Narwastu.id – Pada Senin, 3 Januari 2025 atas usul Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, salah satu staf Majalah NARWASTU, Junitha Kristine, S.Sos diminta untuk bersaksi di podcast Majalah NARWASTU tentang pengalamannya saat merayakan Tahun Baru Imlek selama ini. Akhirnya, staf NARWASTU Ruval Astian pun mengajak Junitha untuk podcast seputar Imlek. Dan Junitha pun dengan senang hati bersedia untuk podcast, sekalipun sempat sedikit ia terlihat agak kaku, karena ini pertama kali perempuan yang lulusan Fakultas Ekonomi Gunadharma, Kota Depok, Jawa Barat, itu berbicara di depan kamera.
“Mbak Junitha ini sudah bekerja sebagai staf iklan dan jurnalis di NARWASTU sejak tahun 2012. Dia salah satu staf yang setia mengikut kita. Dan setiap merayakan Imlek ia selalu dengan senang hati membawa oleh-oleh Imlek buat teman-teman di kantor NARWASTU, seperti somay, kue keranjang, keripik singkong balado dan dimsum. Sehingga saudara kita ini perlu kita ajak sesekali bicara Imlek. Imlek itu sebuah tradisi etnis Tionghoa yang amat baik dan mesti kita hargai,” ucap Bang Jonro tentang Junitha yang selama ini lebih banyak bekerja di lapangan, dan paling sekali dua minggu mampir ke kantor.
Ketika berbicara tentang pengalamannya merayakan Tahun Baru Imlek, Junitha menerangkan, ia sejak kecil sudah mengikuti tradisi Tionghoa ini, karena ia mengikuti ibu dan bapaknya yang berdarah Tionghoa campur Betawi. Menurutnya, setiap merayakan Imlek selalu diadakan di rumah tantenya yang tertua. Mereka mengawalinya dengan berdoa bersama dan mensyukuri kebaikan Tuhan, karena di tahun baru diberikan kesehatan, perlindungan dan berkatNya. “Sebelum merayakan Imlek kami lebih dulu membersihkan rumah, dan menghiasinya dengan warna merah. Artinya, agar di tahun baru hati dan pikiran kita bersih. Juga merah itu simbol keberanian dan kebahagiaan, supaya di tahun baru kita berani menghadapi tantangan serta bisa meraih kebahagiaan,” terangnya.
Junitha pun menambahkan, setelah berdoa baru dilanjutkan dengan acara makan bareng dengan santapan khas Imlek. “Kebetulan keluarga besar kami semua Kristen. Jadi dalam Imlek itu ada acara ngumpul keluarga, bisa bertukar pikiran dan saling berbagi kebahagiaan sebagai sebuah keluarga. Dan yang muda atau belum kawin akan dapat angpao. Saya pernah dapat angpao Rp 50.000, Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Dan itu menggembirakan. Selama merayakan Imlek, menurut kepercayaan leluhur, tidak boleh bersih-bersih rumah, karena itu dianggap membuang rezeki,” terang gadis yang dikenal gigih bekerja ini.
Junitha menuturkan, jadi sejak Desember kita merayakan Natal, lalu ada ibadah tahun baru di bulan Januari, dilanjutkan lagi dengan acara Tahun Baru Imlek. Jadi, imbuhnya, banyak acara ngumpul bersama keluarga. “Keluarga yang suka ngumpul dan hidup rukun serta damai itu pasti diberkati Tuhan, seperti ditulis di Kitab Mazmur 133. Saya sendiri berdoa dan berharap kepada Tuhan supaya di Tahun Baru 2025 saya selalu sehat, dilindungi Tuhan, doa-doa saya dikabulkan Tuhan dan Majalah NARWASTU semakin maju dan diberkati Tuhan, seeta Indonesia aman dan tenteram. Kita selalu berharap yang baik kepada Tuhan, karena rancangan Tuhan itu damai sejahtera. Tuhan kita itu pun Tuhan yang maha kasih dan Dia tidak tidur,” ucap Junitha yang beribadah di kawasan Karawaci, Kota Tangerang, Banten itu. KL