Narwastu.id – Pria asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, lahir di Kabupaten Lembata, NTT, pada 1 Januari 1969. Dalam kiprahnya sebagai tokoh muda nasionalis, sejak era Orde Baru ia sudah dikenal aktivis mahasiswa yang kritis dan vokal. Bersama para mahasiswa dan kelompok prodemokrasi, Viktus Y.K. Murin, S.Pd ikut berjuang menurunkan penguasa Orde Baru pada 1998 silam. Tak heran, kalau ia sudah kerap mendapat teror saat dulu berjuang. Viktus yang kini menjabat sebagai salah satu Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, mengikuti studi S1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (1995).
Sembari kuliah, mantan Calon Wakil Bupati Lembata (2011) yang diusung Partai Golkar bersama Calon Bupati Herman Y.L. Wutun ini, pun aktif di organisasi kemahasiswaan. Misalnya, ia aktivis GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Cabang Kupang (1992-1996), Ketua Komite Kaderisasi Presidium GMNI (1996-1999) dan Sekjen Presidium GMNI (1999-2002). Di samping itu, Viktus yang beribadah di Gereja (Paroki) Santo Yoseph, Matraman, Jakarta Timur, pernah menjadi wartawan di Pos Kupang, Berita Yudha, Majalah Skala, koran Proaksi dan koran Ratra. Dan kini ia menjabat sebagai Pemimpin Perusahaan medio online Bersih.id, yang punya motto “Meretas Jalan Menuju Indonesia Bersih.”
Suami tercinta Deisy Debra Kasenda ini, punya satu anak, yakni Alexander Ernst Matur Murin, yang kini duduk di bangku kelas 6 SD. Pada 2004-2009 Viktus pun dipercaya sebagai anggota Tim Ahli Menpora RI era Dr. Adhyaksa Dault, S.H., dan berperan sebagai penulis pidato Menpora. Dan pada 2009-2013 ia dipercaya sebagai Tenaga Ahli Kemenpora RI. Selain itu, Viktus Murin dipercaya sebagai Ketua Bidang Kepemudaan Depinas SOKSI yang dipimpin Ali Wongso Sinaga, salah satu organisasi kemasyarakatan pendiri Partai Golkar.
Dalam kiprahnya selama ini di organisasi kemasyarakatan pemuda, sebagai jurnalis dan sebagai politisi, Viktus Murin dikenal figur yang nasionalis dan religius. Dan dia punya prinsip kuat untuk mempertahankan ideologi Pancasila agar tegak berdiri di negeri ini. Pendiri dan Wakil Ketua Umum DPP PRO JOKOWI (PROJO), Budianto Tarigan, S.Sos, S.H. yang merupakan sahabat Viktus Murin saat bersama-sama berjuang di GMNI, berkomentar, “Sahabat saya Viktus Murin ini seorang tokoh nasionalis yang punya prinsip kuat. Dia punya komitmen pada politik kebangsaan dan teguh mempertahankan Pancasila. Dia pun seorang anggota gereja yang imannya teguh. Setahu saya sahabat saya ini masuk ke Partai Golkar diajak Pak Theo Sambuaga (Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Golkar), karena memang dia kader yang bagus,” ujar Budianto Tarigan, yang juga Caleg DPR-RI di Partai Golkar dan Ketua Persatuan Alumni GMNI.
Lantaran peduli pada persoalan gereja, masyarakat dan bangsa, pada 18 Oktober 2018 lalu Viktus Murin yang mantan Wakil Ketua PP Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) Partai Golkar bersama rekan-rekannya dari media Bersih.id mengadakan sebuah diskusi panel bertajuk “Peran Politisi Kristiani dalam Penguatan Politik Kebangsaan” di Restoran Handayani Prima, Matraman, Jakarta Timur. Diskusi ini menghadirkan tokoh-tokoh nasionalis, terutama dari Katolik seperti Cyrillus Kerong, mantan Ketua Presidium PMKRI dan cendekiawan untuk berbicara. Acara ini pun dihadiri sejumlah caleg dari berbagai parpol, cendekiawan, rohaniwan dan puluhan jurnalis dari berbagai media.
Menurut Viktus, sekarang masing-masing kelompok di negeri ini sering bergerak sendiri-sendiri, dan dilatari arus politik SARA (suku, agama, ras dan antargolongan). Dan kini perpolitikan kita kerap beraroma eksklusif, bahkan cenderung sektarian. “Kemajemukan yang ada di negeri ini sesungguhnya adalah anugerah Tuhan. Dan kita harus perbaiki kembali kualitas hidup kita sebagai bangsa yang majemuk dengan ideologi Pancasila. Persoalan kebangsaan saat ini, seperti korupsi dan politik instant salah siapakah ini. Kalau kita dari pendekatan otokritik, ini salah kita semua,” pungkas mantan Wakil Sekjen DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) pada 2003-2008 dan mantan Pemimpin Redaksi website Partai Golkar, www.golkar.or.id (2008-2009) ini.
Yang berbahaya sekarang, ujarnya, ada sentimen-sentimen sempit beraroma SARA. Dan ini mengakibatkan tatanan politik nilai menjadi lemah. Dan nafsu politik instant dengan beraroma politik SARA terlihat muncul. “Dari perspektif etika sosial harus dikatakan, ada yang salah di dalam konteks spirit kolektif kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara,” papar penulis buku “Mencari Indonesia Balada Kaum Terirusir” (Pengantar Menpora RI/2005), “Menabur Asa di Tanah Asal” (2006), “Geliat Demokrasi di Kampung Halaman” (2009) serta pernah menulis artikel rohani di Majalah NARWASTU.
Dalam acara diskusi itu pula sempat disinggung para narasumber bahwa sesungguhnya dunia politik itu penuh dengan orang-orang jahat dan serigala. Sehingga politisi Kristiani dalam menjalankan perannya harus cerdik, seperti ular dan tulus seperti merpati.
Politisi Kristiani, disimpulkan dalam acara tersebut, pun harus memperhatikan ajaran-ajaran gereja dan tampil beda. Tujuan politik adalah mensejahterakan orang banyak. Sehingga ia jangan menipu, jangan korupsi dan harus punya karakter yang baik. Politisi Kristiani harus punya kualitas yang baik, harus punya warna dan memegang etika. Dikatakan pula, politisi Kristiani mesti jadi garam dan terang, profesional dan jujur. Bagi politisi Kristiani, sesungguhnya jabatan adalah alat untuk pelayanan. Sehingga kalau jabatannya semakin tinggi, maka pelayanannya pun harus lebih baik. Dan yang tak kalah pentingnya, politisi Kristiani mesti rajin berdoa, rajin baca Kitab Suci dan berperilaku baik di dalam keseharian. Kalau memanfaatkan media sosial (medsos) politisi Kristiani jangan sampai membuat komentar-komentar yang tidak bijaksana.