Rosma Napitupulu, MARS. Dokter yang Selalu Ingin Memberi Layanan Terbaik  D

351
dr. Rosma Napitupulu, MARS. Dokter dan penatua di gereja.

Narwastu.id – Dalam hati dr. Rosma Napitupulu, MARS., tak pernah terbersit kalau pada akhirnya ia akan menjadi dokter seperti sekarang. Setelah lulus dari Sekolah Katolik Tarakanita, Jakarta, ia diperhadapkan pada dua pilihan, yakni kuliah di jurusan pertanian atau jurusan kedokteran. Akhirnya ibu tiga orang anak ini mengambil studi di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta.

Istri tercinta dari Drs. Edison P. Panjaitan ini setelah lulus ditempatkan di Rumah Sakit UKI, Jakarta. Mantan Direktur Umum dan Marketing Rumah Sakit Mulia Insani, Cikupa, Tangerang, Banten, ini pun setelah berhasil mendapatkan gelar dokter umum, ia ingin mengambil spesialis penyakit dalam. Salah satu syarat yang diajukan oleh negara adalah harus mengambil Inpres.

Wanita berdarah Tapanuli ini kemudian ditugaskan ke Viqueque, Timor Timur, selama dua tahun. Selesai bertugas wanita yang pernah menjabat sebagai Asisten Penyakit Dalam di FK UKI/RSU UKI dan Koordinator Bank Darah RS UKI ini ditempatkan di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta sebagai PNS, dan cita-cita menjadi dokter ahli penyakit dalam pun jadi terlupakan

Dalam bertugas di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta, ia mendapat tugas belajar dari Kakanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta dalam bidang Spesialis Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Sembari belajar ia tetap praktik sebagai dokter keluarga di Askes Sosial. “Saat itu saya bangga dapat melayani sebagai dokter keluarga walau penghasilannya kecil, tapi, kan, melayani,” kenangnya. Kemudian ia bertugas dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Dan tahun 2011 ia bergabung di RSU UKI, Jakarta, dengan menduduki jabatan sebagai direktur utama.

Bagi dokter yang pernah bertugas di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta dan di Rumah Salit Khusus Daerah Duren Sawit, DKI Jakarta ini, jabatan yang diembannya merupakan sebuah kepercayaan besar, apalagi ia memiliki pengalaman sebagai Auditor ISO. “Di RSU UKI saya ingin membenahi apa yang belum ada, seperti regulasi. Saya akan berjuang,” katanya semangat.

Komitmennya bersama direksi lainnya untuk membawa RSU UKI ke arah yang lebih baik rupanya bukan isapan jempol semata. Hal itu dibuktikannya melalui keberhasilan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang menjadi percontohan. Prestasi lainnya, RSU UKI mendapat akreditasi dari pemerintah dalam 12 layanan memenuhi standar yang ada, serta meraih penghargaan lulus tingkat Paripurna Akreditasi Versi 2012 dari KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).

Dengan prestasi itu, semangat para staf dan dokter di rumah sakit Kristen dengan jargon, yakni “Melayani dan Bukan Dilayani” itu semakin bertambah. Apalagi dengan kebijakan dari pemerintah mengenai BPJS. Bahwa RSU UKI hampir 60-70% pasiennya memakai BPJS. Artinya siap menampung kalangan menengah ke bawah. “Di sini jumlah karyawannya ada sekitar 500 orang, dan bagaimana mereka tetap mendapatkan kesejahteraan dan kompetensinya tetap terus kami tingkatkan agar para pasien mendapatkan pelayanan terbaik. Karena dalam Akreditasi Versi Tahun 2012, pelayanan itu menuntut peningkatan mutu pelayanan  dan pasien safety, dan pelayanan lainnya,” terang dokter berkacamata ini ramah.

Pelayanan yang terbaik tak hanya diberikan dengan lingkungan layanan bagi pasien rawat inap, akan tetapi perihal pelayanan dengan dokter dan perawat memberikan inform consent yang baik dan jelas, sehingga pasien mengetahui hak dan kewajibannya dalam perawatan di rumah sakit. Contoh dalam hal pemberian suntikan kepada pasien harus terlebih dahulu diberitahukan kepada keluarga, suntikan apa yang diberikan, bagaimana pemberiannya dan disetujui oleh keluarga atau pasien dan ditandatangani, sebagai salah satu syarat utama agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Di samping itu, para pasien dapat mengisi kuisioner yang disediakan pihak rumah sakit. Hal itu sangat bermanfaat untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit yang dipimpin dr. Rosma Napitupulu, MARS. “Dari kuisioner itu setiap harinya kita adakan evaluasi, di mana hasilnya kita rapatkan. Dari penilaian itu menyeluruh mulai dari satpam, makanan untuk pasien, sanitasi, pelayanan dan lain-lain. Semuanya demi meningkatkan mutu pelayanan. RSU UKI gedungnya boleh tua, tapi pelayanannya harus tetap muda,” tukasnya sembari tersenyum

Ibu Dokter ini menerangkan, prestasi RSU UKI adalah hasil kerja tim direksi, dokter, perawat dan seluruh karyawan, selain hasil kerja keras dari tangan dinginnya, sehingga hal itu jadi penyemangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pasien. Rosma memiliki visi, yakni melakukan yang terbaik dan harus menjadi contoh bagi para karyawannya.

Meskipun ia duduk sebagai orang nomor satu di RSU UKI, namun di sisi lain Rosma adalah seorang ibu bagi keluarganya. Di tengah kesibukannya ia selalu berusaha untuk membagi waktunya bersama suami dan anak-anaknya. Terlebih ia adalah Sintua di Gereja HKBP Kebayoran Selatan, Jakarta Selatan. Baginya, tak ada yang lebih menyenangkan selain bisa melayani Tuhan dan sesama. Sebagai seorang wanita yang sukses dalam karier, ia berharap agar para wanita Indonesia pada umumnya, dan wanita Kristen pada khususnya untuk bisa memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara melalui profesinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here