Narwastu.id – Pada akhir 2006 lalu, majalah ini sudah menampilkan “20 Tokoh Kristiani Terkemuka 2006”. Tentu saja versi NARWASTU. Figur yang kami tampilkan saat itu, ada yang berlatar belakang gembala sidang, tokoh lintas agama, pengacara, pejuang HAM, pemimpin sinode, aktivis ormas, aktivis LSM dan politisi. Ada pun 20 tokoh yang sudah diseleksi redaksi NARWASTU secara ketat dari 112 nama yang terjaring pada akhir 2006 lalu, yaitu Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia/PGI) dan Prof. Dr. Ing. K. Tunggul Sirait (Ketua Badan Penasihat Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia/MPK).
Lalu Gregorius Seto Harianto (Ketua Umum DPP Partai PDKB), Pdt. Dr. Andar Ismail (Penulis Buku Seri Selamat), Laksma TNI (Purn.) Drs. Ir. Bonar Simangunsong, M.Sc (Pendiri Forum Komunikasi Kristiani Jakarta/FKKJ), Dr. John N. Palinggi (Sekjen DPP Badan Interaksi Sosial Masyarakat/BISMA), Cornelius D. Ronowidjojo (Ketua Umum DPP Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia/PIKI), Constant M. Ponggawa, SH, L.LM (Mantan Ketua Fraksi Partai Damai Sejahtera/PDS), Pdt. DR. Nus Reimas (Ketua Umum Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia/PGLII), Pdt. Dr. Jacob Nahuway (Ketua Umum MPS Gereja Bethel Indonesia/GBI) dan Pdt. A.H. Mandey (Ketua Umum Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia/GPdI).
Selain itu, Pdt. DR. Freddy Pattiradjawane, M.Min (Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persekutuan Gereja Pantekosta Indonesia/PGPI), Romo Benny Susetio (Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia KWI), Eric S. Paat, SH (Pejuang HAM), Pdt. Herman Saud, M.Th, (Tokoh Papua), Drs. Sahrianta Tarigan (Anggota DPRD DKI Jakarta), Pdt. Rinaldy Damanik, M.Si (Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah/GKST), Stien Djalil (Aktivis gereja), Ir. Edward Tanari, M.Si (Mantan Ketua Umum PP Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia/GMKI) dan Aris Merdeka Sirait (Aktivis LSM).
Saat itu, kriteria yang kami gunakan untuk memilih mereka, pertama, ia mesti populer dalam arti yang positif. Kedua, ia mesti peduli pada kebersamaan di tengah gereja, peduli pada penegakan keadilan, kebenaran dan HAM di tengah masyarakat, serta aktif dalam menjalin kerukunan umat beragama. Pada akhir 2007 ini, kembali kami tampilkan “20 Tokoh Pejuang Kristiani 2007”. Sekali lagi, ini versi NARWASTU. Sama seperti tahun lalu, kriteria yang kami patokkan untuk memilih para tokoh ini, ia mesti kerap menjadi perbincangan dan membuat berita (news maker). Apakah itu dengan gagasannya yang orisinil, inovatif, kreatif atau kontroversial.
Dan, yang tak kalah pentingnya, kami pun meminta pendapat sejumlah rekan-rekan jurnalis Kristiani, pemimpin gereja, tokoh Kristen dan politisi tentang jejak para pejuang yang ditampilkan ini. Sekadar tahu, untuk memposisikan mereka sebagai “Tokoh Pejuang Kristiani 2007” tidaklah mudah. Soalnya, kiprah mereka mesti kami ikuti lewat media massa, baik media Kristiani maupun media nasional. Di samping itu, yang tak kalah pentingnya track record-nya kami cermati.
Bisa saja Anda menilai bahwa pemilihan para tokoh ini amat subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang tampil pada nomor ini tidak sempurna alias bukan manusia suci. Nah, para tokoh yang kami pilih itu adalah, Prof. Frans Magnis Suseno (Rohaniwan), Asmara Nababan, S.H. (Pejuang HAM), Gregorius Seto Harianto (Politisi), Pdt. Saut H. Sirait, M.Th (Ketua Umum DPP Partisipasi Kristen Indonesia/Parkindo).
Kardinal Julius Darmaatmadja (Tokoh KWI), Dr. George J. Aditjondro (Akademisi), Prof. J.E. Sahetapy, S.H., M.A. (Ketua Komisi Hukum Nasional), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Politisi), Dr. John N. Palinggi (Tokoh Lintas Agama), Ester Jusuf Indahyani, S.H. (Aktivis LSM), Hermawi F. Taslim, S.H. (Ketua Umum Forkoma Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia/PMKRI), Nikson Gans Lalu, S.H. (Tokoh Pemuda), Pdt. Dr. Ruyandi Hutasoit (Politisi), M.L. Denny Tewu, S.E., M.M. (Politisi), Dr. H.P. Panggabean, S.H., M.S. (Tokoh Masyarakat), T.P. Jose Silitonga, S.H. (Pengacara), Pdt. Silvana Ranti, S.Th (Rohaniwan), Prof. Yohanes Surya (Akademisi), Drs. Sahrianta Tarigan (Politisi) dan Ir. Robert Robianto (Ketua BPK Penabur Jakarta).
Sebenarnya masih ada sejumlah tokoh yang pantas diposisikan sebagai “Tokoh Pejuang Kristiani 2007”. Sayangnya halaman majalah kesayangan kita ini amat terbatas. Perlu dicatat, dari nama-nama tersebut di atas ada beberapa tokoh yang sudah terpilih sebagai “tokoh terkemuka pada 2006” lalu, masih terpilih juga sebagai “tokoh pejuang 2007”. Karena kami menilai perjuangan mereka masih layak diapresiasi. NARWASTU Edisi Khusus Desember 2007-Januari 2008 ini menampilkan profil singkat para tokoh pejuang ini sebagai bentuk apresiasi kami atas perjuangan mereka selama ini di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Tentu kita semua berharap, melalui sajian ini akan muncul lagi tokoh-tokoh pejuang Kristiani di Indonesia setelah melihat sisi positif atau nilai-nilai juang dari para figur yang tampil di nomor kali ini. Selamat menyimak.

Tak Lelah Berjuang Meskipun PDKB Tak Ikut Pemilu
Bagi Gregorius Seto Harianto, tak istilah lelah atau berhenti berjuang untuk gereja, masyarakat dan bangsa ini, sekalipun Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu (PDKB) yang dipimpinnya tak bisa ikut Pemilu 2009. Kalau berbicara tentang PDKB, pasti kita teringat dengan tokoh yang satu ini, yang juga sang arsiteknya yang kini menjabat sebagai Ketua Umum DPP PDKB. Seto, begitu ia akrab disapa, termasuk tokoh yang ikut membangun Golkar di masa lalu. Pada 7 Juli 2008 lalu PDKB tidak disebut Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai salah satu parpol peserta Pemilu 2009. Tak ayal, banyak simpatisan dan pengurus PDKB yang merasa terpukul atas pengumuman tersebut.
Bahkan tokoh gereja, seperti Pdt. DR. Nus Reimas, Pdt. Freddy Pattiradjawane, dan sejumlah tokoh muda seperti Albert Siagian yang menyatakan kaget atas keputusan KPU ini. Soalnya, di tahapan verifikasi administrasi PDKB sudah lolos di 31 provinsi, sementara syarat yang dibuat KPU agar sebuah parpol bisa mengikuti verifikasi faktual, yaitu lolos di 22 provinsi. Ketika diverifikasi faktual, tragisnya terjadi upaya penjegalan pada PDKB, mulai dari pengurusnya yang tiba-tiba mengaku dari parpol lain, lalu didiskreditkan lewat televisi.

Seto Harianto yang tadinya sangat optimis PDKB lolos menjadi peserta Pemilu 2009, hanya mengatakan, sampai titik darah penghabisan kami sudah berjuang untuk PDKB. “Ketika kami sudah berjuang tapi tak berhasil, kepala kita harus tetap tegak berdiri. Inilah yang namanya memikul salib. Tapi perjuangan untuk bangsa ini tak akan berhenti. Melalui talentanya masing-masing kader-kader PDKB akan tetap berjuang,” ujar Seto bijak menyikapi kegagalan PDKB.
Seto memang figur politisi pejuang. Baginya, politik adalah alat untuk mensejahterakan bangsa, sehingga politik harus dikelola oleh orang-orang yang punya moral dan etika. Sebagai seorang politisi, ia cukup diperhitungkan. Saat itu Golkar dibidani sejumlah tokoh nasionalis dari kalangan Kristen dan Katolik, seperti Prof. Midian Sirait, Mayjen TNI (Purn.) A.E. Manihuruk, Jakob Tobing dan Seto Harianto. Hanya saja, setelah Golkar besar tokoh-tokoh Kristiani itu pun disingkirkan penguasa. Lalu, pasca tumbangnya penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto, Seto cs pun bangkit dengan membidani PDKB. Di PDKB, Seto pertama kali menjabat sebagai sekjen. Lantaran kegigihannya berjuang di Pemilu 1999 yang diikuti 48 parpol, PDKB berhasil meraih lima kursi di DPR-RI. Meski hanya lima orang, Fraksi PDKB cukup menonjol di parlemen. Sampai pakar politik UI sekaliber Prof. Muhammad Budyatna mengatakan, PDKB meskipun kecil tapi berbobot dan tidak asal bersuara di DPR (Suara Pembaruan, 20 Januari 2006).
Kiprah PDKB kala itu tak lepas dari peran Seto, yang juga mantan Sekretaris I Badan Pengelola Kader Tingkat Pusat (Bapekapus) Golkar. Sebelum aktif berpolitik, Seto yang dikenal penganut Katolik pernah menjabat sebagai Ketua Pemuda Katolik di Bandung, Ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Bandung, Wakil Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Jawa Barat, Ketua Keluarga Mahasiswa Katolik Indonesia se-Eropa dan Ketua DPP KNPI Bidang Luar Negeri di era Akbar Tanjung.
Seto yang lahir di Yogyakarta, 24 Maret 1949 adalah seorang tokoh nasionalis yang selalu mengutamakan nilai-nilai Kristiani saat berjuang. Makanya, tokoh sekelas Taufik Rachman Ruki (Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi/KPK) yang juga sahabatnya pernah menyebutnya “polisi plus pendeta”. Itu pula yang selalu ditampilkannya dalam perjuangan di PDKB yang tak bisa ikut berlaga di Pemilu 2004, karena “dihabisi” penguasa di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Soalnya, Partai PDKB yang dipimpinnya tak mengusung calon presiden (capres) yang didukung penguasa.
Sekalipun Partai PDKB tak bisa ikut di Pemilu 2004, Seto tak berhenti berjuang. Melalui tulisan-tulisannya di sejumlah media nasional dan Buletin Convocatie-nya Partai PDKB, ia terus mengkritisi dan memberi solusi atas persoalan negeri ini. PDKB yang kerap di-plesetkan “Protestan Dan Katolik Bersatu” (karena memang dibidani tokoh Protestan dan Katolik), imbuhnya, akan berjuang untuk tampil di Pemilu 2009. Ketika Gus Dur di-lengser-kan Amin Rais cs pada medio 2001 lalu, Seto cs cukup berani menolak penggulingan, yang menurutnya, tak sesuai dengan nilai-nilai kasih dan demokrasi itu.
Pada akhir 2003 lalu, ia sempat menanggapi wacana dari Partai Damai Sejahtera (PDS) yang menyatakan, kalau Pdt. Ruyandi Hutasoit menjadi Presiden RI, maka di Istana Negara akan ditempelkan salib dan gambar Yesus. Lalu, Seto menuturkan, menggantungkan salib dan gambar Yesus di Istana Negara kalau orang Kristen jadi Presiden RI, “Itu tidak bijak. Yang tepat adalah membuat ajaran Yesus agar ada di hati semua orang”.
Sebagai wujud kepeduliannya untuk membangun Indonesia yang adil, beradab dan menjunjung nilai-nilai demokrasi, Seto aktif pula di Pokja Indonesia untuk HAM dan Forum Konstitusi. Selain itu, ia sering diminta sebagai pembicara oleh sejumlah ormas, kampus, partai politik dan lembaga pemerintah. Pemikirannya tentang gereja, masyarakat, negara dan sosial politik memang genial dan tajam. Tak ayal, kalau media-media Kristiani kerap menjadikan Seto sebagai narasumber. Apalagi ia kerap menggaungkan pentingnya “politik nilai”, yang mengutamakan demokrasi, kasih dan keberpihakan pada rakyat. Di mata tokoh gereja sekelas Pdt. DR. Nus Reimas, Seto adalah politisi Kristiani yang mampu menjadi opinion setter. Makanya, Pdt. Nus Reimas sering menegaskan, ia rindu akan kehadiran PDKB di pentas politik Indonesia. KJ
Gregorius Seto Harianto. Tokoh nasionalis.
Para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU yang religius, inspiratif dan Pancasilais.
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos di sebuah acara pemberian penghargaan kepada tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU.