Narwastu.id – Pengurus Pusat GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) menolak kebijakan impor beras yang dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lufti. Dalam mengambil kebijakan impor beras, Muhammad Lufti tidak bijaksana. Menteri Perdagangan tidak berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Bulog, sehingga kebijakan impor beras hanya diputuskan berdasarkan data Kementerian Perdagangan. “Selain itu, sikap Mendag tidak membangun dialog, dan tidak menyerap aspirasi rakyat. Sangat melukai hati petani,” tukas Jefri Gultom, Ketua Umum PP GMKI.
Memang Menteri Perdagangan mengungkapkan, stok beras hanya mencapai 500.000 ton. Menurut perhitungan Mendag, beras cadangan Bulog saat ini hanya sekitar 800.000 ton, sebanyak 280.000 ton merupakan stok beras impor tahun 2018 dan ada sekitar 160.000 ton turun mutu. Sedangkan menurut Direktur Utama Perum Bulog, Komjen Pol. (Purn.) Budi Waseso (Buwas) bahwa stok beras di gudang Bulog mencapai 883.575 ton dengan cadangan Pemerintah (CBP) sebesar 859.877 ton, dan beras komersial 23.706 ton. Bulog juga kata mantan Kabareskrim Polri itu masih memiliki sisa 275.811 ton stok beras dari impor beras 2018 dan 106.642 ton merupakan beras turun mutu. Buwas juga yakin menyerap 390.000 ton dari hasil panen beras. Artinya stok CBP di akhir April 2021 mencapai di atas 1 juta ton
GMKI melalui ketua umum Jefri Gultom menegaskan, Mendag tidak menggunakan data yang valid dalam mengeluarkan kebijakan impor beras. Di sisi lain, Mendag tidak menjalankan visi Presiden RI Joko Widodo dalam menggunakan hasil produksi dalam negeri. Impor beras jika tetap dilakukan akan menjadi polemik dalam masyarakat Indonesia khususnya para petani. “Untuk itu, kebijakan impor beras salah,” pungkasnya. Pengurus Pusat GMKI meminta Presiden Jokowi supaya mengingatkan para pembantunya lebih teliti dalam bekerja sama serta berkolaborasi antarkementerian dan lembaga terkait. “Di masa pandemi Covid-19, pemerintah seharusnya menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Rencana kebijakan impor mengakibatkan harga gabah turun hingga Rp 1.400 per kilogram. Jangan lukai hati petani,” tutur pria Batak yang kini masih kuliah S2 dan orang nomor satu di GMKI itu. NZ