PGLII dan Rohaniwan Bicara Natal di Tengah Pandemi Covid-19

215
Perayaan Natal 2020 di tengah pandemi Covid-19.

Narwastu.id – Seluruh umat Kristen di dunia akan merayakan Natal pada 25 Desember 2020. Sejak ribuan tahun lalu, perayaan Hari Kelahiran Yesus Kristus telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara di Eropa dengan Santo Nicolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada Hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Perayaan tahun ini tentu sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pandemi Covid-19. Ibadah Natal dan berbagai bentuk perayaan lainnya tidak bisa lagi dilakukan secara tatap muka. Pada akhirnya banyak hal yang akhirnya memerlukan pertimbangan ketika kita akan merayakan Natal, agar tidak menjadi kluster baru penyebaran Covid 19. Tradisi perayaan Natal yang sudah dilaksanakan, bahkan sejak lama pun terpaksa harus ditiadakan. Meski demikian, apakah hal ini mengurangi makna dari Kelahiran Kristus Sang Juruselamat?

Pdt. Daniel Pandji melihat, Natal tahun ini memang begitu spesifik dan unik, karena di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum ada ujung pangkal penyelesaiannya. Ditambah lagi situasi hiruk-pikuk politik yang terjadi antara bangsa-bangsa. Menurutnya, bintang terang Betlehem merupakan satu tanda kelahiran Sang Juruselamat bagi seluruh dunia dan bagi setiap orang yang berkenan kepadaNya. Sang Terang itu telah lahir di tengah kegelapan dunia (Yohanes 8:12), dan siapa tinggal di dalam Dia memiliki Terang bagi dunia yang di tengah kegelapan. Harapan dunia yang gelap saat ini bukanlah sekadar vaksin yang jitu atau seorang penyelamat dunia yang lain.

“Yesus lahir di tengah sebuah keluarga di kandang binatang Betlehem dalam situasi dunia tanpa pengharapan, terangnya bersinar di dalam setiap orang yang percaya kepada Dia dengan sepenuhnya. Saatnya untuk setiap umat Tuhan untuk bangkit dan menjadi terang di tengah kekelaman dunia, seperti dalam Yesaya 60:1-2,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua II Sinode Gereja Sahabat di Indonesia (GSI) dan juga pendeta tenaga utusan gereja yang melayani di POUK Hosana, Cililitan, Jakarta Timur Pdt. DR. Sapta Utama Baralaska Siagian, M.Th mengungkapkan, Natal di tengah pandemi Covid-19 adalah momentum bagi kita untuk introspeksi dan mawas diri. “Natal adalah bahwa Allah mengasihi kita. Itu dinyatakan ketika Dia datang menjadi manusia. Menjadi manusia melalui proses kemanusiaan, tanpa melalui hubungan antara Maria dan Yusuf. Yesus lahir di kandang domba yang sangat hina, dan momentum palungan adalah sebagai bentuk kerendahan hati Yesus yang Dia cerminkan ketika Dia datang ke dunia. Sebab itu, momen Natal 2020 bagi kita sebagai orang percaya bahwa kasih Allah tidak pernah berubah, dulu, sekarang dan selama-lamanya,” jelasnya.

Menurut Ketua Bidang Kerohanian DPP PERWAMKI ini, di tengah Covid-19 ini kasih Allah begitu nyata dalam hidup kita. Acap kali ketika kita mengikut Yesus tidak selalu bicara tentang berkat, tapi kita bicara juga tentang tantangan dan pergumulan hidup yang kita jalani, dan saat ini kita diperhadapkan pada tantangan hidup. Kita sadari informasi saat ini Indonesia memasuki resesi ekonomi, Indonesia masuk pada kondisi yang rapuh, dan banyak pengusaha yang terjun bebas ketidakpasitian ekonomi. Hal ini memiliki dampak nyata bagi masyarakat, khususnya mereka yang bekerja banyak di-PHK karena resesi ekonomi dan nilai beli yang sangat berkurang.

“Jadi Natal di tahun 2020 kenyataan kita terpukul secara ekonomi. Dari sisi kesehatan, walaupun press release dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan pandemi Covid-19 di Indonesia menurun jadi kurang lebih 40%, kita bisa melihat bahwa dampak kesehatan mengubah gaya hidup kita. Ketika kita hidup dalam new normal dengan menerapkan 3M (pakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan) ini menjadi perenungan bagi kita bahwa dunia ini tidak ada yang kekal. Selalu berubah, dan kita bisa melihat informasi di 2020 banyak juga yang terkena Covid-19,” kata pendeta yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2018 Pilihan NARWASTU” ini.

Pdt. Sapta Siagian menegaskan, momen Natal 2020 ini mengingatkan bahwa kita mesti terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebab hidup ini diibaratkan uap, kita tidak tahu kapan kita akan berpulang dan kita diyakinkan segala sesuatu pasti ada waktunya. “Dengan demikian, Natal di masa pandemi mengajak kita bahwa Allah berdaulat atas kehidupan, maka kita harus terus berharap kepada Tuhan. Namun tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Saya yakin kita memiliki sikap mengasihi semua orang tanpa memandang latar belakangnya,” ujarnya.

Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili di Indonesia (PGLII) dalam Pesan Natal 2020 menegaskan, perayaan Natal kali ini dilaksanakan dalam situasi pandemi Covid-19 menyebabkan manusia berada dalam berbagai penderitaan. Orang-orang percaya pun ikut dalam pusaran ancaman dan penderitaan. Namun bagi orang-orang percaya, kita selalu mengalami penghiburan dan kekuatan di dalam Kristus. “Ketika kita merayakan Natal, maka kita memahami bahwa Kristus telah berinkarnasi menjadi manusia. Inkarnasi Kristus berarti Ia masuk kepada keadaan manusia dalam daging. Itu sebabnya, Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan manusia, karena Ia sama seperti kita, namun tidak berdosa (Ibrani 4:15). Ia mengetahui dengan seutuhnya kelemahan dan penderitaan manusia, dan Ia secara tepat dan sempurna menghibur dan menguatkan kita dalam pergumulan dan penderitaan kita saat ini,” demikian pesan Natalnya.

Tuhan Yesus Kristus lahir untuk menyapa dan menyelamatkan umatNya

Dijelaskan, Rasul Paulus dalam 2 Korintus 1:3-7 menegaskan bahwa sumber penghiburan bagi orang-orang percaya adalah Allah Bapa dan Yesus Kristus. Allah Bapa yang penuh belas kasihan dan sumber segala penghiburan yang menghibur orang-orang percaya dalam segala penderitaan (ayat 3, 4). Dan oleh Kristus kita juga menerima penghiburan yang berlimpah-limpah (ayat 5). Kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan bagi orang-orang percaya, bukanlah pada diri mereka sendiri, tetapi bersumber kepada Allah dalam Kristus. Kita tidak harus berputus asa, tetapi dalam iman yang teguh kita menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan hidup kita, kita akan menang atasnya karena Allah-lah yang menjadi sumber penghiburan dan kekuatan kita.

Walaupun ada bermacam-macam penderitaan yang akan kita hadapi, namun penghiburan dalam Kristus pun berlimpah-limpah (ayat 4,5). Dalam kedua ayat ini Rasul Paulus menggambarkan bahwa penderitaan itu banyak dan bermacam-macam: “…Segala penderitaan”, “…Bermacam-macam penderitaan”, “…Berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus.” Namun ia mengatakan bahwa “Oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.” Sehingga setiap kita yang begitu banyak bahkan berlimpah mengalami penderitaan/kesengsaraan Kristus, akan dihiburkan dengan penghiburan yang tak terbatas. Penghiburan dan kekuatan dari Kristus pasti lebih dahsyat dari segala penderitaan kita.

Menurut PGLII, penghiburan dari Kristus menimbulkan suatu energi bagi orang percaya untuk saling menghibur. Dalam ayat 3, 4 dan 6, Paulus menggunakan suatu ungkapan sebab dan akibat, “Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan…”; “…Jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu.”

Itu sebabnya, penghiburan yang kita terima dari Kristus akan menjadikan tiap-tiap kita penguat dan penghibur saudara-saudara yang lain. Di tengah-tengah pengumulan dan penderitaan yang kita hadapi bersama, kita dipanggil untuk saling menguatkan satu dengan yang lain. PGLII dengan motto “Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil” akan selalu menyadari untuk mengutamakan persekutuan bersama sebagai tubuh Kristus. Bersekutu bersama dalam kasih Kristus, saling menguatkan, saling menanggung beban dan saling melengkapi.

Namun pada sisi lain, selalu bertekad melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, memberitakan Injil dan memuridkan (Matius 28:19). Sebab itu, PGLII mengajak umat untuk tetap dengan sukacita menyambut Natal 25 Desember 2020 dan Tahun Baru 1 Januari 2021, dengan semangat memberitakan Injil dan terus mengalami penghiburan dari Kristus untuk saling menguatkan satu dengan yang lain. Dan sebagaimana tema nasional PGLII 2020-2024,  “Menghadirkan Kabar Baik dan Membangun Bangsa Melalui Iman yang Dalam dan Kokoh”,  PGLII dan semua anggota terus menyalakan api InjilNya dan berperan dalam peningkatan kesejahteraan bangsa, penegakan keadilan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

“Marilah kita mewarnai perayaan Natal dan Tahun Baru 2021 dengan kesederhanaan tetapi dengan limpah sukacita, sambil kita terus berdoa bagi seluruh warga bangsa Indonesia agar terbebas dari pandemi Covid-19, dan berdoa untuk Pemerintah RI agar Tuhan memberi kemampuan ekstra dalam memimpin bangsa ini dan dalam melakukan pemulihan di segala bidang kehidupan. Terpujilah Allah Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus dan Roh Kudus penghibur yang sejati,” demikian Pesan Natal yang dikeluarkan pada 2 November 2020. FT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here