Narwastu.id – Firman Tuhan, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun” (Mazmur 133:1).” Kitab Mazmur 133 menyatakan kerukunan kekeluargaan umat Allah yang dinampakkan pada pesta atau ibadah ziarah. Mereka bersatu sebab ada satu tujuan, yakni berjumpa dengan Tuhan dan bersekutu. Menyaksikan dan mengalami hal ini, pemazmur menyatakan “hidup rukun adalah hidup yang baik dan indah.” Siapa yang tidak ingin hidup rukun? Hidup rukun adalah hidup yang menyenangkan dan mendatangkan kebahagiaan, merupakan kehendak Tuhan yang berintikan kasih. Karena itu merupakan ciri keimanan kita.
Sebaliknya, dalam hidup yang tidak rukun nampak kesombongan, pementingan diri sendiri, mau menang sendiri, dan tidak rela berkorban. Ini yang menyebabkan perpecahan dan konflik. Dapat dikatakan, hidup tidak rukun merupakan sumber berbagai persoalan. Bagaimana mewujudkan kerukunan? (1) Ketika Tuhan mempersatukan kita dalam satu tujuan. (2) Ada kemauan “diam bersama” dengan rukun. (3) Kerendahan hati seperti Yesus.
Karena itu, terhadap kehidupan yang rukun, Tuhan memerintahkan berkatNya. Berkat yang terus mengalir dengan limpah, mendatangkan sukacita (seperti minyak Harun). Dan adanya aliran berkat yang menyegarkan dan menghidupkan, (seperti embun gunung Hermon). Kehidupan yang rukun adalah kehidupan yang diberkati. Dunia dilanda perpecahan, di suatu negara, antarbangsa, di tengah masyarakat, dalam gereja bahkan di tengah keluarga. Semua ini menyatakan beratnya pergumulan kita saat ini. Belum lagi pergumulan menghadapi Covid-19. Mari membangun persaudaraan yang rukun, agar Tuhan memerintahkan berkatNya bagi kehidupan kita.
* Penulis adalah Pendeta di GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Jemaat Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat.