Narwastu.id-Perempuan tangguh ini adalah salah satu tokoh gerakan oikoumene di Indonesia dan internasional. Pdt. Dr. Henriette Tabita Lebang, M.Th adalah pendeta asal Gereja Toraja, yang lahir di Ujung Pandang (Makassar), 11 Oktober 1952. Dia menikah dengan mendiang Ralph Donald Manahara Hutabarat dan dikaruniai dua anak, yakni Dorothea Marannu dan Cita Lanrianna. Pdt, Eri Lebang, begitu panggilannya, memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Muda Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta tahun 1975. Kemudian meraih gelar Sarjana Teologi dari STT Jakarta pada tahun 1977. Tak sampai di situ, ia terus menimba ilmu hingga meraih gelar Master of Arts on Christian Education, PSC, Richmond, Virginia, Amerika Serikat pada1987 serta Doctor of Education dari Presbyterian School of Christian Education, PSCE, Richmond, Virginia, Amerika Serikat, pada tahun 1991.
Pelayanannya dimulai sejak 1991, dengan menjadi staf di Lembaga Pembinaan Kader (LPK) Gereja Toraja. Kemudian menduduki jabatan sebagai Pengurus Pusat Gereja Toraja (PPGT), Ketua I Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja dan Ketua Badan Pembinaan Warga Gereja di BPS Gereja Toraja. Dia juga tercatat menjadi Direktur Institut Teologi Gereja Toraja sejak 2006-2010. Pdt. Eri Lebang sudah tidak asing di lingkungan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia). Sejak 1980 dia telah memulai pelayanan sebagai asisten Sekretaris Umum PGI. Selanjutnya, terpilih menjadi Ketua Departemen Perempuan PGI (1984-1986). Sementara di tingkat internasional, dia mulai terlibat dalam pelayanan tingkat Asia sebagai Sekretaris Jenderal di Dewan Gereja-gereja Asia (Christian Conference of Asia/CCA) hingga 2015.
Pdt. Ery Lebang pun dikenal sebagai perempuan pertama Asia yang pernah menjadi pemimpin tertinggi CCA. Selain aktif di CCA, ia aktif pula di World Council of Chruches (WCC) atau Dewan Gereja-gereja Se-Dunia. Keterlibatannya dalam pelayanan ini dimulai sejak dirinya terpilih sebagai anggota Central Committee and Executive Committee dari lembaga oikoumene global pada Sidang Raya Ke-10 WWC di Busan, Korea Selatan, tahun 2013 silam. Pdt. Ery Lebang terpilih sebagai wakil Asia dalam Presidium WCC untuk periode 8 tahun. Pemilihan dilakukan secara voting di ruang plenary utama General Assembly Dewan Gereja Se-Dunia, Karlsruhe, Jerman, pada Senin, 5 September 2022 lalu.
Perjalanan pelayanan yang telah dilaluinya tentu membuatnya tak asing lagi di lingkungan pelayanan nasional, regional dan internasional. Di PGI pun ia pernah dipercaya sebagai Ketua Umum PGI, hingga sekarang ia dipercaya sebagai Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Sebagai seorang pemimpin gereja, ia dikenal cerdas dan bernas dalam menyampaikan khotbah. Khotbahnya selalu terasa sejuk namun berbobot, dan meneguhkan iman jemaat. Ia merupakan seorang perempuan tangguh, nasionalis dan inspiratif yang tak pernah lelah untuk menjalin persatuan dan kebersamaan di tengah gereja-gereja di Indonesia. Selain itu, persoalan-persoalan yang menimpa bangsa ini sering dulu disuarakannya melalui PGI dan diberi solusi bersama jajaran MPH PGI.
Seperti dikutip dari portal berita LAI, entah disengaja atau tidak, yang pernah menjabat Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) merupakan orang-orang besar. Tokoh-tokoh Kristen terkemuka di bumi Nusantara. Ambil contoh, Ketua Umum LAI yang pertama, Prof. Dr. Todung Sutan Gunung Mulia. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Ketua Umum Dewan Gereja Indonesia (DGI) yang pertama. Ketua Umum yang kedua, Pdt. W.J. Rumambi pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dan Sekretaris Umum DGI. Demikian pula Prof. Dr. P.D. Latuihamallo yang merupakan Guru Besar STT Jakarta dan sekaligus pernah menjadi Ketua Umum PGI. Sebelum Pdt. Dr. Ishak Lambe, Ketua Umum LAI dijabat oleh Pdt. Prof. Dr. Liem Khiem Yang yang pernah menjabat Rektor STT Jakarta, ia seorang ahli Kitab Suci dan menjadi Guru Besar Perjanjian Baru di STT Jakarta.
Dan Ketua Umum LAI yang baru, Pdt. Henriette Tabita Hutabarat Lebang jelas merupakan orang besar, karena ia merupakan tokoh Kristiani nasional bahkan di Asia. Dia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal CCA (Dewan Gereja Asia), Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) dan bahkan saat ini masih menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PGI. Hebatnya, ia adalah perempuan pertama yang dipercaya untuk menjabat kedudukan tersebut. Pdt. Ery Lebang adalah putri Pdt. Junus Bunga Lebang, termasuk generasi pertama Pendeta Gereja Toraja. Ibunya Adolfina Palamba adalah seorang guru. Ibunya pernah menjadi Kepala Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Kristen Rantepao, Tana Toraja.
Saat duduk di bangku kelas dua SMA, Ery pindah ke Surabaya. Ia dititipkan ayahnya pada salah satu saudara yang tinggal di Surabaya. Waktu itu Ery memiliki keinginan yang cukup kuat untuk menjadi seorang dokter. Dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya menjadi pilihan yang cukup favorit pada masa itu. Namun, menjelang lulus SMA, keluarga kembali bertanya kepadanya, ”Apakah Ery serius ingin menjadi seorang dokter?” Setelah berpikir Ery pun menjawab, ”Saya mau bekerja di bidang yang berhubungan dengan manusia atau kemanusiaan.” Pilihannya, menurut Ery, ada dua, menjadi dokter atau seorang pendeta.
Untuk memastikan pilihannya, Ery pun mendaftar ke dua perguruan tinggi, yang pertama ke STT Jakarta dan kedua ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ternyata jawaban dari Tuhan adalah STT Jakarta. Keinginannya belajar teologi sempat membuat perasaan kedua orang tuanya bercampur aduk. Bukan karena tidak mendukung harapan Ery untuk menjadi pendeta, melainkan karena pada masa itu di Gereja Toraja belum menerima seorang perempuan untuk menjadi pendeta. Namun Ery terus melangkah maju. Selanjutnya di STT Jakarta Ery tidak hanya belajar teologi. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi. Meskipun STT Jakarta diakui Ery salah satu tempat penempaan dan melatih diri berorganisasi, namun ia menegaskan bahwa benih-benih pembelajarannya telah tumbuh jauh sebelum dirinya menjadi mahasiswa STT Jakarta.
Dalam perjalanan selanjutnya setelah selesai menjabat Ketua Umum PGI, pada awal 2021, ketika dicalonkan untuk bergabung dengan LAI, Pdt. Ery Lebang menjawab, ”Saya akan menggumulkannya. Kalau ini memang panggilan Tuhan, saya akan terima dan lakukan sebaik mungkin.” Mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin, seteliti mungkin, semaksimal mungkin seperti sudah menjadi karakter Pdt. Ery. Bagi Pdt. Ery, pelayanan adalah mempersembahkan keseluruhan hidup kita kepada Kristus. Karenanya, pelayanan menurutnya, tidak bisa dilakukan dengan setengah hati. Pada sisi lain, Ery memaknai dirinya sebagai hamba Tuhan, karena itu dalam berkarya ia percaya akan campur tangan Allah mengarahkan hidupnya dalam tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Satu hal yang menjadi prinsipnya bahwa ia tidak pernah mempromosikan dirinya untuk maju dalam jabatan yang dia emban.