Narwastu.id – Sepanjang tahun 2011 ini, banyak peristiwa menarik di bidang sosial, politik, kemasyarakatan, ekonomi, budaya, pendidikan dan media massa yang terjadi di negeri ini. Bersamaan dengan itu pula banyak muncul tokoh yang terlibat atau bersentuhan dengan aneka peristiwa tersebut, termasuk tokoh-tokoh dari kalangan Kristiani. Dalam kaitan itulah, pada akhir 2011 ini, kembali Majalah NARWASTU memilih tokoh-tokoh Kristiani “pembuat berita” (news maker).
Ada tiga kriteria yang dipatok untuk menempatkan seseorang itu agar jadi “tokoh pembuat berita” pilihan Majalah NARWASTU. Pertama, si tokoh mesti populer dalam arti yang positif di bidangnya. Kedua, si tokoh mesti peduli pada persoalan warga gereja, masyarakat dan nasionalis (Pancasilais). Ketiga, si tokoh kerap muncul di media massa, apakah karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif atau ide-idenya kontroversial. Alhasil, si tokoh kerap menjadi bahan perbincangan di tengah jemaat serta menjadi sumber inspirasi dan motivasi.
Bagi tim Majalah NARWASTU tak gampang untuk menempatkan seseorang menjadi “tokoh Kristiani pembuat berita”. Soalnya, kiprah mereka pun mesti kami ikuti lewat media massa, khususnya media Kristen, termasuk mencermati aktivitasnya dan menelisik track record-nya. Pada akhir 2011 ini, kembali kami pilih “20 Tokoh Kristiani Kristiani Pembuat Berita Sepanjang 2011”. Figur yang kami tampilkan ini, seperti tahun-tahun yang lalu, ada yang berlatar belakang gembala sidang, tokoh lintas agama, pengusaha, pengacara, aktivis HAM, pemimpin gereja, aktivis gereja, pimpinan ormas, aktivis LSM dan politisi.
Dari deretan 21 tokoh yang sudah diseleksi redaksi Majalah NARWASTU secara ketat dari 148 nama yang terpilih, yaitu Ir. Basuki Tjahaya Purnama, M.M. (Anggota DPR-RI), U.T. Murphy Hutagalung, MBA (Pengusaha), Edwin P. Situmorang, S.H., M.H. (Jaksa Agung Muda Intelijen di Kejaksaan Agung RI), Laksdya TNI (Purn.) Fred Lonan (Mantan Wakil Gubernur Lemhanas), Anthony Putihrai (Pengusaha dan aktivis Full Gospel Business Mens Fellowship International/FGBMFI), Ir. Chandra Tedja, M.Sc (Pimpinan Alpa Omega), Ir. Edward Tanari, M.Si (Salah satu Ketua Perkumpulan Senior GMKI), Ronny Tambayong, S.E. (Direktur Utama PT. HMT) dan Ev. Daniel Pandji (Pengurus Jaringan Layanan Doa Nasional).
Juga Jhon S.E. Panggabean (Pengacara), Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th (Bendahara BPH Sinode GBI), Eddy Soesanto (Pengusaha), Drs. Sahrianta Tarigan, M.A. (Anggota DPRD DKI Jakarta), Drs. S. Laoli, M.M. (Bupati Kabupaten Nias), Pdt. Jefry Tambayong, S.Th (Aktivis Anti Narkoba dan HIV/AIDS), Drs. Neken J. Sembiring (Pengusaha), Dating Palembangan, S.E., M.M. (Wakil Ketua MPO GAMKI), Dwi Ryanta Surbakti, MBA (Anggota DPRD DKI Jakarta), Jackson A.W. Kumaat (Politisi muda), Gustaf Dupe, S.H. (Sekretaris Umum FKKJ) dan Tilly Batubara Wullur (Sesepuh PWKI).
Masih ada sebetulnya sejumlah nama yang pantas diposisikan sebagai “Tokoh Pembuat Berita Sepanjang Tahun 2011”, namun kami batasi hanya memuat 21 profil tokoh. Kami menampilkan profil singkat ke-21 tokoh pembuat berita ini di Majalah NARWASTU Edisi Khusus Desember 2011-Januari 2012 ini sebagai bentuk apresiasi (penghargaan) kami atas perjuangan mereka selama ini di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Harapan dan doa kami kiranya kiprah mereka selama ini bisa memberikan inspirasi, motivasi, pencerahan dan pencerdasan untuk kebaikan gereja, masyarakat dan bangsa ini.
Boleh-boleh saja pemilihan para tokoh ini dianggap subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif untuk menampilkannya. Memang kami tak bisa memuaskan semua pihak dengan menampilkan tokoh-tokoh lainnya dalam “21 tokoh” ini. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang tampil ini punya kekurangan, karena mereka bukan orang suci atau malaikat. Di tengah redaksi majalah ini tak jarang muncul perdebatan tentang figur seseorang saat namanya dimunculkan. Untuk diketahui, kami menghindari agar dalam “21 tokoh” edisi kali ini tak ada “orang dalam” dari Majalah NARWASTU, seperti penasihat, meskipun kami akui ada penasihat majalah ini yang layak masuk dalam “21 tokoh” itu.
Kiranya melalui tulisan ini kita bisa melihat sisi positif atau nilai-nilai juang dari figur ke-21 tokoh ini. Kepada mereka yang termasuk dalam “21 tokoh” ini, kami sampaikan pula bahwa inilah hadiah Natal terindah dari kami sebagai insan media Kristiani kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selama ini telah ikut berupaya membentuk karakter bangsa ini. Akhirnya, kami sampaikan, selamat Hari Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Selamat menyimak, Tuhan memberkati kita semua, syalom.
Jaksa Agung Muda Intelijen Jadi Ketua Panitia Jubileum HKBP
Edwin Pamimpin Situmorang, S.H., M.H., tak pernah menyangka bahwa ia akan diangkat Tuhan mencapai posisi tinggi hingga mencapai jabatan eselon I. “Itu berkat Tuhan kalau sekarang saya bisa mencapai jabatan tinggi di Kejaksaan Agung RI,” ujar pria Batak yang hobi menyanyi ini, dan sekarang dipercaya sebagai Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejaksaan Agung RI suatu saat kepada Majalah NARWASTU.
Edwin yang dikenal cerdas dan berpenampilan tenang, sebelumnya pernah menduduki sejumlah jabatan strategis, misalnya, Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) pada 2008-2010, Deputi III Menkopolkam Bidang Koordinasi Hukum dan HAM (2008), Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan (2005-2007), Direktur Ekonomi Jamintel (2003-2005), Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat (2001-2003) dan Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara (2000).
Berbicara tentang kiatnya sehingga bisa mencapai karier yang cukup bergengsi di lembaga pemerintahan, ia menjelaskan, kalau kita ingin sukses, maka kerjakan segala sesuatu yang dipercayakan kepada kita dengan sepenuh hati. “Jadikan segala sesuatu peluang, dan raih peluang atau kesempatan itu. Tentu kalau kita bekerja harus dengan penyerahan diri kepada Tuhan. Saya bisa seperti sekarang, hanya karena berkat Tuhan, bukan karena faktor KKN. Saya bekerja bukan dengan mencari-cari muka,” ucapnya.
Menurutnya, bekerja sebagai jaksa, ia tak munafik bahwa banyak tantangan atau godaan yang dihadapi. Pegangannya sebagai penegak hukum adalah menegakkan keadilan dan mewujudkan kepastian hukum. “Yang benar, katakan benar dan yang salah, katakan salah, itu pegangan saya. Memang ada kalanya motto kita 100 persen tidak jalan, namun dalam menjalankan sebuah tugas saya selalu mengawalinya dengan doa dan berbicara dengan istri saya,” tuturnya.
Siapa sangka bahwa Edwin kini dipercaya sebagai Ketua Umum Panitia Nasional Jubileum 150 Tahun HKBP. Siapa sangka pula ia pernah menjadi pengajar paduan suara atau koor kaum bapak di Gereja HKBP Kartanegara Selatan, Semarang, Jawa Tengah. Dan kala itulah Edwin mulai aktif dalam kegiatan gerejawi. Ayah empat anak yang beristri Boru Pasaribu menuturkan, ia dipercaya menjadi Ketua Umum Panitia Nasional Jubileum 150 Tahun HKBP oleh Ephorus HKBP Pdt. Dr. Bonar Napitupulu. “Saya sempat sebulan berpikir sebelum bersedia menerima jabatan itu. Saat itu saya bilang kepada Ephorus HKBP, saya harus berdoa dulu kepada Tuhan untuk meminta jawaban,” pungkasnya.
“Kalau saya menerima jabatan ini, maka saya tak mau bekerja setengah-setengah. Sebenarnya masih banyak figur di HKBP yang lebih mampu dari saya untuk tugas ini, namun kepercayaan yang diberikan ini, menurut saya, adalah sebuah panggilan. Dalam sebulan itu saya hanya satu kali beribadah di HKBP, dan saya sebenarnya terdaftar di HKBP Cinere. Sebulan tiga kali saya beribadah di GKI, dan satu kali di HKBP, dan ini sebenarnya masalah waktu saja,” ujar Edwin yang sudah meluncurkan sebuah album berbahasa Batak berjudul Ina Sitiruon (Ibu teladan). Album ini sarat pesan-pesan moral dan nilai-nilai Kristiani.
Menurutnya, dalam membagi waktu untuk kegiatan gerejawi dan tugasnya sebagai jaksa, kita diberi Tuhan 24 jam sehari. “Jadi waktu tersebut harus bisa kita bagi secara seimbang. Pekerjaan di kepanitiaan nasional Jubileum 150 Tahun HKBP bukan hanya tugas ketua umum, karena ada panitia lain, kita sama-sama bergerak untuk mencapai tujuan sesuai dengan kesepakatan bersama,” tukasnya.
HKBP sebagai gereja terbesar di Indonesia dan Asia, imbuh Edwin, seharusnya memiliki karya besar. “Setelah 150 tahun HKBP, apakah gereja ini sudah bisa menjadikan warga jemaatnya menjadi jemaat beriman, punya integritas dan moral yang tinggi. Saat ini bangsa kita mengalami degradasi moral. Ada masalah kekerasan, kemerosoran moral, asusila dan korupsi. Dalam hal ini sebenarnya gereja harus mampu memberi solusi. Apakah HKBP sudah memberi kontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah pertanyaan kita,” paparnya.
Katanya lagi, sebagai gereja besar seharusnya pula HKBP bisa menjadi kekuatan sosial dan berperan serta dalam perdamaian dunia. “Ada tujuan gereja ke dalam dan keluar. Secara kuantitas memang HKBP besar, dan secara kualitas pun harus besar. Dalam Jubileum 150 Tahun HKBP yang ditekankan adalah, agar HKBP kembali menemukan jadi dirinya. Ini bukan hanya tugas pendeta, tapi juga tugas jemaat HKBP terutama kaum intelektual,” ungkapnya. Dalam kepanitiaan Jubileum 150 Tahun HKBP, imbuhnya, ada tiga program yang akan dilakukan, yakni program fisik, nonfisik dan perayaan.
Berbicara mengenai maraknya sekarang gangguan beribadah terhadap warga gereja, dengan bijaksana Edwin menjelaskan, “Kita harus melihat masalah ini secara objektif. Selama ini gereja-gereja kita banyak yang mengutamakan kuantitas, bukan kualitas. Harus disadari bahwa kita berada di NKRI yang majemuk. Namun kita meminta agar kelompok besar pun jangan memaksakan kehendaknya, dan kelompok kecil jangan hanya ingin dilindungi. Harus ada sikap saling memahami dan toleransi.” KH