Film “Jesus Revolution” dan Pertobatan Setelah Penginjilan

139

Narwastu.id – Jelang peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai Hari Paskah pada 2023 ini, sebuah film rohani berjudul “Jesus Revolution” tayang di sejumlah bioskop di Jakarta dan sejumlah kota di Tanah Air. Tentu hal ini menjadi kabar baik bagi umat Kristiani, mengingat teramat jarang kita disuguhkan film bertema rohani di bioskop. Bicara tentang film “Jesus Revolution” yang digarap secara ciamik oleh sutradara Jon Erwin dan Brent McCorkie, kita akan menyaksikan sebuah film yang diangkat berdasarkan buku dengan judul sama. Dan itu merupakan kisah nyata tentang seorang pendeta pemuda Greg Laurie (Joel Courtney), seorang hippie Kristen Lonnie Frisbee (Jonathan Roumie) dan Pendeta Chuck Smith (Kelsey Grammer).

Ketiganya adalah tokoh sentral yang mengambil bagian dalam sebuah gerakan pengenalan Injil dari Yesus di California, Amerika Serikat, yang berlangsung pada tahun 1960-an. Dikisahkan pada tahun 1968 seorang pendeta bernama Chuck Smith di negara bagian California Selatan dikenal keras, tapi sangat dihormati oleh para jemaatnya. Ia menyadari bahwa gerejanya perlahan-lahan mengalami kemerosotan, sehingga mengalami kendala dalam berhubungan dengan generasi hippie yang cenderung lebih muda dan bebas. Suatu hari, Janette, putri si pendeta memberikan tumpangan kepada seorang hippie bernama Lonnie Frisbee (Hippie adalah kultur di Amerika Serikat tahun 60-an yang biasa mendengar musik rock, dan terkadang memakai narkoba serta berpenampilan bebas).

Lonnie mengaku telah berkeliling ke beberapa tempat dan memberitakan tentang pelayanan Yesus. Chuck Smith yang awalnya menaruh kecurigaan terhadap Lonnie Frisbee lalu menerima dan menyambut hippie lain ke rumahnya. Lonnie sang hippie kemudian memperkenalkan Chuck ke sebuah band bernama Love Song, yang akhirnya tampil bernyanyi membawakan sebuah lagu di ruang tamunya. Dari situ, kemudian mereka diajak bergabung dalam sebuah pelayanan di gereja dan momentum itu rupanya menjadi awal pergerakan penginjilan kaum hippie dan kelompok lainnya.

Di sisi lain, siswa sekolah mengenal Greg Laurie melarikan diri dari kelas Korps Pelatihan Perwira Cadangan Junior karena ajakan seorang gadis bernama Cathe ke sebuah konser Janis Joplin. Di saat yang sama, Timothy Leary, seorang psikolog yang dikenal karena pembelaannya yang kuat terhadap obat-obatan psikedelik, menyebarkan informasi tentang obat-obatan terlarang dapat digunakan untuk mengenal diri sendiri. Di situlah Greg melihat bahwa kebanyakan hippie memiliki perilaku yang tidak bertanggung jawab. Adik Cathe menjadi salah satu korbannya, karena overdosis obat-obatan terlarang. Pada saat menonton film, Cathe marah pada Greg yang cenderung tidak peduli betapa berbahayanya narkoba dan memutuskan persahabatan mereka.

Hingga suatu hari, Cathe mendengarkan khotbah Lonnie yang tengah mengadakan kunjungan ke kampusnya. Greg mendatangi Cathe untuk meminta maaf hingga akhirnya mereka berdamai. Di situ Cathe mengatakan, bahwa dirinya menemukan sebuah gereja yang dapat menerima hippie. Ia pun mengajak Greg untuk bergabung. Keduanya menemukan perubahan dalam pelayanan Smith dan Frisbee, kendati orangtua Cathe tetap tidak menyukai Greg. Siapa sangka jika pelayanan gereja tersebut mencapai puncaknya dan dianggap sebagai “Jesus Revolution” atau “Jesus Freaks.” Pergerakan tersebut rupanya sampai menghiasi headline majalah sekaliber “Time” pada tahun 1971.           Hingga akhirnya Greg mengambil alih cabang pelayanan di Riverside setelah kepergian Lonnie. Dan kemudian, menikahi Cathe dan menjadi seorang pendeta terkenal. Sedangkan, Smith dan Frisbee dikenang sebagai pendiri gerakan Calvaru Chape dan pemimpin dalam gerakan Yesus. Film ini sangat menginspirasi bagi sebuah pelayanan yang barangkali tengah mengalami titik jenuh. Ketika keterbukaan dan kerendah hati untuk mengalami perubahan, maka pemulihan itu bisa terjadi. Film ini patut ditonton keluarga-keluarga Kristen. SBS/BTY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here