Narwastu.id – Mazmur 116:15, “Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”
Pada Selasa, 21 September 2021 Profesor terkasih J.E. Sahetapy, S.H. berpulang ke rumah Bapa di surga. Bersyukur atas kesempatan diajar langsung oleh beliau untuk mata kuliah hukum pidana, kriminologi dan viktimologi. Dan di atas semua itu nilai-nilai integritas yang kerap beliau tanamkan kepada kami mahasiswanya. Akan selalu kuingat ucapan Sharswood yang Profesor sering bilang, “Let it be remembered and treasured in the heart of every student that no man can ever be a truly great lawyer, who is not in every sense of the word, a good man. A lawyer without integrity may shine for a while with meteoric splendour, but his light will soon go out in the blackness of dankness.”
Peristiwa meninggalnya Prof. Sahetapy menjadi semacam duka di seantero jagat hukum nasional, karena nama baik dan legacy yang beliau tinggalkan. Salah satu ayat Alkitab yang beliau suka ucapkan di Persekutuan Doa Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya adalah: Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar (Amsal 22.1). Benar, beliau telah menyelesaikan “pertandingan” dengan baik sebagai guru bangsa dan meninggalkan nama baik yang akan selalu dikenang. Di sela-sela materi perkuliahan, beliau tak bosan-bosannya mengingatkan kita untuk menjauhi praktik-praktik kotor ketika nanti berkecimpung dalam profesi hukum.
Beliau selalu “geram” dengan segala permainan kotor di kalangan profesi hukum. Di Indonesia Lawyers Club (ILC), beliau selalu aktif menyuarakan integritas dan “galak” kepada setiap orang yang menurutnya “offside” dari praktik hukum yang bersih.
Saudaraku, dalam kekristenan, tubuh hanyalah kemah tempat kediaman sementara selama kita hidup di bumi. Pribadi kita yang sejati atau sesungguhnya adalah Roh yang akan kembali ke sorga setelah tubuh atau kemah sementara berhenti beroperasi. Firman berkata, “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia (2 Korintus 5:1).”
Bagi keluarga Prof. Sahetapy, termasuk “keluarga” besar Universitas Airlangga yang ditinggalkan, percayalah bahwa segala perkara dapat Anda tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada anda (Flp. 4.13). Oleh karena itu, dekatkanlah diri Anda kepada Allah karena hanya dekat Allah saja Anda dapat menjadi tenang (Maz. 62.2), karena jikalau Anda percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka Anda percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia di sorga (1 Tes. 4.14).
Untuk itu Firman berkata: Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya (Maz. 116.15). Dan bagi setiap orang yang mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp.1.21). Rest in Love, Prof. Sahetapy. We love you. Amin.
* Penulis adalah advokat/pengacara, Ketua Umum Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia (PPHKI) dan anggota Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU).