Tokoh muda yang religius dan nasionalis ini adalah sosok pengacara/advokat muda yang cerdas dan energik. Di tengah kesibukannya sehari-hari memimpin Kantor Hukum (Law Firm) Tampubolon, Tjoe & Partners, Yosua Mahendra Tampubolon, S.H., M.H. masih menyisihkan waktu untuk melayani di gereja. Ia sekarang berjemaat di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Pelita, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ia dipercaya di Komisi Musik Gereja sebagai pemain piano atau pengiring lagu. Kemampuannya mengiringi lagu-lagu atau pujian gerejawi memang tak diragukan lagi, apalagi sejak kelas tiga SD ia sudah diarahkan orangtuanya untuk mengikuti les piano.
Sebenarnya ia sudah pernah diminta sebagai calon penatua atau diaken di GPIB Pelita, namun setelah mempertimbangkannya, terutama soal usia dan waktunya, ia menyampaikan kepada pendetanya bahwa ia belum siap untuk menjadi penatua. “Saya juga berdiskusi dengan istri, dan saya bilang, saya belum siap untuk menjadi penatua. Namun saya siap melayani di gereja, seperti sekarang di bagian musik. Apa yang bisa saya lakukan untuk memuliakan Tuhan pasti saya berikan,” ujar suami tercinta Eunike Natalia Marsaulina Sijabat, S.Hum, M.M. ini.
Lelaki Batak yang merupakan lulusan S1 Fakultas Hukum dari Universitas Katolik Atmadjaya, Jakarta, dan S2 dari Universitas Indonesia (UI), Jakarta, ini menerangkan, ia merasakan ada panggilan dalam dirinya, sehingga ia giat melayani di gereja. “Saya merasakan ada damai sejahtera ketika kita melayani di gereja. Ketika kita mengutamakan Tuhan lebih dulu di dalam kehidupan, maka Dia akan memberkati keluarga kita, memberkati pendidikan kita dan memberkati karier kita. Dan itu saya rasakan,” ujar pria yang masih punya obsesi untuk menempuh S3 ilmu hukum ini. Dan kini Yosua masih mengikuti pendidikan di Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI).
Di tengah hiruk pikuk kota metropolitan DKI Jakarta, sebelum beraktivitas Yosua selalu mengawali hari-harinya dengan berdoa atau bersaat teduh dengan istrinya. “Bagi saya, berdoa pagi sebelum kita beraktivitas sangat penting. Karena kita lebih dulu mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala kebaikanNya. Lewat doa pagi kita memuliakan Dia, dan meminta berkat serta pertolonganNya. Kalau kita meminta yang baik kepada Tuhan, pasti dikabulkan,” papar lulusan SMA Negeri 62 Jakarta ini.
Dalam kariernya sebagai pengacara, sebelum membuka kantor pengacara sendiri bersama dua partnernya, Yosua lebih dulu bekerja selama lima tahun di kantor pengacara Dr. Rufinus Hutauruk, S.H., yang pernah menjadi anggota DPR-RI, dan setahun ia bekerja di Kantor Hukum Makarim & Taira S. Lewat pengalaman dan bekal itulah kemudian ia optimis dan berani membuka kantor hukum sendiri. “Memang persaingan di kalangan pengacara itu ketat. Agar klien yakin dengan kemampuan kantor hukum kita, maka kita harus punya sumber daya manusia (SDM) yang unggul, dan harus terus melakukan inovasi serta selalu mengembangkan diri,” cetus Yosua yang merupakan menantu dari rohaniwan dan aktivis gereja, Ev. DR. (HC.) Ester Sijabat-Hutagalung, Ketua Umum PARKANSA. Ev. Ester pun dikenal pendoa syafaat bagi bangsa dan negara.
Saat berbicara soal penegakan hukum sekarang di Indonesia, kata Yosua, kita masih harus terus berjuang untuk menegakkan hukum di negeri ini agar benar-benar hukum sebagai panglima. “Sebagai advokat/pengacara Kristen, saya pun terpanggil untuk ikut menegakkan hukum di Indonesia, meskipun prosesnya panjang. Tapi kita harus terus berjuang sembari berdoa. Dan sekarang memang penegakan hukum sering dipengaruhi oleh kekuatan politik,” papar Yosua yang lahir di Jakarta pada 4 Juni 1986.
Berbicara mengenai peran media massa di tengah gereja dan masyarakat, Yosua berkomentar, “Kekuatan atau pengaruh media itu luar biasa di tengah gereja, masyarakat dan bangsa kita. Media bisa memberitakan fakta-fakta ke publik, sehingga masyarakat menjadi tahu. Sehingga media massa kita harapkan bisa mencerdaskan dan membuat publik semakin baik kehidupannya. Dan media pun bisa menghancurkan, karena berita-berita yang disajikan, sehingga kita mesti hati-hati pula menyikapi pemberitaan media massa. Orang-orang media itu berpengaruh luar biasa,” papar putra kedua pasangan Drs. Demak Tampubolon, M.M. dan Artaida Simanjuntak ini bijak.
Terkait dengan pelayanannya, pada 12 Desember 2016 tahun lalu, Keluarga Besar Tampubolon yang tergabung di PPRTB (Punguan Pomparan Raja Tampubolon dohot Boruna) se-Jabodetabek telah sukses mengadakan ibadah Natal di Sasono Lagen Budoyo TMII, Jakarta Timur, yang dihadiri sekitar 1.000 warganya. Ketika itu Yosua dipercaya sebagai ketua panitia. Bagi Yosua, ini merupakan panggilan pelayanan. Kebaktian Natal saat itu mengusung tema, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal 1:7), dan sub tema “Generasi Penerus Tampubolon Menjadi Manusia Berkualitas, Bermakna, Siap Bersaing dan Sukses Karena Takut akan Tuhan.”
Menurut Yosua, panggilan melayani di keluarga besar Tampubolon adalah sebuah kehormatan baginya, sehingga ia memberikan yang terbaik untuk acara tersebut, apalagi ibadah itu untuk memuliakan Tuhan. Berbicara soal Natal, “Bagi saya, pesan Natal adalah, Tuhan membawa damai sejahtera bagi dunia. Sehingga kita orang percaya harus menyebarkan kasih itu kepada sesama,” ujar anggota PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) ini.
“Dan dalam menghadapi Tahun Baru 2020, saya optimis menyambutnya dengan berdoa kepada Tuhan dan bekerja lebih baik. Dengan mengandalkan Tuhan, maka kita harus siap menyambut tahun baru. Banyak program kerja saya di tahun baru, dan saya berdoa agar Tuhan memberkati rencana kerja kami dan keluarga saya di Tahun Baru 2020 itu. Saya pun berharap agar bangsa kita ini jangan gampang dilanda konflik karena persoalan-persoalan agama, dan suku. Kita harus bangun persatuan dan kesatuan bangsa. Dan kedamaian bangsa ini perlu diupayakan supaya Indonesia sejahtera dan makmur,” pungkas pria gagah, rapih dan berpenampilan tenang ini.