Narwastu.id – Sudah 160 tahun Tuhan memberi power, kuasa untuk melayani oleh warga jemaatnya sebagai jemaat misioner. HKBP menjadi gereja yang terbesar di Asia Tenggara. Tetap tampil di kancah pelayanan masyarakat di tingkat nasional dan ikut pengambil keputusan di sidang gereja tingkat internasional.
Namun, seperti sebagian dari 70 murid-murid yang dipilih Yesus, selain yang 12 murid-muridNya, dari yang 70 itu ada mengundurkan diri sebagai pengikut Yesus.
Demikian warga jemaat HKBP dalam perjalanan sejarahnya selama 160 tahun hari ini, banyak beralih ke gereja lain, atau berbagai aliran gereja yang ada di dunia, terutama yang ada di Indonesia. Hal itu memperlambat laju pertambahan warganya hingga menjadi terbesar di Asia. Namun dari pantauan statistiknya ditulis dalam Almanak HKBP setiap tahunnya, tetap bertambah banyak dan gereja tetap mekar ke daerah di mana-mana di Indonesia dan dunia, di mana warga Kristen Batak berdomisili.
Pengalaman saya waktu melayani di DKI Jakarta dan Sumbagsel, apalagi daerah pinggirannya, di mana ada gereja yang sealiran dgn HKBP atau anggota PGI, di situ pasti ada warganya yang berlatar belakang jeamaat HKBP. Ada mengatakan karena menikah ikut suami atau ada ikut istri. Karena belum ada gereja HKBP di tempatnya, atau karena jauh dari tempat tinggalnya gereja HKBP dan pindah ke gereja di tempat itu. Memang banyak juga beralih dari gereja atau aliran gereja yang lain menjadi warga HKBP dengan alasan serupa di atas. Pernah ada suatu gereja di satu pulau 98% berlatar belakang asalnya dari HKBP, tapi karena sulit mendirikan gedung gereja, yang mayoritas orang Batak di daerah itu, mereka pun bertahan dalam gereja yang asing dari gereja asalnya, bahasa, liturgi ibadah, tradisi gereja dan budaya Batak tidak ada. Beruntung tetap terbina hubungan kekerabatan dan pelaksanaan adat Batak, maka mereka tetap dapat bertemu dalam pesta-pesta adat sukacita atau pun dukacita.
Masa sekarang ini berbagai gereja atau aliran (sekte) sudah ratusan nama gerejanya, dan terdaftar di Bimas Kristen tingkat Pusat, atau mungkin hanya tingkat provinsi atau kabupaten. Bahkan banyak tempat ibadah mereka tidak terdaftar sebagai gereja atau rumah ibadah, tapi beribadah dalam rumah-rumah atau yang diperuntukkan untuk kegiatan sosial masyarakat. Satu waktu kemudian Tuhan mendirikan rumahNya (bagas joroNa) di sana, dan dari warganya ada saja berasal dari jemaat HKBP pada waktu lahirnya, atau saat belum berada di tempat yang jauh dari tempat kelahirannya. Yaitu bertempat tinggal di diaspora (tempat perantauan).
Saya memberi judul tulisan singkat ini, HKBP BERSIAP MEMASUKI PELAYANAN NEW NORMAL. Pelayanan new normal yang saya maksud, suatu bentuk pelayanan yang dibaharui sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Oleh pandemi Covid-19 gereja kita telah memanfaatkan digital untuk pelayanan. Kita sudah mendahului yang gereja kita rencanakan bentuk-bentuk pelayanan digital pada zaman industri 4 secara virtual, live streaming. Dan memakai jaringan komunikasi seperti Zoom, YouTube, video call, Instagram, Facebook, dll. Tentu bukan hanya bagi gereja HKBP bahkan mungkin bagi gereja-gereja di Indonesia di dunia.
Apa kemungkinan yang akan terjadi pasca Covid-19 sehingga gereja harus siap? Pandemi Covid-19 pasti berakhir, terutama bila semua manusia sudah berteman dengan Covid-19, yaitu melalui vaksinasi yang diterima. Tentu, termasuk kita di dalamnya. Kalau pun masih tetap ada di bumi sudah akan dapat mudah disembuhkan dengan meminum obat atau melalui suntikan. Ini masih pendapat saya, melihat kemajuan di bidang kesehatan atau medis akhir-akhir ini. Yang akan terjadi antara lain: perubahan sikap, cara berpikir, pandangan terhadap keagamaan, pergeseran hidup sosial masyarakat. Demikian prediksi saya.
Power yang telah diberikan Tuhan dan Raja Gereja Yesus Kristus, akan tetap ada dalam hidup kita sebagai umat Kristen dan kehidupan gereja kita HKBP. Cukupkah dengan pemberdayaan saat ini? Cukupkah pelayanan dengan mengikuti perkembangan industri teknologi maju, yang terus akan berubah dan mengakibatkan perubahan? Cukupkah dengan mendirikan bangunan yang skala tingkat internasional? Saya pikir HKBP harus bersiap selain di bidang fisik, ekonomi, hidup jasmani warga. Saya pikir selain hal-hal yang kasat mata, gereja kita juga harus memikirkan hal-hal rohani. Karena sifatnya dapat bertahan lama atau abadi yang tidak mungkin berkarat atau hilang ditelan waktu atau perubahan yang terjadi.
Yesus mengatakan kepada murid-muridNya yang 70, yang dalam sukacita melaporkan hasil yang diperoleh dari pekerjaan mereka kepada Yesus:
Lukas 10:20, “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.”
Alai ndang pola las rohamuna, ala naung guru dokmu angka tondi i. On ma tahe halashon hamu: Naung tarsurat goarmuna di banua ginjang i.
Notwithstanding in this rejoice not, that the spirits are subject to you; but rather rejoice, because your names are written in heaven.
Kiranya para expert warga jemaat dan pelayan HKBP yg masih aktif dalam pelayanan sekarang, jauh-jauh hari memikirkan kesiapan gereja kita menghadapi hari-hari yang akan datang yang semakin cepat berubah-ubah. Jangan hanya berebutan ingin menjadi pimpinan. Karena gereja kita HKBP akan terus hidup sampai ulang tahun ke-175, ke-200, ke-250 dst. Depok (Jawa Barat), 7 Oktober 2021.
* Penulis adalah pendeta pensiunan di HKBP, mantan Kepala Biro Informasi Sinode HKBP, dan pernah Praeses HKBP Sumbagsel serta mantan pelayan di Gereja HKBP Sudirman, Jakarta Pusat.