Narwastu.id – Di Sanggar Prathivi Building, Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Minggu, 20 Januari 2019 lalu, Susana Suryani Sarumaha yang kini menjabat Wakil Ketua Umum Vox Point Indonesia yang ditemui oleh Majalah NARWASTU untuk sebuah wawancara. Ia saat itu banyak bercerita tentang kiprahnya di organisasi sosial, dunia politik dan masa mudanya. Dulu, kata Susana, ia bersekolah di SLTA di Timor, dan wanita berdarah Nias ini sudah merantau sejak tahun 1973. Kala itu ayahnya menjabat sebagai Kepala Kantor Agama, dan Susana bersama keluarganya pertama kali merantau ke Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan hampir seluruh wilayah NTT pernah ia tempati.
Mengenang masa dulu, Susana yang gemar menulis pernah bekerja sebagai seorang wartawati di sebuah majalah kriminalitas dan pencegahannya. Berita yang ia buat tentu tentang kriminalitas. Selain bekerja sebagai wartawan ia pun giat membuat cerita cerpen (cerpen) yang ia masukkan ke Majalah Anita Cemerlang. Lalu Susana memilih untuk menjadi calon DPD-RI karena ia senang berpolitik, dan suaminya seorang ASM. Dari situ ia memiliki organisasi perempuan untuk para istri ASM, namanya Organisasi Dharma Wanita Persatuan atau DW. Dan DWP ini melarang untuk berpartai, dan ini salah satu alasannya kenapa Susana memilih menjadi calon DPD-RI. Sebenarnya ketika masih menjadi pengurus DWP secara pribadi ia mempunyai hak untuk berpolitik, tetapi harus melepaskan jabatan di kepengurusannya.
Sementara jabatan di DPD ini lebih kepada independen dan jalur nonpartai. “Jadi sebagai anggota DWP tidak ada masalah,” jelas Susana. Dan ia mendapat dukungan dari keluarga saat ia memilih untuk mencalonkan diri sebagai Calon DPD-RI. Kalau dukungan yang ia dapatkan dari suaminya, Eusabius Binsasi, yang penting ia harus siap mental dan batin, untuk menghadapi segala macam orang dan segala macam tantangan serta rintangan yang ada di depan. Karena itu, membutuhkan tenaga dan pikiran, sedangkan anak-anaknya juga memberi dukungan kepada Susana, yaitu saat ia masuk dalam kehidupan berpolitik. Artinya ia mesti siap untuk menang dan siap kalah. Karena kalau hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan akan membuat seseorang menjadi stres, tetapi anggaplah itu sebuah pengalaman yang justru akan menjadi pelajaran. “Minimal saya sudah melakukan sampai titik yang paling klimaks,” jelas Susana.
Dan dalam mendekati masyarakat sebagai Calon DPD-RI ia bersosialisasi dengan warga DKI Jakarta dengan cara memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuannya. Dan Susana menjalankan itu dengan tulus dan tidak ada beban. Ia pun melakukan blusukan ke pasar-pasar, wilayah-wilayah warga, dan ke tempat-tempat pengajian, juga ke komunitas Kristiani. Itu dilakukan guna memperkenalkan diri. Visi dari DPD-RI itu, katanya, adalah untuk mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota yang indah, manusiawi dan bermartabat. Sedangkan misinya, jelas Susana, yaitu menjadikan DKI Jakarta sebagai kota yang aman, nyaman, rukun dan harmonis antarumat beragama. Juga menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas korupsi dan bebas narkoba. Serta menjadikan Jakarta sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di samping itu, menjunjung tinggi hak-hak anak dan perempuan. Sedangkan organisasi yang pernah diikuti Susana, yaitu Organisasi Dharma Wanita Persatuan, kemudian ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum di Vox Point Indonesia. Kemudian ia pun ikut organisasi lintas agama, dan organisasi sosial masyarakat Tionghoa. Ia pun banyak terlibat di kegiatan sosial. Anak-anaknya, yaitu Victor Erwin Septian Adhi Gavrila, Arnold Budhi Prasetyo, Oswaldus Gratiano, Gilbert Kusuma Prakoso, Mario Bhakti Wiratama, Consuelo Reinha Rosary sangat mendukung kiprah perempuan energik dan dinamis ini dalam berorganisasi dan berpolitik.
Meskipun Susana belum berhasil lolos menjadi calon DPD-RI ke Senayan, tapi ada banyak yang menilainya figur wanita tangguh dan berani terjun ke dunia politik. Susana telah membuktikan bahwa perempuan Katolik pun perlu ikut terjun ke panggung politik untuk mengubah keadaan masyarakat, bangsa dan negara lewat legislatif atau senator. Ketua Umum DPN Vox Point Indonesia, Yohanes Handoyo Budhisedjati, S.H. kepada Majalah NARWASTU pernah mengatakan, kader-kader Vox Point Indonesia seperti Susana akan selalu berupaya memberi pencerdasan politik kepada umat Katolik dan masyarakat. Kalaupun belum berhasil sekarang, namun sudah ada bukti bahwa kader perempuan Vox Point berani terjun ke dunia politik di Pemilu 2019 lalu.
Perhimpunan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) pada 22 Maret 2019 lalu, saat mengadakan Munas VI di Rehobot Hall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, juga menghadirkan Susana dalam acara seminar “Menjalankan Fungsi Pers di Tahun Politik 2019.” Saat itu, Susana berbicara tentang peran pers yang dahsyat bersama Caleg DPR-RI PSI, Mangasi Sihombing dan Caleg DPR-RI PDIP, Sony Kusumo. Acara itu membuka wawasan publik bahwa pers punya pengaruh dahsyat di setiap event politik bagi masyarakat dan politisi yang tampil. Melalui acara tersebut, Susana yang mantan wartawan pun menunjukkan bahwa ia punya kedekatan dengan jurnalis, terutama komunitas Kristiani. Dan baginya, pers atau wartawan adalah mitra untuk ikut membangun negeri tercinta ini supaya lebih baik.