(Profil Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, Sos ini pernah dimuat di Majalah Kristen “Charisma Indonesia” di rubrik “Inspirasi” pada Edisi April 2011 lalu).
Narwastu.id – Lelaki Batak kelahiran Sumatera Utara, 6 April 1973 ini bukan sosok yang asing lagi di kalangan tokoh gereja dan jurnalis Kristen. Dia merupakan salah satu pendiri Persekutuan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI). Jonro I. Munthe, S.Sos yang merupakan Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Majalah Kristiani NARWASTU, selama ini adalah sosok jurnalis yang cerdas dan berprestasi. Tak hanya seorang jurnalis, ia pun kerap diundang sebagai pembicara di berbagai diskusi dan seminar.
Ia tak hanya diundang oleh gereja atau ormas Kristiani untuk memberikan pemikiran-pemikirannya seputar ilmu jurnalistik, tapi juga soal keadaan sosial, kemasyarakatan dan politik. Tak heran, kalau lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini kerap diminta jadi moderator di seminar berbagai diskusi dan seminar. Mantan Ketua Litbang DPP PROJUSTISIA (Persekutuan Oikoumene Jurnalis Kristiani Indonesia) ini pun kerap jadi narasumber di Radio Pelita Kasih (RPK) 96,30 FM, dan berbicara di kalangan aktivis gerejawi.
Mantan Wakil Sekjen DPP Partai Hanura, Dr. Natalis Situmorang, M.Hut yang juga bekas Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik pernah mengatakan, tak bisa dipungkiri, Jonro Munthe adalah salah satu tokoh muda Kristiani yang patut diperhitungkan karena kiprahnya di media. Pasalnya, kata Natalis, Jonro yang pertama kali menggagas pemberian award (penghargaan) setiap akhir tahun terhadap tokoh-tokoh Kristiani yang berkarya di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Pemberian award itu sudah ia lakukan di majalah yang dipimpinnya sejak 1999 lalu.
Setiap majalahnya menggelar acara Natal dan Tahun Baru, jangan heran kalau banyak tokoh atau politisi Kristen terkemuka yang hadir. Karena majalah yang dipimpinnya memang cukup populer di kalangan warga gereja. Tak heran, kalau ia diidentikkan sebagai ikon media Kristiani, khususnya Majalah NARWASTU. Selain itu, majalahnya setiap bulan mengadakan diskusi bersama tokoh-tokoh. Diskusi itu digelar Forum Diskusi Daniel Indonesia (FDDI), yang di dalamnya ada penasihat Majalah NARWASTU berlatar belakang pemimpin gereja, politisi, pengacara, pengusaha, mantan anggota DPR dan jenderal purnawirawan.
Lantaran dikenal “jurnalis plus” pada akhir 2009 lalu, Jonro mendapat award bergengsi dari Majelis Pers Indonesia (MPI) sebagai “Jurnalis Muda Motivator” yang diterimanya di Gedung Dewan Pers, Jakarta. Ayah tiga anak ini sejak mahasiswa sudah aktif dalam dunia jurnalistik. Di samping itu, saat mahasiswa ia giat melatih olahraga beladiri di kampusnya. Sejumlah prestasi sudah diraihnya. Ia pernah mengikuti kejuaraan silat antarmahasiswa se-ASEAN, dan pada Oktober 1993 berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan silat antar master se-Jabodetabek.
Semasa mahasiswa Jonro yang aktif beribadah di Gereja GPIB Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat, pernah menjadi kolumnis di Majalah Bona Ni Pinasa, media orang Sumut terbesar yang terbit di Jakarta. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di tabloid Mutiara, Detik, Forum Keadilan dan sejumlah media nasional. Lantaran tulisannya yang dimuat di Mutiara pernah amat kritis mengkritik ABRI dan RCTI yang kala itu memihak pada PDI Soerjadi pada Juli 2006 lalu, ia pun dipanggil petinggi kampusnya agar jangan “melawan arus”, karena saat itu kekuasan Orde Baru yang otoriter masih kokoh. Gara-gara tulisannya yang kritis tentang tukang santet yang dimuat di Bona Ni Pinasa pada 1996, ia sampai membuat sejumlah pemuka adat di sebuah kampung di Tapanuli Utara datang ke Jakarta untuk menemuinya.
Tak hanya itu, suami tercinta Faridawty Rajagukguk ini pun lewat tulisannya yang kritis pernah “menjungkalkan” seorang anggota DPR-RI dan sekjen sebuah partai Kristen yang diduga selingkuh dengan seorang pembantu rumah tangga. Jonro pun pernah meraih juara II dalam sanyembara penulisan artikel Kristiani pada 1997 yang diadakan Majalah Kabar Baik. Wakil Ketua DPP PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) Bidang Informasi dan Komunikasi ini mengatakan, melalui diskusi FDDI yang mereka adakan ia berharap para tokoh muda punya semangat untuk memikirkan persoalan-persoalan kebangsaan, misalnya, maraknya penutupan gedung gereja di Bekasi yang notabene amat dekat dengan ibukota RI, tergolong masalah serius.
“Bagaimana pun ini terkait dengan masalah politik dan sosial, jadi perlu dicari solusinya, minimal berbicara pada pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan aparat agar jangan terjadi diskriminasi di saat bangsa kita sudah merdeka 65 tahun. Makanya di sini perlu peran media Kristiani untuk terus menyuarakan keadilan, kebenaran dan kedamaian untuk bangsa ini. Sebagai jurnalis Kristen kita harus terus menyuarakan kabar baik. Kabar baik adalah suara kenabian, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan,” ujarnya.
Menurut Jonro, sejak tamat SMP pada 1988 ia sudah hobi menulis. Lalu pada 1992 saat mulai kuliah tulisan-tulisannya mulai dimuat di beberapa media, dan honorariumnya cukup lumayan, dan bisa membantu uang kuliahnya. Pada 1994 ia ditawari Pak Tom Gultom (almarhum), pimpinan Majalah Bona Ni Pinasa untuk bergabung, tapi ia memilih bekerja part time, karena ia masih kuliah. Tahun 1996 ia magang di tabloid Mutiara (grup harian sore Suara Pembaruan) yang dipimpin Pak Moxa Nadeak (almarhum) tokoh pers nasional yang dulu diawasi penguasa Orde Baru karena kritis. “Saya banyak belajar dari Pak Moxa selama magang,” ujar Jonro.
Kemudian pada 1997 saat masih mahasiswa ia sudah bergabung di Majalah NARWASTU, karena diajak Pak Victor Silaen (Dosen Universitas Pelita Harapan) yang saat itu jadi pemimpin redaksinya. Tapi karena ada dinamika sampai dua kali karena persoalan manajemen, maka kepemimpinan di media ini berubah, tapi tetap NARWASTU punya ciri khas sendiri sebagai media Kristiani alternatif. Artinya, media ini tidak hanya berbicara tentang doa, khotbah pendeta atau doktrin-doktrin Alkitab. “Tapi, kami pun membahas sesuatu itu dengan nilai-nilai Kristiani, baik itu masalah politik, sosial, hukum, budaya, pendidikan, teknologi maupun lingkungan hidup,” tukas Jonro.
“Saya masih harus banyak belajar untuk memimpin media cetak seperti Majalah NARWASTU. Terus terang, saya kagum dengan perjuangan Goenawan Muhammad yang mendirikan Majalah Tempo, Surya Paloh yang bisa membesarkan Media Indonesia dan Metro TV, Jacob Utama yang membesarkan Kompas, Ilham Bintang yang membesarkan tabloid Cek & Ricek dan acara RCTI yang juga bernama Cek & Ricek. Mereka bisa jadi sumber inspirasi untuk kita dalam membangun sebuah media. Mereka sudah mengalami pahit getirnya membangun media,” tukasnya.
Dibandingkan dengan tokoh muda lain, Jonro tak pernah berhenti menggelar acara diskusi bersama tokoh-tokoh Kristiani. Melalui acara-acara yang digelar majalahnya, ia kerap mempertemukan tokoh-tokoh berpengaruh di kalangan Kristiani. Saat berlangsung Pilkada DKI Jakarta pada 2007 lalu, Majalah NARWASTU bersama Majelis Umat Kristiani Indonesia (MUKI) DKI Jakarta yang dipimpin Bonar Simangunsong, mereka sukses menggelar diskusi pencerdasan politik dengan menghadirkan Komjen Pol. (Purn.) Adang Daradjatun (Mantan Wakil Kapolri), Mayjen TNI (Purn.) Prijanto (kini Wakil Gubernur DKI Jakarta) dan Dany Anwar (Partai Keadilan Sejahtera).
Bagi Jonro, hidup ini harus bermakna bagi sesama. “Meskipun kita sibuk berkarier, tapi persoalan kemasyarakatan, gereja dan bangsa perlu juga kita bahas untuk dicari solusinya. Sekecil apapun peran yang kita lakukan, itu perlu kita kerjakan untuk kebaikan sesama. Hidup ini kata Yesus harus bermakna. Kita melalui media Kristiani pun punya peran yang tidak kecil untuk membangun masyarakat dan bangsa ini,” ujar Jonro yang juga aktif menerbitkan Warta Solonggahon dan Warta Bona Ni Onan sekali dua bulan di keluarga besar Perhimpunan Ompu Solonggahon Munthe se-Jabodetabek. SK