Narwastu.id-Film nasional “Ipar Adalah Maut” menuai kesuksesan dengan meraih satu juta penonton dalam waktu seminggu. Film besutan dari sineas bertangan dingin, Hanung Bramantyo Anugoho itu terambil dari cerita nyata yang dikisahkan ulang oleh conten creator, Elizasifaa di TikTok hingga viral di berbagai media sosial. Film tersebut dibintangi oleh sederetan bintang ternama Indonesia, seperti Michelle Ziudith sebagai Nisa, Deva Mahendra sebagai Aris, Davina Karamoy sebagai Rani, Alesha Fadillah sebagai Raya serta Dewi Irawan sebagai Asri. Dalam film itu dikisahkan bagaimana Rani terjebak cinta terlarang dengan Aris, yang adalah kakak iparnya, suami dari Nisa. Padahal Aris adalah dosen cerdas, favorit dan terkenal di sebuah kampus di Jawa Tengah.
Benih-benih cinta yang tak sepantasnya itu rupanya dibiarkan tumbuh oleh Aris dan Rani, sehingga cepat atau lambat menjadi bumerang bagi rumah tangga Aris. Nisa memilih pergi dan merasa dikhianati oleh kedua orang yang selama ini dicintainya.
Kisah yang diangkat pada film tersebut memang ada terjadi dalam kehidupan nyata. Bicara soal pengganggu rumah tangga orang, sebetulnya tidak melulu harus dilakukan oleh kerabat dekat, seperti keluarga. Seperti kita tahu di era teknologi terbuka seperti sekarang ini, menjalin hubungan terlarang seolah-olah jamak dilakukan oleh siapapun, tanpa ada rasa malu. Bahkan, ada istilah khusus untuk menyematkan kepada para pelaku pengganggu rumah tangga orang, seperti pebinor (perebut bini orang) dan pelakor (perebut laki orang).
Maka tak pelak lagi, jika hubungan yang tak sepantasnya itu dikupas secara tuntas dan terbuka sampai menjadi trending topik dan seluruh dunia wajib tahu akan hal itu.
Sebagai orang yang memiliki akal sehat dan nurani, tentu saja kita harus cermat dan cerdas memilih, mana hal-hal yang membangun atau sebaliknya. Kehidupan dunia yang semakin jahat dari waktu ke waktu memang dapat membuat siapapun masuk dalam pusaran tersebut. Budaya tidak tahu malu, orientasi pada kepentingan pribadi (egois), mengambil hak milik orang lain, tidak loyal dan opurtunis, tidak jujur, tidak taat pada hukum, manipulasi, serakah (sulit dipuaskan dan tak pernah bisa berkata cukup) berani berkelit dan enggan merendahkan hati untuk minta maaf adalah tindakan yang kerap kita jumpai saat ini dan dinilai sebagai hal yang lumrah.
Para pelaku tersebut tidak harus dari kalangan menengah ke bawah malahan banyak pula kaum intelektual, bahkan tokoh rohaniwan. Karena dosa, maka manusia tidak lagi relevan dari nilai yang dimiliki sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan rupa Allah. Itulah mengapa firman Tuhan tak pernah lelah untuk mengingatkan kita semua, ”Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Matius 24:12).” Memang, sebagai manusia tentu ada sisi kedagingan yang tak terbantahkan. Namun bukan berarti tidak bisa dikendalikan, bahkan diminimalisasi. Satu-satunya cara hanya lewat persekutuan erat dengan Tuhan.
“Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Galatia 5:16-17). Sebab barangsiapa menjadi milik Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24). Atau dengan kata lain sebagai bentuk preventif yang sangat efektif adalah mengandalkan kuasa Roh Kudus dan bukan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kita tahu bahwa peperangan yang sesungguhnya adalah pada area pikiran dan hati (Yeremia 17:9-10). Jadi mematikan segala hal duniawi seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan yang dinilai sebanding dengan penyembahan berhala semuanya itu akan mendatangkan murka Allah (Kolose 3:5-6).
Maka sangat jelas untuk apa merengkuh semua yang ada dunia ini, jika kita harus kehilangan nyawa. Untuk apa bersenang-senang pada sesuatu yang fana, jika kita diberikan janji yang sempurna oleh Bapa di surga di mana kita akan memerintah selamanya bersama Dia dalam kekekalan. Jalanilah hidup dengan cerdas sesuai dengan hikmat dari Tuhan dan jangan jalani hidup dengan bodoh. Jadi bukan ipar saja yang adalah maut. Kita pun bisa berujung pada maut jika hidup masih dikendalikan oleh daging dan bukan oleh Roh. Bukankah tiap kita adalah dari pemenang. BTY