Sekretaris Umum PGI Wilayah Sumatera Selatan, Pdt. Halomoan Simanjuntak, S.Th: Hadapi Covid-19 dengan Sabar dan Tenang

218
Pdt. Halomoan Simanjuntak saat menerima penghargaan sebagai salah satu tokoh Kristiani 2017 pilihan Majalah NARWASTU.

Narwastu.id – Perhatian dunia tengah terkuras pada penyebaran virus corona Covid-19 pada saat ini. Banyak hal terjadi termasuk dampak yang ditimbulkan dari corona ini. Tentu saja selain dapat mematikan, virus yang berasal dari Wuhan, China, ini pun mampu menebarkan rasa ketakutan kepada semua orang, tidak terkecuali umat Tuhan di dunia. Lantas bagaimana menyikapi hal ini terutama bagi umat Kristiani, berikut pendapat Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Selatan, Pdt. Halomoan Simanjuntak, S.Th. Pemuka di Sinode HKI ini menerangkan bahwa Covid-19 bukan politik melainkan virus penyakit.

Dan virus ini tidak hanya ada di Indonesia tetapi juga mewabah di 220 negara di dunia. Artinya ini adalah fakta dan penyakit yang harus dibasmi dan dihindari. Sama seperti masuk ke tubuh manusia, itu penyakit tidak kelihatan masuk tetapi serangan penyakit itu sangat kelihatan sama, seperti flu babi, flu burung, HIV/AIDS, dan lain sebagainya. “Jadi umat Kristiani harus menyadari bahwa penyakit ini ada, maka kita harus hindari jangan sampai tertular dan jangan menularkan,” ujar mantan Bendahara Umum PGI Wilayah DKI Jakarta dan salah satu tokoh yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2017 Pilihan Majalah NARWASTU” ini.

Selama pandemi corona seluruh kegiatan dikerjakan di rumah, termasuk dalam menjalankan ibadah. Banyak pula orang yang kehilangan pekerjaan akibat virus tersebut. Maka di sinilah fungsi dan peran gereja diperlukan untuk menguatkan iman umat Tuhan. Seperti yang dikatakan Pdt. Halomoan Simanjuntak, pengaruh pandemi Covid-19 ini membuat banyak pekerja nonformal kehilangan pendapatan. Ada yang di-PHK, ada yang dicutikan tanpa menerima uang cuti dan sebagainya. Artinya keadaan ekonomi umat betul-betul merosot.

Pdt. Halomoan Simanjuntak, S.Th bersama istri tercinta.

“Maka kami mengharapkan agar anggota jemaat untuk pandai-pandailah mengatur pengeluaran agar mempunyai berkat untuk berbagi dengan anggota jemaat yang sedang dalam kesulitan,” cetusnya. Dan bagi gereja yang mempunyai kas saldo yang banyak, imbuhnya, agar bersedia mengeluarkan dana untuk membantu jemaat atau anggota jemaat dengan memberi sembako gratis, bahkan mau membantu jemaat/gereja lain yang punya kas sedikit.

Bukan rahasia umum lagi, jika resesi global yang terjadi tidak hanya mematikan mata pencarian. Melainkan efek lainnya adalah menyebabkan banyak orang yang depresi, bahkan mengalami stres berat. “Kejadian ini tidak hanya menimpa Indonesia, tapi juga negara-negara lain. Maka jika ada anggota jemaat yang terkena PHK kami mengimbau untuk tidak putus asa, tapi tetap sabar dan tenangkan hati. Serahkan kehidupan kepada kuasa Tuhan. Di Injil Matius 11:28, Yesus berkata, ‘Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.’ Jadi persoalan PHK dan ekonomi yang drop itu adalah beban berat. Maka kita harus berpasrah diri kepada Tuhan Yesus Kristus sembari mencari usaha yang lain untuk dapat menghidupi keluarga,” terang Pdt. Halomoan yang aktif membina kebersamaan dengan gereja-gereja di Sumatera Selatan, dan juga dulu di DKI Jakarta.

Kegiatan yang seluruhnya dikerjakan di rumah ternyata tidak selamanya buruk. Justru memberikan makna positif dan refleksi iman tersendiri. Seperti yang dikatakan Pdt. Halomoan Simanjuntak yang kini menetap di Palembang, Sumatera Selatan. “Hubungan kekeluargaan semakin dipulihkan, sebab selama ini hubungan itu semakin menipis karena kesibukan setiap anggota keluarga. Orang tua bisa melihat secara jelas perkembangan anaknya secara langsung, termasuk membimbing dan mengajarinya. Dan itu bukan hal yang mudah. Dengan Covid-19 ini kaya miskin tidak ada bedanya. Semua harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah. Kondisi ini mengajarkan kita untuk tidak sombong, melainkan rendah hati, walaupun kita punya berkat lebih dari orang lain. Berkat yang kita terima boleh disalurkan kepada orang yang kesulitan,” ujarnya.

Di ujung wawancara pendeta berdarah Tapanuli ini berharap supaya virus Covid-19 atau bencana nasional ini bisa berakhir dengan segera. “Saya punya idealisme bahwa segala sesuatu di dunia ada awal dan akhirnya. Hanya Tuhan saja yang tidak berawal dan tidak berakhir. Maka Covid-19 akan berakhir cepat atau lambat. Jika masih lama, maka kita tidak perlu gelisah dan takut, melainkan tetap sabar, tenang dan terus berharap kepada Tuhan,” katanya tersenyum. BTY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here