Pdt. R.T. Lukas Kacaribu, S.Sos, S.H., M.H, M.PdK Tokoh Muda yang Melayani Lewat DPD API Jawa Barat  

536
Pdt. R.T. Lukas Kacaribu, S.Sos, S.H., M.H., M.M., M.PdK. Nasionalis dan religius.

Narwastu.id – Ketua DPD Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Jawa Barat, Pdt. R.T. Lukas Kacaribu, S.Sos, S.H., M.H, M.PdK, menerangkan, bangsa ini membutuhkan figur-figur pemimpin berkarakater, berani, Pancasilais dan antikorupsi. Jangan dilihat seseorang pemimpin itu dari agama atau sukunya, tapi lihatlah apa yang dilakukannya kepada rakyat. Apakah pemimpin itu mampu mengangkat kehidupan masyarakat agar lebih sejahtera, dan apakah pemimpin itu melayani rakyat sesuai dengan konstitusi negara.

“Saya melihat figur seperti Ahok (Ir. Basuki Tjahaya Purnama, M.M. yang pernah memimpin DKI Jakarta) dibutuhkan bangsa ini,” tegas tokoh muda dan advokat/pengacara muda yang tergabung di DPN PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) yang juga menggembalakan jemaat di Gereja Kristen Kudus Indonesia (GKKI) Jemaat Manna 2 Bandung, dan Ketua IV Majelis Pusat Sinode GKKI ini.

Menurutnya, bulan-bulan yang lalu mata banyak orang di Indonesia tertuju ke Pilkada DKI Jakarta. Dan banyak elite politik yang berkepentingan dengan Pilkada DKI Jakarta. “Karena DKI Jakarta itu ibukota RI, dan saat itu ada fenomena Ahok. Ahok itu pemimpin yang berkarakter, antikorupsi, dan rakyat DKI Jakarta bisa melihat dan merasakan hasil kinerjanya selama ini. Ada sejumlah lawan politik yang ingin menjegal dia, namun sangat susah mencari kesalahannya. Makanya diupayakan berbagai cara untuk menjegal Ahok agar tidak bisa lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk periode berikutnya. Fenomena Ahok ini pun mendapat perhatian dari media luar negeri, karena dia pemimpin berprestasi, dan ‘minoritas’ dari Kristen dan Tionghoa,” papar pria kelahiran Sumatera Utara, 17 Agustus 1974 ini.

                Ahok, dalam pandangan Lukas, punya hati tulus, ia murni melayani masyarakat lewat jabatannya, antikorupsi, bekerja dengan hati untuk menata DKI Jakarta. Bahkan, Ahok berani mengatakan, ia siap mati demi kebenaran. “Dan itu disampaikannya sesuai dengan imannya. Tak ada pemimpin seperti Ahok yang berani mengatakan, siap mati kalau memang itu untuk kebenaran. Ahok pun seorang suami yang baik, ayah yang baik dan koko yang baik bagi saudara-saudaranya. Karena ada pemimpin yang hebat, namun di dalam keluarga tidak mampu menjadi suami, ayah dan kakak yang baik,” ujarnya.

                Lukas Kacaribu yang kini menjabat Direktur PT. Pacifik Sumatera Indonesia (SUMTECH), yang pabriknya ada di Medan dan Bandung, menerangkan, kalau pada akhir 2016 lalu ada demo-demo besar terjadi di DKI Jakarta, yang sempat mengkhawatirkan banyak orang, Lukas melihat demo itu jelas bertujuan politik. “Demo itu tak murni lagi, karena tujuannya untuk menjatuhkan Ahok. Kalau Ahok tidak lagi jadi gubernur, maka kepentingan mereka bisa diwujudkan, dan selama Ahok menjabat, kepentingan mereka terganggu,” cetus salah satu mantan Wakil Sekjen DPP PDS, dan kini giat mencermati Pilkada Jawa Barat yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.

                “Banyak orang percaya yang berdoa agar bangsa ini, terutama DKI Jakarta, aman, damai dan tidak terjadi konflik. Kita bersyukur, karena Presiden RI yang kita banggakan Pak Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, semua aparat keamanan, dan ring 1 dari Presiden RI bisa bekerjasama dengan baik, sehingga di negeri ini tak sempat terjadi perpecahan atau kerusuhan karena aksi demo besar tersebut,” katanya.

                “Puji Tuhan, keadaan sosial dan politik cukup stabil, sehingga ini berdampak pada keadaan ekonomi yang juga stabil. Jadi Pemerintah berhasil menjaga kestabilan di bidang sosial, politik dan ekonomi. Dan hukum bisa ditegakkan. Saya amati selama ini, Kapolri dan Panglima TNI begitu luar biasa dalam menangani demo-demo besar di DKI Jakarta pada akhir 2016 dan awal 2017 ini. Dan tentu itu semua didukung oleh “invisible hand”, atau dalam bahasa rohani tangan-tangan dari surga atau perlindungan Tuhan,” terang Ketua Forum Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, yang di Pilpres 2014 lalu ikut menggaungkan kedamaian dan kerukunan di tengah gereja, masyarakat dan bangsa.

                Secara rohani, kata Lukas, kalau kita cermati demo-demo massa yang luar biasa di DKI Jakarta pada 11 November dan 2 Desember 2016 lalu, suasana saat itu di negeri ini, terutama DKI Jakarta begitu  mengkhawatirkan. Apalagi saat itu ada juga daerah seperti Papua, Ambon dan Nusa Tenggara Timur yang juga membela dan bersimpati kepada Ahok yang merupakan sasaran aksi demo. “Saat itulah banyak jaringan doa yang bergerak untuk mendoakan bangsa dan negara ini agar aman, damai dan rukun,” ujar pria yang juga dulu aktif di Jaringan Sosial Media (Jasmed) Jokowi-JK di Pilpres 2014 lalu.

             Lukas menerangkan, kita lihat aksi demo pada akhir 2016 kemarin tampak begitu damai dan tenang. Kalau bukan tangan Tuhan atau malaikat Tuhan yang menjaga, maka bisa kita bayangkan apa yang bakal terjadi di DKI Jakarta ketika itu. Dan bisa saja kekacauan yang terjadi. “Orang-orang yang mengangkat tangan ke sorga atau berdoa saat terjadi demo-demo besar itu, sangat banyak. Kalau banyak umat yang berdoa, maka Tuhan tak akan tinggal diam. Pasti Tuhan mendengarkan doa-doa umat yang berserah dan tulus berdoa kepadaNya. Tuhan pun akan menjaga dan melindungi orang-orang yang berserah, seperti di DKI Jakarta dan Indonesia ini. Karena itu, kita harus terus bergandengan tangan dan terus berdoa untuk gereja, bangsa dan negara ini,” tukasnya.

                Kalau kita bicara dari sisi spiritual, imbuhnya, sebuah bangsa, kota atau provinsi akan damai, sejahtera dan aman, kalau di situ ada orang-orang Kristen yang terus berdoa dan menyembah Tuhan. “Jadi jangan sesekali kita lupakan berdoa. Dalam hidup ini kita membutuhkan bimbingan atau tuntunan Tuhan. Sehingga kita mesti ada kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan setiap waktu. Kalau kita mau berdoa dan menyembahNya, maka Roh Kudus akan turun. Dan Dia yang akan memberikan bimbingan, ketenangan dan kedamaian bagi kita,” papar Lukas yang sudah selesai menyusun tesis S2 bidang kepailitan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung.

                Berbicara soal harapannya kepada warga gereja dan pemimpin gereja, Lukas mengatakan, warga gereja harus ikut berperan di setiap pilkada atau event-event politik untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian. Para pemimpin gereja kita harapkan dapat bergandengan tangan dan merendahkan hati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here