepada Tuhan yang Esa, tahu membedakan baik dan buruk. Serta tekun dalam berusaha dan tangguh dalam menghadapi kesukaran. Pondasi keberhasilan bangsa Jahudi di bumi ini terletak di sebuah buku yang disakralkan yaitu “Taurat”. Etimologi dari kata Taurat (Torah-Ibrani) adalah “hora-ah”, yang berarti “mengajari”. Ada dua komponen Taurat, yaitu Hukum Tertulis dan Hukum Lisan. Hukum tertulis adalah berupa Perjanjian Lama, berisi 5 Kitab Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), Kitab-kitab nabi Yahudi selain Musa, lalu ada kitab-kitab yang ditulis Raja Salomo, dan Raja Daud.
Hukum lisan terdiri dari Talmud, Midrash dan Kabbalah, yang diajarkan dari mulut ke mulut. Hukum lisan ini sekarang sudah dituliskan oleh Rabi Yahudi agar tidak punah dan melenceng pengertiannya. Ajaran agama bangsa Yahudi itu menumbuhkan kesadaran bahwa selain dunia nyata tempat kitab hidup, ada dunia rohani yang tidak kelihatan mata, ajaran Kitab Suci akan berpengaruh sampai dewasa (Ulangan 6:4-9).
Bagaimana dengan salah satu suku di Indonesia, Batak Kristen? Kita harus mengajarkan kepada anak-anak kita bahwa Tuhan yang kita sembah itu Esa adanya, dan wujudnya adalah Roh. Allah Bapa, PutraNya Yesus Kristus dan Persekutuan Roh Kudus adalah Esa sekalipun dalam penyebutannya berbeda. Setelah Yesus Kristus naik ke sorga, maka Allah yang kita sembah adalah Esa, wujudnya telah kembali ke dalam Roh. Orang Kristen mengenal Allah Bapa yang menciptakan langit dan bumi di dalam Yesus Kristus. Roh yang ada di dalam diri Yesus Kristus adalah Roh Allah yang menjelma jadi manusia. Adapun Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri yang hadir dan menjadi penolong bagi umatNya setelah Yesus naik ke sorga, tidak lagi di dunia ini.
Kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga juga dalam bentuk Roh. Lima puluh hari setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, maka umat Kristen mendapat curahan Roh Kudus. Jadi Allah kita itu Roh adanya, Tuhan Yesus yang naik ke sorga itu juga Roh Allah, Roh Kudus itu juga Roh Allah, jadi ketiganya ESA. Anak-anak Kristen harus tangguh imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, satu-satunya jalan keselamatannya karena Tuhan Yesus berkuasa di bumi maupun di sorga. Umat Kristen tidak perlu risau dengan ucapan umat lain yang mengatakan, “Tuhan tidak pernah beranak dan diperanakkan. Bagaimana bisa Tuhan punya anak kawin secara biologis aja gak pernah.”
Anak-anak muda Kristen tidak boleh goyah iman percayanya kepada Tuhan Yesus ketika berhadapan dengan umat beragama lain, justru harus bisa menjelaskan bahwa kita mengenal Allah melalui Yesus Kristus. Berbeda dengan agama Yahudi yang mengenal Yahwe melalui Nabi Musa. Agama lain mengenal Allah melalui nabi lain, tetapi Tuhan Yesus Kristus yang disembah dan dimuliakan orang Krsiten adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa atas kehidupan manusia.
Mengalami Kesukaran dalam Hal Membangun Rumah Ibadah
Pada saat ini umat Kristen sangat sulit mendirikan gereja di Indonesia. Itulah kesukaran yang harus dihadapi untuk membangun tempat berkumpul dan beribadah memuji memuliakan Tuhan Yesus Kristus. Semua umat beragama di Indonesia mengalami pertumbuhan, sehingga memerlukan tambahan rumah ibadah. Sungguh tidak adil kalau membangun gereja dipersulit, bahkan gereja yang sudah ada juga dirusak dan dihancukan. Umat Kristen sengaja dibuat mengalami kesukaran membangun rumah ibadahnya agar gagal mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang tangguh dalam iman, etika dan moral.
Kesukaran mendirikan gereja harus dijadikan pemicu untuk mendidik anak-anak Kristen, bahwa sesungguhnya diri sendiri adalah rumah ibadah, Firman Tuhan harus melekat di dalam sanubarinya. Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah adalah kudus dan Bait Allah itu adalah kamu (1 Korintus 3 :16-17).
Ajaran Kristen sangat berbeda dengan agama lain. Setiap orang Kristen harus menjadi garam di dunia. Kehadirannya harus berarti bagi orang lain, membawa damai dan kesejukan di lingkungannya. Setiap orang Kristen juga adalah Bait Allah dan tempat Firman Allah dimeteraikan di dalam sanubarinya, sehingga perkataan yang keluar dari mulutnya adalah berkat. Dengan demikian ke manapun orang Kristen diutus adalah merupakan surat Allah kepada manusia di tempat itu yang tujuannya adalah memuliakan Tuhan Yesus Kristus.
Umat Kristen juga diminta untuk menjadi pelayan bagi saudaranya, siapa di antara kamu yang ingin menjadi terbesar hendaklah Dia menjadi pelayan bagi saudaranya. Banyak pengusaha muda ikut sukses setelah terlebih dahulu melayani pengusaha senior yang sudah berhasil di bidangnya. Sambil melayani kita juga harus membangun kepercayaan. Generasi akan berganti dan tongkat estafet akan jatuh kepada orang yang bisa dipercaya dan setia selama melayani. Para pakar sering ditanya, siapakah yang bisa bertahan hidup sampai akhir zaman?
Mayoritas menjawab, yang paling mampu bertahan hidup sampai akhir zaman adalah orang yang paling kuat, orang yang mendahulukan kepetingannya, dan orang yang menang bersaing. Menurut Prof. Kazuo Murakami dari Universitas Tsukuba, Jepang dalam bukunya “Misteri DNA” (1999) ternyata saat komputer tercanggih disuruh meramalkan siapakah yang bertahan hidup sampai akhir, jawabnya adalah orang yang berjiwa melayani. Artinya, orang yang mendahulukan kepentingan orang lain, akhirnya mendapat ganjaran kebaikannya.
Ajaran Tuhan Yesus Kristus dua ribu tahun lalu tentang pentingnya melayani bagi sesama dan menjadi pelayan bagi saudaranya, ternyata itu juga yang menjadi kunci kesuksesan hidup yang bisa bertahan sampai dunia ini berakhir. Oleh sebab itu, kepada generasi muda Kristen bersiaplah melayani, jadilah pelayan terpercaya untuk mengubah nasib dari keterpurukan menjadi berhasil, dari hina menjadi terhormat, dari gagal menjadi sukses. Orang yang melayani akan mendapat pengetahuan yang sangat berharga, ikatan batin yang kuat dengan tuan yang dilayaninya.
Kisah Yusuf di Mesir yang melayani Raja Firaun telah menjadikan seluruh keturunan Yakub selamat dari kelaparan, bahkan menjadikan mereka menjadi bangsa Israel yang berkembang pesat di Mesir. Ajaran Tuhan Yesus yang memerintahkan kita untuk melayani, terbukti yang paling canggih dan ampuh menjadikan bangsa Romawi berubah status dari penyembah berhala menjadi Kristen. Umat Kristen mula-mula adalah jemaat yang dihina, dianiaya, disiksa dan dijadikan mangsa singa oleh Kaisar Romawi.
Kesabaran umat Kristen utuk memberikan pelayanan terbaik kepada kaum ningrat dan keluarga kerajaan Romawi telah membuat agama Kristen menjadi agama yang patut diteladani sehingga Kaisar Romawi juga menjadi pemeluk agama Kristen. Umat Kristen di Indonesia harus menjadi pelayan dan memberi keteladanan di sekitarnya, dimulai dari tetangganya sehingga umat Kristen dikagumi dan dicintai yang pada akhirnya izin gereja tidak lagi dipersulit.
Mengatasi Kesukaran Melalui Pendidikan dan Doa.
Melalui pendidikan dini agama Kristen kepada anak-anak akan tercipta generasi dewasa yang mempunyai kecakapan tinggi untuk mengungkap terjadinya dunia alam dan misteri kehidupan. Umat Kristen di Indonesia juga harus tangguh menghadapi kesukaran melalui penguasaan ilmu pengetahuan bidang sains, teknologi informatika, perdagangan, perbankan dan keuangan dengan berlandaskan iman Kristen yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak.
Dengan demikian dunia rohani dengan dunia nyata hadir berdampingan, kadang dunia rohani lebih berperan untuk membisikkan pemecahan masalah kesukaran yang sedang dihadapi, Roh Tuhan Yesus hadir bagi mereka yang minta pertolongannya. Sekalipun umat Kristen menguasai ilmu pengetahuan tapi itu tidak cukup dan tidak sempurna. Umat Kristen harus banyak berdoa dan menghadirkan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari, begitu bangun pagi hadirkan Tuhan Yesus untuk turut terlibat mengatasi setiap masalah.
Pendidikan dini agama Kristen harus sesegera mungkin ditanamkan kepada anak-anak sekolah dasar paling sedikit 3 kali seminggu, sehingga Firman Tuhan bertumbuh di dalam sanubarinya, imannya menjadi kuat untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, mempunyai mental yang tangguh dan setia untuk memberitakan Injil kerajaan kepada semua bangsa di dunia. Pelajaran agama Kristen di Sekolah Minggu tidak cukup hanya pada hari Minggu, harus ditambah porsinya menjadi 3 kali dalam seminggu dengan guru agama paling sedikit bergelar D3 dan diawasi para pendeta.
Semua guru pendidikan dini agama Kristen harus memperoleh gaji yang sepadan, sehingga diperlukan kesediaan para donatur untuk memberi dukungan dana, menyisakan dari sebagian hartanya untuk mengumpulkan dana abadi untuk pendidikan dini agama Kristen. Sudah tiba saatnya jemaat HKBP memberi keteladanan untuk membuka rekening dana abadi bagi pendidikan dini agama Kristen. Firman Tuhan adalah seperti benih yang ditabur ke tanah yang baik, lalu berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat (Matius 13:8).
Dalam bidang pertanian, lahan tandus bisa diolah dengan traktor dan dipupuk untuk menjadikan tanah itu baik dan subur. Demikian juga Firman Tuhan yang akan ditanamkan kepada anak-anak akan tumbuh subur dan berkembang hanya melalui pendidikan dini agama Kristen dari guru-guru yang handal. Anak-anak itu nanti akan dewasa dengan iman yang tangguh untuk melaksanakan Amanat Agung menjadikan seluruh bangsa menjadi murid Tuhan Yesus.
Generasi muda Kristen terdidik ke depan akan menghadapi masalah dan kesukaran yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya, terutama dalam hal lapangan kerja. Pangsa lapangan kerja untuk menjadi PNS hanya sekitar 5% yang akan diperebutkan banyak tenaga terdidik di seluruh Indonesia. Sebesar 95% lapangan kerja adalah di sektor swasta dan wirausaha atau entrepereneur. Dengan demikian generasi muda Kristen harus lebih bertekun belajar, menimba pengetahuan dan memiliki nilai tambah dari orang lain. Penguasaan bahasa Inggris dan Mandarin mutlak diperlukan agar generasi muda Batak yang akan terjun ke dunia bisnis memperluas jaringan kepada bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Selagi diri masih muda, maka sangat dianjurkan menguasai Bahasa Mandarin di samping Bahasa Inggris. Indonesia tidak akan bisa lepas dari pergaulan antar bangsa di Asia, terutama dengan negara RRT yang berbahasa Mandarin dengan pertumbuhan ekonominya luar biasa dan jumlah penduduk 1,5 miliar. Untuk menguasai bahasa asing diperlukan kecermatan mendengar, kamampuan mendengar adalah untuk mengerti cara mengucapkan bahasa asing dan sekaligus menguasainya dengan fasih.
Mengingat persaingan yang semakin ketat, maka dalam melanjutkan pendikan ke strata satu (S1) perlu memilih jurusan yang memberi peluang terbesar untuk bisa bekerja di swasta dan berwirausaha. Jurusan Kehutanan, Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Arsitek, Pertambangan, Perminyakan, Geologi, Geodesi adalah jurusan yang kurang memberi peluang untuk berwirausaha. Banyak lulusan IPB Bogor bekerja di asuransi, trading dan marketing, sangat menyimpang dari bidang yang digeluti selama di perguruan tinggi. Sering dipertanyakan mengapa beras dari Vietnam bisa lebih murah dari beras Indonesia? Jawabnya karena hasil panen padi di Vietnam bisa 12,0-14,0 ton per ha, sedangkan di Indonesia hanya berkisar 3,5-7,0 ton per ha. Demikian juga dalam hal peternakan sapi Indonesia kalah dengan negara-negara lain, terutama terhadap peternakan sapi di Australia.
Bagi yang ingin terjun berwirausaha harus berpikir tujuh kali untuk mengambil strata dua (S2) karena terlalu banyak waktu, dana yang harus dikorbankan, tetapi manfaatnya kecil untuk jadi modal berwirausaha. Kursus-kursus singkat pengetahuan praktis untuk mendukung kewirausahaan sangat dianjurkan untuk diikuti dan diperbadingkan penerapannya secara kritis.
Pada umumnya anak-anak muda Batak disuruh orangtuanya kuliah ke perguruan tinggi ternama untuk bisa mendapat pekerjaan di perusahaan yang bagus dengan gaji besar. Bagi para wirausaha selalu menganjurkan anak-anaknya mencari pengetahuan nongelar tetapi bisa mendapatkan keterampilan praktis untuk dunia bisnis, sehingga suatu saat bisa membangun beberapa perusahaan yang bagus. Para wirausaha selalu mengikuti kemajuan penelitian IPTEK dan BIOTEK yang sudah terbukti komersial, seperti bibit unggul padi, buah-buahan, perikanan dan peternakan perlu diambil alih atau dikembangkan dengan bagi hasil yang saling menguntungkan.
* Penulis adalah Wakil Ketua Umum DPP PPRPI (Punguan Pomparan Raja Pasaribu Indonesia), Ketua Dewan Penasihat PPRPI Jakarta Raya, seorang pengusaha, pemerhati sosial kemasyarakatan dan anggota jemaat gereja HKBP, serta tinggal di Jakarta.