Narwastu.id – Pada Selasa, 5 April 2016 mulai pukul 16 sampai 20.00 WIB, Pembina/Penasihat dan Pimpinan Majalah NARWASTU mengggelar temu kangen (reuni) terbatas bersama sejumlah “Tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU” di Restoran Handayani, Matraman, Jakarta Timur. Acara yang dimoderatori Pemimpin Umum/Pemred NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos ini diawali dengan renungan dan doa oleh Pembina/Penasihat NARWASTU, Pdt. DR. Nus Reimas.
Dalam renungan yang disampaikan Pdt. Nus Reimas yang dikutip dari Injil Markus 5:13-16 dikatakan, di tengah dunia ini kita harus bisa menjadi garam dan terang. Menurut Ketua Majelis Pertimbangan PGLII ini, saat kita memasuki era globalisasi, ada tiga sikap manusia yang menonjol, yakni egoistis, materialistis dan konsumerisme. “Ini sudah mewarnai seluruh dunia. Banyak sekarang orang rakus atau tamak, serta terjerat mamon. KPK sudah kita lihat di TV dan baca di koran hampir tiap hari mempertontonkan orang-orang tamak, karena terlibat korupsi,” kata Ketua Dewan Pembina LPMI ini.
Ormas-ormas Kristen, seperti PGI, PGLII, PGPI dan KWI terus membicarakan dan ikut menyampaikan seruan moral atas keadaan bangsa ini. “Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh Kristen pilihan NARWASTU, apa yang mau kita lakukan bagi bangsa ini. Tak kebetulan kalau bapak/ibu terpilih jadi tokoh pilihan NARWASTU. Apa sudah cukup setelah dapat penghargaan, lalu tak berbuat sesuatu bagi negeri ini. Tokoh kita Pak T.B. Simatupang pernah bilang, kita harus positif, kreatif, inovatif dan realistis dalam menyikapi keadaan bangsa ini. Ini tantangan yang perlu kita gumuli terus menerus ke depan,” katanya.
Seperti ditulis di Kitab Yesaya 6:8, kita harus siap diutus Tuhan untuk memuliakan namaNya. “Yang tak berarti bagi manusia bisa berarti bagi Tuhan. Mukjizat lima roti dan dua ikan sudah kita lihat, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa, padahal itu berasal dari anak kecil, namun diberkati Yesus. Juga mukjizat pertama dilakukan Yesus saat ada pernikahan di Kana, dan Yesus bekerjasama dengan pembantu, lalu terjadi mukjizat. Tokoh-tokoh Alkitab kita lihat, ada Ester yang pemberani dan dia takut Tuhan. Dia berdoa puasa untuk menyelamatkan bangsanya. Dia mempertaruhkan nyawa, dan Tuhan menyertai dia,” paparnya.
Maria yang melahirkan Yesus, imbuhnya, adalah seorang gadis desa yang punya moralitas tinggi. Dia dipakai Allah untuk melahirkan Yesus. Dia mengatakan, aku ini hanya seorang hamba, jadilah kehendak Tuhan atas diriku. “Semua bisa dipakai Tuhan sehingga punya nilai. Hidup ini akan bernilai kalau kita dipakai Tuhan untuk berbuat sesuatu untuk kemuliaanNya. Paulus yang dulunya pembunuh, lalu ia bertobat dan Tuhan memakainya. Demikian juga tokoh-tokoh NARWASTU yang hadir sekarang, kita reuni atau bersekutu, dan harus bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi gereja, masyarakat dan bangsa ini. Kita harus bisa jadi garam dan terang,” tukasnya.
Menurut Pdt. Nus Reimas, agar garam bermanfaat dan mampu mempengaruhi, maka ia harus cair. Dia akan mencegah pembusukan dan mengawetkan. “Presiden Jokowi dengan Revolusi Mental-nya harus kita dukung agar jangan terjadi pembusukan di negeri ini. Kemudian, terang, itu membuat semua clear atau jelas. Sekarang kita lihat di tengah bangsa ini ada pertarungan kebenaran dan kejahatan. Kita harus tiru teladan Yesus yang rendah hati, Dia mau melayani sampai mati di kayu salib. Dia berkorban untuk menyelamatkan manusia. Demikian juga tokoh-tokoh pilihan NARWASTU, harus mau berkorban untuk melakukan sesuatu bagi gereja dan masyarakat,” katanya.
Kemudian seusai renungan disampaikan, Jonro I. Munthe menerangkan, saat diadakan ibadah Natal-Tahun Baru 2016 keluarga besar NARWASTU pada 15 Januari 2016 lalu di Gedung LPMI, Jakarta Pusat, saat itu ada harapan dari Pak Nus Reimas agar tokoh-tokoh pilihan NARWASTU itu suatu saat bisa dikumpulkan atau mengadakan sebuah persekutuan. “Lalu gagasan Pak Nus Reimas ini disambut oleh Ibu Tilly Kasenda, Ibu Sterra Pietersz, Pak Marten Napang dan Pdt. Japarlin Marbun. Itulah embrionya kalau kita bisa ngumpul sekarang. Lalu apa yang akan kita lakukan, nanti kita dengarkan penjelasan Pak Marten Napang dan Ibu Sterra Pietersz,” terang Jonro.
Jonro menambahkan, ternyata kalau kita kilas balik ke belakang, pemilihan tokoh Kristiani pilihan NARWASTU yang sudah dilakukan sejak 1999 lalu pasca reformasi bergulir, ternyata tokoh-tokoh pilihan NARWASTU sudah ada 12 angkatan (1999, 2003, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015). Dan kalau ditotal jumlah tokohnya ada 200-an orang. “Ini cukup banyak, separuh dari 200 saja bisa bersatu, itu luar biasa. Dalam acara kita di tempat ini, memang hanya 20-an yang kita undang, kita batasi agar lebih fokus kita bicarakan pembentukannya,” terang lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta, ini.
Jonro Munthe bersama Pembina/Penasihat, Pdt. Nus Reimas, Bertha Saragih dan John Panggabean menyerahkan agar para tokoh pilihan NARWASTU itu bisa menentukan, apakah namanya dibuat: Forum Tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU, Forum Cendekiawan Pilihan NARWASTU, Persekutuan Tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU, Forum Komunikasi NARWASTU (Forsinar) dan lain-lain. Jonro juga menegaskan, kalau ada isu di luar yang menyebut gagasan ini mau membentuk organisasi tandingan bagi ormas Kristen tertentu, “Itu terlalu mengada-ada. Tak ada pikiran kami yang sempit membuat tandingan. Tokoh-tokoh ini murni dan tulus melayani, karena mereka tak hanya dari kalangan Protestan, tapi juga Katolik. Dan latar belakangnya pun ada jenderal purnawirawan, anggota dewan, pengacara, pengusaha, pimpinan gereja, profesional, pimpinan parpol, aktivis LSM, praktisi media, akademisi dan aktivis gereja,” paparnya.
Selanjutnya atas usul tokoh Katolik yang cukup dikenal dan juga seorang pengusaha Yohanes Handoyo Budhisedjati (Ketua I Forum Masyarakat Katolik Indonesia/FMKI Keuskupan Agung Jakarta/KAJ), disepakati nama forumnya: Forum Komunikasi (Forkom) NARWASTU. Dan pertemuan ini dihadiri lebih dari 20 tokoh, seperti Pdt. Dr. Ruyandi Hutasoit (Ketua dewan Pembina PDS), Prof. Marten Napang, Laksma TNI (Purn.) Bonar Simangunsong (Ketua Umum DPP MUKI), dan Said Damanik S.H., M.H. (Sekretaris Dewan Kehormatan DPN PERADI). Dan disepakati dibuat group WA (WhatsApp) bagi tokoh-tokoh ini yang dikoordinir oleh Albert Siagian sebagai admin. WA dimaksudkan agar terjalin komunikasi dan tukar informasi di antara para tokoh.
Juga hadir Sterra Pietersz S.H., M.H., Dr. Daniel Yusmick, S.H., John S.E. Panggabean S.H., M.H., Drs. S. Leo Batubara (tokoh pers), Yohanes Handoyo Budhisedjati S.H., Pdt. DR. Anna Nenoharan (Ketua Sinode GEKINDO), Anton Zagota (Ketua DPD KIRA Banten), DR. Tema Adiputera, Pdt. Marihot Siahaan, S.Th (Sekretaris Umum FKKJ), Ir. Albert Siagian, Natalis Situmorang, St. Bertha Saragih, S.PAK (mantan anggota DPR-RI), Dr. Antie Solaiman (Dosen UKI, Jakarta), Drs. Yosef Ariwibowo, Pdt. Wilfred Soplantila, Tina Purba, S.E., M.Si (Ketua Komisi Wanita PGI Wilayah DKI Jakarta) serta sejumlah tokoh muda.
Pertemuan ini pun diisi dengan diskusi (curah pendapat) tentang masalah gereja dan kondisi Indonesia terkini dan pembentukan “Forum Komunikasi (Forkom) NARWASTU” serta pemilihan pengurusnya. Wadah ini akan dijadikan sebagai forum silaturahmi, komunikasi dan wadah pemberdayaan (pencerdasan) bagi umat lewat diskusi atau seminar. Dan telah dibentuk pula pokja (kelompok kerja) untuk mengasuh Forkom NARWASTU. Pengasuh atau Pokja Forkom NARWASTU ini, yakni Prof. Marten Napang (Koordinator/Ketua, yang merupakan advokat senior dan Guru Besar di Universitas Hasanuddin, Makassar), Sterra Pietersz (Sekretaris, mantan anggota DPR-RI PDIP dan mantan Sekretaris Umum DPP PIKI), dan John Panggabean (Bendahara, advokat senior dan Ketua MAPPHI).
Anggota Pokja Forkom NARWASTU: Albert Siagian (mantan Sekretaris Umum DPP GAMKI), Natalis Situmorang (mantan Ketua Umum PP Pemuda Katolik), Tema Adiputra (wartawan senior), Pdt. Wilfred Soplantila (pengurus LPMI/PGLII), Drs. Yosef Ariwibowo (mantan Ketua DPP KNPI) dan Daniel Yusmick (Pakar hukum dari Universitas Katolik Atmadjaya, Jakarta). Mereka dipilih secara aklamasi dan didoakan oleh Pdt. Nus Reimas agar bisa mengembangkan Forkom NARWASTU dengan mengajak alumni Tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU yang sudah ada 12 angkatan sejak tahun 1999 lalu.
Pdt. Nus Reimas yang menunjuk pengurus Forkom NARWASTU mengatakan, tak usah khawatir pimpinan NARWASTU Jonro I. Munthe yang selama ini sebagai penggagas pemilihan tokoh-tokoh akan terus berada di belakang untuk mengundang para alumni tokoh Kristen tahun-tahun lalu agar ikut bergabung. Prof. Marten Napang mengatakan, ketika kita berhimpun seperti sekarang memang kita harus bisa memberikan sesuatu kontribusi bagi gereja, masyarakat dan bangsa ini. “Apakah itu bentuk pemikiran yang akan didiskusikan atau dipublikasikan atau solusi atas persoalan bangsa kita,” terang pria yang pernah menjadi dosen dari mantan Ketua KPK Dr. Abraham Samad di Universitas Hasanuddin itu.
Sedangkan Sterra Pietersz mengatakan, “Saat ada ide Pak Nus Reimas yang kita tangkap, lalu kita bisa ngumpul seperti sekarang, tujuan kita hanya ingin melayani dan memuliakan Tuhan. Sepanjang untuk memuliakan Tuhan kita akan berkomitmen. Kalau kita bisa berkumpul, bersatu dan berkomitmen sebagai tokoh-tokoh Kristiani pilihan NARWASTU, itu luar biasa. Kalau 100 atau 50 orang saja berkumpul, itu dampaknya akan terasa. Saya tidak ada urusan dengan orang yang bilang, ada upaya membuat organisasi tandingan. Ini yang mengumpulkan NARWASTU, dan kita bangga ada media yang eksis dan diakui tokoh-tokoh Kristen seperti NARWASTU bisa menghimpun tokoh-tokoh,” ujar perempuan yang dikenal tegas itu.
Pdt. Marihot Siahaan dan Pdt. Anna Nenoharan mengatakan, seperti yang dikatakan Pak Nus Reimas, memang kita harus bisa menjadi garam dan terang di tengah bangsa ini. “Namun kita harus punya konsistensi dan komitmen untuk itu,” ujar Pdt. Marihot. Pdt. Anna Nenoharan mengatakan, garam dan terang tidak bicara, namun dampaknya luar biasa. “Kita harus melihat keadaan negeri ini sekarang, bahaya narkoba begitu luar biasa, termasuk di kantor-kantong Kristen. Kita harus banyak berdoa agar bangsa ini jangan jadi budak narkoba. Apa kita mau melihat anak cucu kita jadi korban narkoba. Sehingga kita harus berbuat sesuatu,” paparnya.
Pdt. Anna menerangkan, sebagai orang misi yang sering bepergian ke pedalaman ia melihat banyak anak-anak bangsa ini yang belum terjangkau oleh pendidikan. Mereka tak bisa membaca dan menulis, lalu bagaimana mereka mau membaca Alkitab atau Firman Tuhan. Ada suku-suku terasing yang perlu juga kita perhatikan. Juga ada hal yang menyedihkan sekarang, ada tokoh gereja, pimpinan STT yang terlibat perzinahan dan perceraian. Mereka tidak lagi memberikan contoh kepada generasi muda, dan itu orang-orang Kristen yang harus diminta bertobat. “Jadi masalah moral, pendidikan, bahaya narkoba harus kita perhatikan. Dan tokoh-tokoh Kristen pilihan NARWASTU harus ikut memikirkan masalah itu,” tegasnya.
Sedangkan Bonar Simangunsong dan Pdt. Ruyandi Hutasoit sepakat mengatakan, sebuah forum untuk berdiskusi dan bertukar informasi itu sangat penting. “Tokoh-tokoh Kristen dengan keadaan bangsa sekarang harus bergerak. Sekarang kita lihat stamina juang generasi muda kita sudah loyo, minat baca dan kemauan untuk berdiskusi tentang persoalan gereja dan bangsa tidak lagi diminati. Sekarang generasi muda cenderung instant. Sifat kejuangan bagi kaum muda Kristen harus terus ditumbuhkan. Dan tokoh-tokoh Kristen memang harus bersatu,” ujar Bonar.
Said Damanik juga menuturkan, sangat bagus wadah seperti yang digagas tokoh-tokoh pilihan NARWASTU ini. “Banyak persoalan serius di negara kita sekarang yang perlu dipikirkan dan dicari solusinya oleh para tokoh, termasuk tokoh Kristen. Bahaya narkoba yang melanda anak-anak muda sekarang begitu mengkhawatirkan. Termasuk persoalan perceraian, banyak orang Kristen yang saya amati melakukan gugatan cerai, dan ini jadi masalah hukum yang serius, karena saya pengacara tahu soal itu. Lalu apa yang akan kita lakukan menyikapi keadaan itu. Lalu anak-anak muda sekarang inginnya hanya main media sosial (medsos) atau gadget, dan yang dilihat gambar-gambar aneh yang membuat kita prihatin. Jadi forum tokoh-tokoh NARWASTU perlu memikirkan masalah-masalah itu,” terangnya.
Leo Batubara juga menegaskan, pengaruh media massa saat ini luar biasa di dalam membentuk karakter orang. “Sehingga dengan adanya forum tokoh-tokoh Kristiani yang dibuat NARWASTU, kita bisa sharing. Melalui forum seperti ini juga anak-anak muda perlu diberi pencerahan tentang Bhinneka Tunggal Ika. Diskusi seperti ini, entah diadakan sekali sebulan atau sekali dua bulan, dan ada iuran anggota itu bagus,” ujarnya. Natalis Situmorang pun mengatakan, dengan adanya forum seperti ini, selain ada jalinan silaturahmi, kita pun jadi sehat mengikutinya dan bertambah rezeki kita. “Sehingga harus kita dukung forum tokoh-tokoh Kristiani pilihan NARWASTU ini,” tukas mantan Wakil Sekjen DPP Partai Hanura ini.
Antie Soelaiman, Bertha Saragih dan Yohanes Handoyo juga sangat mendukung pembentukan forum ini. Juga Anton Zagota, Tema Adiputera dan Albert Siagian menegaskan, isu-isu hangat yang terjadi di negeri ini perlu di-sharing-kan bersama. “Bahkan, forum seperti ini tidak hanya diadakan untuk berdiskusi, tapi juga bisa dipakai untuk berdoa bersama sembari sarapan pagi atau makan siang bersama, lalu undang pemimpin bangsa untuk hadir. Kita harus punya beban untuk memperbaiki keadaan bangsa ini, dan itu harus dimulai dari forum,” ujarnya.
Senada dengan itu, John Panggabean mengatakan, betapa indahnya hidup ini kalau tokoh-tokoh Kristen, seperti yang dipilih NARWASTU bisa bersatu dan berbuat sesuatu yang punya arti bagi masyarakat dan bangsa. “Saya kebetulan juga Ketua Marga Panggabean se-Jabodetabek, dan dalam sehari bisa melayat orang meninggal tiga kali. Saya merasa bahwa hidup kita ini harus bermanfaat bagi sesama dan bisa memuliakan Tuhan. Banyak masalah moral, masalah narkoba dan masalah teknologi komunikasi yang patut kita waspadai. Kita sebagai tokoh Kristen harus berbuat sesuatu untuk itu. Dan kita dukung pembentukan forum ini bersama Majalah NARWASTU,” tegas pengacara handal dan mantan Wakil Sekjen DPN PERADI ini. KT