Pdt. Dr. Djoys Anneke Karundeng Rantung, M.Th Hamba Tuhan yang Giat Sosialisasi Pendidikan Perdamaian

178
Pdt. Dr. Djoys Anneke Karundeng Rantung, M.Th. (kiri) saat berkunjung ke kantor Majalah NARWASTU dan diterima Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.

Narwastu.id – Hamba Tuhan yang satu ini dikenal seorang pemikir atau intelektual, dan lewat tulisan-tulisannya ia sering memberi solusi atas persoalan yang terjadi di tengah gereja dan masyarakat. Seperti tulisannya yang dimuat Majalah NARWASTU di Edisi Juni 2015 lalu berjudul “Refleksi dan Harapan atas Perjalanan Ziarah 65 Tahun PGI,” Pdt. Dr. Djoys Anneke Karundeng Rantung, M.Th menuangkan sebuah tulisan yang cukup menarik.

Pdt. Djoys menulis, PGI adalah wadah oikoumenis yang benar-benar mewujudkan keesaan sampai pada aras yang paling bawah, bahwa “kita adalah satu karena Dia adalah satu yang mempersatukan kita”, mempersatukan umat dalam berbagai denominasi antar dan interen gereja Protestan. PGI juga menjadi corong bagi Pemerintah dengan pergumulan-pergumulan bangsa dan negara atas masalah-masalah yang terjadi atas bangsa kita, yakni Indonesia.

“Masalah korupsi, radikalisme, konflik dan kekerasan, HAM, lingkungan hidup, dan terutama masalah sekarang ini, yakni kontroversi eksekusi mati bagi penjahat narkoba. Tetapi bukan berarti gereja-gereja berpihak pada kejahatan dan narkoba. Narkoba adalah musuh gereja-gereja dan harus diberantas sampai ke akar-akarnya. Indonesia harus bersih dari segala bentuk kejahatan, termasuk narkoba,” tulisnya. Namun, tulisnya lagi, harus memisahkan atau membedakan antara kejahatan seseorang yang harus dibabat dan dibumihanguskan dengan hak atas kehidupan, karena seseorang bukanlah pemilik kehidupan baik kehidupannya sendiri apalagi kehidupan orang lain.

“Kejahatan dan narkoba haruslah diberantas sampai ke akar-akarnya, namun hak atas hidup haruslah dijunjung tinggi sebagai sebuah sikap atas penyadaran diri seseorang, karena eksekusi mati bukan solusi akhir, berakhirnya mata rantai narkoba,” tulisnya. Kejahatan dan narkoba harus diberantas sampai ke akar-akarnya, namun hak atas hidup harus dijunjung tinggi sebagai sebuah sikap atas penyadaran diri seseorang, karena eksekusi mati bukan solusi akhir, berakhirnya mata rantai narkoba.

“Inilah harapan-harapan yang dapat saya sampaikan dari sebuah refleksi pribadi mengenai perjalanan ziarah PGI 65 tahun. ‘Jayalah PGI, semangat oikoumenismu tetap menyala…bersama-sama semua gereja-gereja dalam bahtera oikoumene mendayung bahtera menuju tujuan.’ Tuhan memberkati. Syalom Aleihim. Gloria in excelsis Deo,” tulis Ketua Panitia Konas Perempuan PGI di Kupang (2016) dan Ketua Panitia Natal-Tahun Baru 2015 PGI ini.

Nah, terkait dengan pelayanan Pdt. Djoys, pada Mei 2016 lalu, bagi keluarga Pdt. Djoys adalah bulan yang memiliki banyak makna. Soalnya, di bulan itu ada banyak berkat yang ia terima dari Tuhan bersama keluarga. Dan wujud syukurnya dituangkan dalam bentuk perayaan sederhana di kediamannya di Jakarta yang dihadiri para saudara dan koleganya.

Ketika itu rasa syukur dirasakannya, karena pada bulan Mei 2016 itu, Pdt Djoys bisa menyelesaikan program doktoral, dan ujian disertasinya bisa berjalan dengan baik dan memperoleh nilai sangat memuaskan. Demikian juga di bulan itu merupakan perayaan hari ulang tahun pernikahan ke-19 bersama sang suami tercinta Kenny Ever Karundeng. Berbarengan dengan itu, sang putri tercinta Nathasya Grace Karundeng baru saja menyelesaikan pendidikan sidi di Gereja GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Trinitas dan berhasil menamatkan pendidikan menengah atas untuk selanjutnya meneruskan kuliah di Negeri Sakura (Jepang).

Ungkapan syukur yang demikian dalam begitu membuncah dalam sanubari Pdt Djoys. Tak heran, binar-binar sukacita tergurat di raut wajah mereka sekeluarga. “Semua ini hanya karena anugerah Tuhan,” ujar Pdt Djoys yang lahir di Manado, 18 Januari 1967 ini. Setelah menempuh pendidikan doktoral, akhirnya Pdt Djoys mampu menuntaskannya dengan disertasi bertajuk “Resolusi Konflik Dalam Organisasi Suatu Tinjauan Pendidikan Perdamaian Terhadap Kasus Konflik UKIT.” Cukup menarik menelisik judul disertasi wanita cantik yang saat ini melayani di GPIB Trinitas Kota Wisata dan sebagai Pendeta GMIM di wilayah Gereja Protestan di Indonesia (GPI) ini.

Tak ayal, banyak pihak meminta dirinya sebagai pembicara dalam seminar atau diskusi, utamanya soal pendidikan perdamaian. Sebab, sudah menjadi rahasia umum, di lembaga gerejawi sekalipun, konflik kerap terjadi. Bahkan, konflik yang muncul terkadang berujung pada pemisahan sekelompok orang untuk selanjutnya mendirikan sinode atau lembaga baru.

Hal ini jugalah yang ternyata melahirkan keprihatinan mendalam bagi Pdt Djoys yang juga Ketua Tim Kerja Ibadah Perdana GMIM se-Jabodetabek (2016). Karena itu, salah satu solusi yang ia tawarkan adalah pendidikan perdamaian, bukan saja sebagai solusi mengentaskan konflik yang terjadi, tapi juga merupakan upaya preventif yang bisa dikembangkan gereja dan lembaga Kristiani dalam  meminimalisir kemungkinan terbukanya ruang konflik.

Selain itu, era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga membutuhkan pendidikan perdamaian. Sebab, di tengah persaingan yang terbuka, utamanya soal ekonomi, bisa berpotensi konflik karena gesekan yang terjadi tentu semakin tajam. “Itu harus disikapi dengan pengembangan pendidikan perdamaian di semua lini kehidupan,” tambah ibunda dari Nathasya Grace Etsuko Karundeng dan Davis Kennedy Karundeng ini. Pdt. Djoys juga Wakil Ketua Panitia HUT ke-65 PGI (2015), Wakil Ketua Peresmian Grha Oikoimene PGI (2014) dan Ketua Panitia Pelantikan MPH PGI (2015).

Bagi Pdt. Djoys yang juga dosen di UI dan UKI Jakarta, sosialisasi pendidikan perdamaian menjadi sebuah upaya preventif yang sudah harus mulai dilakukan. Dan, itu sejatinya dimulai di level pribadi dan keluarga.  “Dengan memiliki rasa damai pribadi, maka itu bisa ditularkan kepada keluarga, lingkungan, dan alam sekitar. Konsep damai adalah berdamai dengan Tuhan, diri pribadi, dan ciptaan Tuhan lainnya,” terangnya.  Memiliki damai secara pribadi akan mendorong terciptanya kedamaian di lingkup yang lebih luas. Pdt. Djoys berpesan, milikilah damai di hati sehingga damai jugalah hidup ini.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here