Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.Bus, M.A. Termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2020 Pilihan NARWASTU”

323
Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.Bus, M.A. Nasionalis dan religius.

Narwastu.id – Setiap akhir tahun Majalah NARWASTU yang kita cintai ini selalu hadir dengan sajian khusus, yakni menampilkan “21 Tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU” selain tulisan-tulisan seputar Natal dan menyambut tahun baru. Seperti tahun-tahun lalu, tokoh-tokoh yang ditampilkan ini merupakan figur yang pernah diberitakan di majalah ini. Dan mereka dinilai Tim Redaksi Majalah NARWASTU figur yang inspiratif, mampu memotivasi, Pancasilais dan peduli pada permasalahan gereja dan masyarakat. Ke-21 figur ini diseleksi Tim Redaksi NARWASTU dari 100 lebih tokoh Kristiani yang pernah dipublikasikan Majalah NARWASTU.

Dan ada di antaranya berlatar belakang rohaniwan, akademisi, pakar hukum, pimpinan partai politik, wakil rakyat, pimpinan gereja, motivator, pejabat negara, jenderal purnawirawan, pengusaha, pimpinan ormas Kristen dan jurnalis. Majalah NARWASTU menilai mereka adalah sosok-sosok berpengaruh dan bisa menjadi teladan di tengah masyarakat. “Tokoh-tokoh yang kami tampilkan ini dikenal karena aktivitasnya yang menginspirasi, punya ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang inovatif, mencerahkan, bahkan kontroversial, sehingga tak jarang jadi pembicaraan publik atau pemberitaan di media,” kata Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, kepada pers baru-baru ini di Jakarta.

“Tokoh Kristiani yang ditampilkan ini, kembali kami garisbawahi merupakan sosok yang pernah muncul dalam pemberitaan majalah ini. Dan mereka pernah ‘membuat berita’ atas kiprah atau kegiatannya yang positif. Ke-21 tokoh ini bukanlah figur yang sempurna, karena mereka pun manusia biasa. Namun kami menilai mereka insan-insan Indonesia yang ikut membangun peradaban di tengah masyarakat dan bisa menularkan nilai-nilai kebaikan atau hal-hal yang positif pada sesama. Dan ke-21 tokoh ini sudah kami seleksi sejak Agustus 2020 lalu, dan profil singkat yang dipublikasikan ini merupakan apresiasi kami sebagai insan media bagi mereka di akhir tahun 2020 ini,” pungkas Jonro Munthe, yang merupakan lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, alumni Lembaga Pendidikan Pers Doktor Soetomo (LPPDS) Jakarta, dan peraih award sebagai “Jurnalis Muda Motivator 2009 dari Majelis Pers Indonesia.”

Ke-21 tokoh Kristiani 2020 pilihan Majalah NARWASTU kali ini, yakni (1) Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.Bus, M.A., (Mantan petinggi di Kementerian Pertahanan RI), (2) Febry Calvin Tetelepta, M.H. (Deputi I Kantor Staf Presiden RI), (3) Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST (Teolog HKBP), (4) Pdt. Wilhelmus Latumahina/alm. (Pencipta lagu “Hidup ini Adalah Kesempatan“), (5) Kamaruddin Simanjuntak, S.H. (Pengacara), (6) Dr. Rofinus Neto Wuli, Pr. S.Fil., M.Si (Rohaniwan), (7) Hulman Panjaitan, S.H., M.H. (Pakar hukum), (8) Yunie Murwatie, S.E., CTM (Pengusaha), (9) Dr. Sahat HMT Sinaga, S.H. (Penatua gereja dan notaris), (10) Derman P. Nababan, S.H., M.H. (Hakim Pengadilan Negeri), (11) Pdt. Nicodemus Sahbudin, M.Th, M.A. (Rohaniwan), (12) Danang Priyadi, M.M. (Motivator), (13) Darwis Manalu (Pengusaha dan penatua gereja), (14) Dr. Ir. Rahmat Manullang, M.Si (Cendekiawan), (15) Frans M. Panggabean, M.M., MBA (Pengusaha), (16) Dwi Sapta Sedewa Brata (Cendekiawan), (17) Murfati Lidianto, S.E., M.A. (Anggota DPRD Kota Bekasi), (18) Maretta Dian Arthanti (Anggota DPRD Banten), (19) Dr. Ir. Martuama Saragi, M.M. (Tokoh masyarakat), (20) Drs. Paul Maku Goru, M.M. (Jurnalis senior), dan (21) Sahat M.P. Sinurat, S.T., M.T. (Pimpinan ormas Kristen).

Jenderal Purnawirawan yang Peduli Pada Masyarakat 

Tokoh nasionalis yang satu ini tergolong sosok yang langka. Ketua Umum DPP Asosiasi Pendeta Indonesia (API) dan mantan Asisten Deputi VII Menkopolhukam RI, Brigjen TNI (Purn.) Harsanto Adi S., M.M. menilai Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.Bus, M.A. seorang tokoh nasionalis, cerdas dan peduli pada persoalan negeri ini. Jan Pieters Ate merupakan mantan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan RI, dulu pemikir di TNI dan ahli strategi pertahanan dan keamanan. Pada Sabtu, 17 Oktober 2020 lalu, Tim Redaksi Majalah NARWASTU lebih dari tiga jam berdiskusi dengannya di kantor NARWASTU.

Mantan Wakil Rektor Universitas Pertahanan, Jakarta, ini dikenal punya  pemikiran yang mencerahkan dan memotivasi. Seperti dikutip Tempo Edisi 9-15 November 2020 lalu, pendapat Jan Pieter Ate pun dimuat majalah yang dikenal berani itu saat ia mengkritisi kebijakan Menteri Pertahanan RI, Prabowo Soebjanto. Pasalnya, Prabowo dinilai belum memenuhi janjinya untuk berpihak pada industri pertahanan dalam negeri. Pria asal Sumba ini beribadah di GKI Kwitang, Jakarta Pusat, dan ia pernah tiga tahun menjadi majelis. Sejak ia kecil kehidupan keluarganya sudah melekat dengan aktivitas gerejawi. Dan tak pernah ia bermimpi akan meraih pangkat jenderal bintang dua, karena ia berasal dari keluarga sederhana di NTT (Nusa Tenggara Timur). “Saya bisa begini karena doa orangtua saya,” ujar putra seorang penginjil di Sumba, NTT ini.

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos diwawancarai wartawan TV, media cetak dan online di sebuah acara pemberian penghargaan kepada 21 tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU.

Ketika menceritakan masa kecilnya, Jan Pieter Ate yang merupakan lulusan Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, dan dulu aktif sebagai pengurus Resimen Mahasiswa menerangkan, ia awalnya ingin menjadi  dokter, namun Tuhan berkehendak lain. Menurutnya, ia tak bisa menjadi dokter karena situasi ekonomi keluarga saat itu, apalagi ayahnya hanya guru Injil dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang gigih membesarkan 10 orang anak-anak, namun tekun berdoa. Ayahnya dulu amat gigih mendatangi setiap kampung di kawasan Sumba untuk memberitakan Injil.

21 Tokoh Kristiani 2019 Pilihan Majalah NARWASTU saat menerima penghargaan di Graha Bethel, Jakarta Pusat, pada 11 Januari 2019. Pemberian penghargaan seperti ini sudah dimulai sejak 2007 lalu di Gedung LPMI, Jakarta Pusat.

“Sepuluh orang anaknya selalu didoakan ibu supaya semua diberkati Tuhan dan bermanfaat bagi sesama. Nama anak-anaknya disebut satu persatu kalau beliau berdoa. Puji Tuhan, sekarang doa ibu saya terjawab. Delapan anak-anaknya berhasil, dan dua sudah dipanggil Tuhan. Dan saya begini sekarang karena doa orang tua,” ujar lulusan Sesko TNI dan mantan Staf Pribadi Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI ini.

Saat berada di kampung halaman, Jan Pieter Ate beribadah bersama keluarganya di Gereja Kristen Sumba (GKS). Ketika menceritakan awal mula masuknya ia jadi tentara, Jan menuturkan, semua karena mukjizat Tuhan. Setelah lulus kuliah, ia sempat berkiprah di DPD Golkar NTT, dan ia banyak belajar tentang politik dan kemasyarakatan di partai politik itu. Selanjutnya saat ada kesempatan masuk ke militer, dia berangkat ke Jakarta. Meskipun perjalanannya berliku-liku ia akhirnya lulus di Kodam V Jaya pada 1984. “Proses yang saya jalani berliku-liku saat masuk tentara. Tuhan yang menuntun saya,” ujar jenderal purnawirawan bintang dua kelahiran Sumba, NTT, 23 Mei 1959 yang punya tiga anak dan beristri Diana Evita Kembuan ini.

Kala mengikuti proses pendidikan di Sesko TNI ia mendapat hasil terbaik. Bahkan, kala ia mengikuti pendidikan semacam LEMHANNAS di Australia pun hasilnya predikat terbaik. Lantaran Jan Pieter Ate seorang yang cerdas ia pernah mendapat kesempatan belajar ke Australia, Belanda, Amerika Serikat dan Jerman. Di Belanda ia belajar mengenai hubungan sipil dan militer, di Amerika Serikat belajar masalah strategis pertahanan, dan di Jerman belajar operasi-operasi militer. Dan di Jepang ia pernah diundang sebagai pembicara tentang kebijakan pertahanan Jepang (2014).

Sedangkan program S2 ia ikuti di Australia tentang integrited logistic management. Di sejumlah negara pun Jan sudah pernah diundang sebagai pembicara tentang strategi pertahanan dan keamanan, seperti di Perancis, Italia, Rusia, Cina, Selandia Baru, Korea Selatan, India dan Mongolia. “Bisa jadi narasumber di banyak negara, sekali lagi, itu karena kemurahan Tuhan saja. Dan sekarang dua anak saya telah menjadi dokter, padahal dulu cita-cita saya jadi dokter, tapi cita-cita itu saya kubur. Sekarang saya baru mengerti rencana Tuhan, dua anak saya dijadikanNya dokter. Dan satu orang lagi anak saya masih kuliah di Kanada,” ucap mantan Kepala Pusat Manajemen Pertahanan di Kementerian Pertahanan RI ini.

Jan Pieter Ate dalam kiprahnya selama ini sudah mengunjungi banyak negara di dunia. Selanjutnya ia pernah dipercaya sebagai Wakil Rektor Universitas Pertahanan, Jakarta. Karena pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan nasionalis, hingga kini ia masih sering diundang sebagai pembicara oleh banyak kalangan. Bahkan, koleganya para jenderal dari sejumlah negara masih sering meminta pemikirannya seputar strategi pertahanan dan keamanan. Hidup ini, kata Jan, mesti bermakna bagi sesame. Makanya melalui tulisan-tulisan pun ia banyak berbicara tentang masa depan bangsa ini.

Saat masih mengabdi di Kementerian Pertahanan RI, Jan punya peran penting dalam menyiapkan draft RUU TNI. Selain itu, ia ikut merumuskan dan menulis Doktrin Pertahanan Negara, Strategi Pertahanan Negara, Postur Pertahanan Negara dan Buku Putih Pertahanan Indonesia (2008). Ia pun ikut menulis di dalam “Buku Putih Pertahanan Pertama Saat TNI Direformasi” dan ikut membahas naskah draft RUU Keamanan Nasional. Pembina Ikatan Keluarga Besar Sumba, Pembina organisasi Flobamora dari NTT dan Ketua Dewan Pengurus World Teach Indonesia (WTI) ini, pun aktif memberi perhatian pada anak-anak belia, kaum guru dan perempuan di kawasan Indonesia Timur.

“Media Kristen seperti Majalah NARWASTU kita harapkan bisa jadi pilar yang ikut terus menyuarakan nilai-nilai kehidupan di tengah bangsa ini. Saat ini godaan anak-anak muda adalah bahaya narkoba, pergaulan bebas dan pornografi lewat media sosial. Untuk menghadapi ini anak-anak muda mesti punya iman yang teguh, sehingga pers Kristen harus ikut menumbuhkan iman anak-anak muda. Sekarang kita prihatin dengan banyaknya anak-anak muda yang suka berdemo, lalu melakukan anarkisme. Padahal mereka tidak paham apa yang didemo,” pungkas Ketua Harian Asosiasi Industri Pertahanan Swasta Nasional dan pengurus Komunitas Cerdas Nasional ini.

Bicara kekuatan doa, ujar Jan, doa itu kuasanya dahsyat. Doa itu nafas hidup kita orang percaya, dan “kabel” kita agar tersambung dengan Tuhan. “Bapa di surga rindu mendengar anak-anaknya berdoa. Jadi saat kita khawatir, berdoalah pada Bapa di surga,” terang Jan yang memulai kiprahnya di tim Analisa Lingkungan Strategis Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI. DR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here