Perayaan HUT Ke-77 Gereja Toraja

45
Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, M.Th.

Narwastu.id – Gereja Toraja merayakan HUT-nya yang ke-77. Menilik sejarahnya, Gereja Toraja merupakan sebuah kelompok gereja Protestan terbesar di Sulawesi Selatan, bermula dari pekabaran Injil misionaris Gereformeerde Zendingsbond-Belanda. Pada 1913 misi tersebut diwakili oleh Pdt. A.A. van de Loosdrecht, yang tragis terbunuh di Rantepao. Meski demikian, melalui pengorbanan mereka, jemaat-jemaat berkembang, dan pada 25 Maret 1947, terbentuklah Gereja Toraja yang mandiri. Gereja ini menjadi anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) pada 1950. Sejak pemberontakan DI/TII Kahar Muzakar, banyak anggota jemaat Gereja Toraja yang menjadi korban. Hingga tahun 2.000, jumlah anggotanya mencapai 375.000 orang. Saat ini, kantor pusat Gereja Toraja berada di Rantepao, Sulawesi Selatan, dan gereja ini telah berkembang tidak hanya di Toraja tetapi juga di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri.

Dalam aspek pengakuan iman, Gereja Toraja mengikuti tradisi Reformasi dan menerima Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, Pengakuan Iman Athanasius, dan Katekismus Heidelberg. Dalam tata liturgi, Gereja Toraja mengalami perubahan setelah Sidang Sinode Am XXIV, dengan pengurangan liturgi ibadah Hari Minggu menjadi dua jenis dan penambahan pada liturgi ibadah Hari Raya Gerejawi. Perayaan HUT ke-77 Gereja Toraja menjadi luar biasa, karena dilaksanakan selama tiga hari (11-13 April 2024), dan diisi dengan kegiatan yang tidak ada dalam perayaan sebelumnya, yaitu Festival Sungai Sadan, dan penanaman puluhan ribu pohon di area hulu sungai Sadan.

Kegiatan yang berlangsung di To’Barana’ dan Karonanga Sa’dan Ulu Salu serta sepanjang bantaran Sungai Sadan ini, diisi sejumlah acara dan lomba, antara lain Ibadah Raya, Fun Rafting, Lomba Membuat dan Menghias Rakit, Lomba Menggambar dan Mewarnai, Dance on the River, Camping Ceria, Music on The River Side, Coaching Clinic dan berbagai kegiatan menarik lainnya. Kegiatan yang pertama kali diadakan ini akan menjadi momen penting bagi masyarakat Toraja untuk menjaga dan merawat Sungai Sadan.

Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, M.Th, dalam sambutannya di Ibadah Raya II Festival Sungai Sa’dan Gereja Toraja Dalam Rangka 77 tahun Gereja Toraja, pada Sabtu, 13 April 2024 mengungkapkan, dalam tradisi gereja, perayaan ulang tahun seperti ini, atau biasa disebut jubileum, pada hakekatnya merupakan suatu momentum untuk memberlakukan tibanya Tahun Rahmat Tuhan, yakni pembebasan dari kemiskinan, bebas dari penyakit dan bebas dari berbagai belenggu penderitaan lainnya.

Menurutnya, Tahun Rahmat itu tidak hanya diberlakukan kepada warga gereja kita, bahkan tidak hanya kepada umat manusia, melainkan juga pembebasan bagi alam semesta, kepada air, tanah dan udara, kepada tumbuhan dan hewan, pokoknya tahun pembebasan bagi alam semesta dan seluruh isinya. Maka Festival Sungai Sadan yang dirangkaikan pada momen jubileum ini, baginya sangatlah tepat, di tengah kondisi alam kita yang makin memprihatinkan.

“Eksploitasi alam yang berlebihan, yang didasari oleh supremasi manusia atas binatang dan tumbuhan, telah menempatkan kita pada ancaman kematian, berupa kiamat ekologis. Meningkatnya polusi udara dan air,  meningkatnya kualitas dan jumlah jenis penyakit, dan perebutan sumber daya alam; semuanya turut mengurangi kualitas hidup kita, yang pada gilirannya makin mendekatkan kita pada kiamat ekologis tersebut,” ujarnya.

Ketua Umum PGI ini menambahkan, tidak dapat dipungkiri, pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam yang terus meningkat telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Kita telah memaksa alam melebihi batas yang ditetapkan oleh Allah ketika menciptakannya. Dan tentu, yang mengalami akibat langsungnya adalah kita sendiri berupa ragam bentuk bencana alam, seperti banjir dan kekeringan yang silih berganti.

“Kitalah sumber semua masalah ini. Ganti memelihara bumi ciptaan Allah yang dianugerahkan untuk kita usahakan dan pelihara, kita malah menggerus dan menggerus terus. Kerakusan dan ketidak-perdulian telah memerangkap manusia ke arah kehancuran alam dan peradaban,” tukasnya.

Sebab itu, di momen perayaan ulang tahun ke-77 ini, kita semua sedang diajak untuk memberlakukan tahun rahmat Tuhan dalam hidup keseharian kita. Karena dalam tradisi Perjanjian Lama, alam pun ikut menikmati sukacita jubileum itu. Alam pun ikut merasakan tibanya Tahun Rahmat Tuhan itu. Olehnya, imbuhnya, dalam mensyukuri anugerah Tuhan yang tak berkesudahan bagi Gereja Toraja, kita semua terpanggil untuk membawakan berita sukacita juga kepada alam. Lebih jauh disampaikan Pdt. Gomar Gultom, kita bersyukur memiliki seorang Pdt. Rasely Sinampe, yang tak pernah lelah mengajarkan kita untuk selalu dan selalu menanam pohon. Di momen jubileum ini, bagaimana kita melahirkan Sinampe-sinampe baru, sebuah generasi yang menghargai alam.           Itulah yang Yesus katakan pada Markus 16:15, “Pergilah ke seluruh dunia. Beritakankah Injil kepada segala makhluk.” Maka berita sukacita, tahun rahmat Tuhan itu pun harus ikut dirasakan oleh sungai-sungai kita.

“Kita sama-sama mengetahui, sungai bukan hanya tempat mengalirnya air saja, namun memiliki peran penting bagi kehidupan. Keberadaan airnya mampu membantu pasokan kebutuhan harian. Itu sebabnya juga Wahyu 22 memakai ungkapan ‘Mengalirlah Sungai Air Kehidupan’, seturut tema perayaan kita ini. Dalam dirinya, sungai tidak hanya menyimpan pasokan air, di dalamnya ada beragam kehidupan flora dan fauna yang menjadikan sungai sebagai rumah untuk beragam makhluk ciptaan Tuhan, yang adalah ‘saudara’ kita juga,” katanya.

Selain itu, ujar Pdt. Gomar Gultom, kita bisa belajar banyak untuk kehidupan kita dari sungai ini. Sungai selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati. Tetapi juga mengajarkan kita bahwa segala sesuatu yang terus bergerak dan mengalir, akan selalu menghadirkan kebaruan dan kejernihan. Hidup pun demikian adanya, bergerak dan mengalir. Jika diam dan tetap, maka hanya kebekuan dan kejumudan pikiran dan perasaan yang akan kita rasakan.

Apalagi mengalirnya selalu mengisi ruang-ruang kosong, bahkan terus mengalir hingga ke lautan luas. Hal ini juga mengajarkan kita untuk selalu saling tolong menolong dan selalu berbagi dalam kehidupan sehari-hari kita. Sungai tidak pernah merasa kehabisan air. Dan hendak mengatakan kepada kita: Semakin berbagi semakin kita terberkati. Di akhir sambutannya, dia menegaskan, demikianlah sungai memiliki peran penting dan bermanfaat bagi banyak orang. Olehnya dengan semangat jubileum 77 tahun Gereja Toraja, mari kita memelihara sungai-sungai yang mengalirkan kehidupan dan pohon-pohon yang berbuahkan kehidupan. Dengan demikianlah kita menjadi terang yang menyinari sekitar kita, dengan tetap mengupayakan Mengalirnya sungai air kehidupan. TY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here