Narwastu.id – Sebagai mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Pengawasan Pembangunan RI di masa Orde Baru, almarhum Radius Prawiro dikenal sebagai sosok pahlawan ekonomi atau begawan ekonomi bagi Indonesia. Untuk mengenang jasa, perjuangan dan nilai-nilai luhur yang dilakukan pria berdarah Jawa ini diadakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada Jumat, 28 Juni 2024. Hadir di acara itu keluarga dari pihak almarhum dan sejumlah cendekiawan serta aktivis ormas Kristen.
Sebelum melakukan ziarah dan tabur bunga, terlebih dahulu diawali dengan ibadah dan firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Saut Sirait, M.Th, yang dikenal aktivis gerakan oikoumene dan pemerhati politik dari HKBP. Dalam renungan singkat yang diambil dari Kitab Mazmur 126 dikatakan, pengalaman masa lalu sesungguhnya bisa membuat kaki kita tetap berdiri dan optimis, serta tidak ragu bahkan tidak kehilangan kepercayaan kepada Tuhan.
“Mengapa dilakukan ziarah, yakni ada ikatan baik secara spiritual, relasi humanis, dan tradisional. Ada nilai dalam diri beliau, yaitu salah satu menteri yang mendapatkan MURI (sebagai menteri yang paling lama yakni 28 tahun). Di puncak hidupnya mengambil teologi dan masuk dalam Majelis Pertimbangan PGI. Jadi kehadiran anak-anak Tuhan bukan untuk gereja, akan tetapi bagaimana menjalankan hakekat dalam diri ciptaan Tuhan,” kata Pdt. Saut Sirait semangat, yang kini disebut-sebut bakal calon Sekretaris Umum PGI.
Dalam kesempatan tersebut anak bungsu almarhum Radius Prawiro yang juga putri satu-satunya, Pingkan Riani Putri Prawiro mengatakan dalam kenangannya mengenai sang ayah.
Menurutnya, almarhum selalu memberinya wejangan bahwa apa yang diperbuat tangan kiri hendaknya tangan kanan tidak perlu mengetahuinya. “Dia adalah seorang ayah yang mencintai kami anak-anaknya dengan luar biasa, penuh disiplin, dan lurus-lurus saja. Ada tiga hal nilai hidup dari beliau yang saya pegang dan terapkan kepada anak saya, yaitu takut akan Tuhan, berserah penuh dan menjadi berkat,” ujar Pingkan Prawiro dengan wajah haru.
Hal yang tak jauh berbeda disampaikan anak sulung, Baktinendra Prawiro. Menurutnya, semasa hidup ia kerap berbeda pendapat dengan sang ayah. “Saya mengenalnya sebagai sosok yang berani dan melaksanakan apa yang menjadi panggilannya, yakni mengabdi kepada rakyat, bangsa, negara dan memuliakan nama Tuhan. Sebagai anak saya sangat bangga dengan beliau,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu orang yang cukup dekat dengan Radius Prawiro (Alm.), Prof. Dr. John Pieris pun memiliki kenangan tersendiri yang tak bisa ia lupakan sampai saat ini dengan tokoh nasional itu. “Dia adalah Kristen sejati, rendah hati dan mau menyapa orang terlebih dahulu dan jasanya sangat besar bagi bangsa dan negara,” tukasnya.
Hal senada disampaikan oleh Martin Hutabarat, yang mengungkapkan bahwa Radius Prawiro adalah salah satu menteri terhebat yang dikenalnya. “Di dalam Alkitab barangkali beliau seperti Ester pada masa itu. Beliau tidak pernah tidak ikut dalam membangun bangsa dan negara ini. Itu sangat luar biasa dan kiranya bisa menjadi teladan bagi generasi sekarang,” ucap mantan anggota DPR-RI Partai Gerindra itu.
Selesai ibadah dan ramah tamah, para tamu undangan beserta keluarga bersama-sama menuju ke makam Radius Prawiro untuk melakukan tabur bunga. Tak bisa dipungkiri bahwa Radius Prawiro semasa merintis kariernya sebagai ekonom, berbagai kebijakan pernah dilakukannya.
Mulai dari almarhum melakukan rehabilitasi dan stabilisasi moneter, menekan laju inflasi, reformasi perdagangan dan keuangan di pedesaan, menggalakkan program kredit usaha serta simpanan pedesaan, bahkan perdagangan internasional hingga reformasi perpajakan. Salah satu pernyataan dari pria yang lahir di Yogyakarta, 29 Juni 1928 itu, saat berpidato di Seminar Angkatan Darat II pada 1966 di Bandung, dinilai cukup relevan sampai sekarang, yaitu bahwa dalam ekonomi tidak ada magical shorcut. Ketekunan bekerja dan disiplin masih tetap merupakan ramuan atau kunci yang terbaik untuk mencapai sukses. BTY