Diskusi FORKOM NARWASTU Bersama Ketua Komite II DPD-RI

64
Para peserta diskusi, pembicara dan moderator diabadikan di acara FORKOM NARWASTU di Graha Bethel, Jakarta Pusat.

Pada Kamis malam, 14 Desember 2017 lalu di Graha Bethel, Jakarta Pusat, kembali FORKOM NARWASTU (Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU) menggelar diskusi terbatas. Acara diawali dengan kebaktian, lalu makan malam, selanjutnya diskusi dengan topik “Refleksi Bidang Politik, Hukum, Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan di Tahun 2017 serta Menyikapi Tantangan di Tahun 2018-2018.” Diskusi yang terasa dinamis, menarik dan antusias ini dimoderatori Ir. Albert Siagian, M.M. (Anggota pengurus FORKOM NARWASTU dan mantan Sekretaris Umum DPP GAMKI).

Pembicara dalam diskusi ini Parlindungan Purba, S.H., M.M. (Tokoh nasionalis dan Ketua Komite II DPD-RI serta anggota FORKOM NARWASTU), Sterra Pieters, S.H., M.H. (Mantan anggota DPR-RI PDIP, pemerhati sosial politik dan hukum serta mantan Sekjen DPP PIKI dan Sekretaris FORKOM NARWASTU) dan Prof. Dr. Marten Napang, S.H., M.H., M.Si (Pakar hukum dan demokrasi serta advokat/pengacara dan Ketua FORKOM NARWASTU).

Dan pengkhotbah dalam kebaktian Pdt. DR. Anna Nenoharan, M.Th (salah satu Penasihat Majalah NARWASTU), dan doa penutup Pdt. M. Tomana, M.Th (Ketua Sinode Gereja Sahabat di Indonesia). Dalam renungan yang disampaikan Pdt. Anna yang juga Ketua Sinode GEKINDO disampaikan bahwa situasi sosial, politik dan hukum di Indonesia di akhir tahun 2017 begitu carut marut. Lalu bagaimana kita umat Kristen menyikapi keadaan ini. Mengutip 1 Petrus 2:18-23 Pdt. Anna menegaskan, kita harus mengikuti teladan Yesus saat Dia menderita. Orang Kristen, katanya, harus setia dan taat hukum serta harus terus mengasihi. Sekalipun kita dijahati kita harus tetap berbuat baik. Kejahatan mesti dilawan dengan kebaikan. Ahok saja yang sudah berbuat baik bisa masuk penjara.

“Dalam hidup ini kita harus belajar dari teladan Yesus. Kita mesti lambat berkata-kata sekalipun kita dicaci-maki. Kita harus terus menyatakan kasih serta mampu menjadi garam dan terang. Semakin keras dan berat masalah yang kita hadapi, maka kita mesti harus semakin lembut,” ujar Pdt. Anna Nenoharan.

Para pembicara dan moderator: Ir. Albert Siagian, M.M., Parlindungan Purba, S.H., M.M., Sterra Pietersz, S.H., M.H. dan Prof. Dr. Marten Napang, S.H., M.H., M.Si.

Menurut Pdt. Anna lagi, dalam kehidupan di tengah bangsa ini kita jangan gampang marah dan sering ketakutan. “Saat kita merayakan Natal pada Desember ini, pesan Tuhan kepada kita adalah jangan takut. Jadi kita pun jangan takut menyikapi keadaan bangsa ini. Ditulis di Ibrani 7:22 bahwa Yesus adalah jaminan hidup kita. Rambut di kepala kita diketahui Tuhan, dan tak akan jatuh kalau Tuhan tak menghendakinya,” cetus Hamba Tuhan yang termasuk dalam “20 Tokoh Kristiani 2010 Pilihan Majalah NARWASTU” ini.

Menurut Pdt. Anna, ada cerita saat Yesus berlayar bersama murid-murid di danau dan Dia tidur di buritan, lalu muncul badai dan gelombang. Namun saat murid-murid ketakutan Yesus tampil meneduhkan badai itu. Itu artinya, dalam hidup ini Yesus yang mengendalikan hidup kita. Kalau kita ada masalah, kalau ada masalah atau saat kita sakit datanglah kepada Yesus, maka Dia yang akan memberikan kelegaan.

Parlindungan Purba yang sudah tiga periode menjabat sebagai anggota DPD-RI itu mengatakan, keberadaan DPD di negeri ini akan terus mendukung KPK untuk memberantas korupsi di negeri ini. Meskipun pernah ada pimpinan DPD berurusan dengan KPK kita terus mendukung. Lalu soal dinamika politik di negeri ini, kata Parlindungan yang merupakan pemuka Katolik di Sumut, mengatakan, kita banyak belajar dari Pilkada DKI Jakarta yang begitu menyedot perhatian rakyat Indonesia. “Andai saja dulu Ahok tak salah bicara sebenarnya Ahok bisa menyelesaikan semuanya (cepat menang),” katanya.

Bicara soal Pilkada Serentak 2018, Parlindungan Purba menerangkan, seperti disampaikan Pak Presiden Joko Widodo para pengusaha atau pelaku bisnis tak usah terlalu khawatir, karena hampir tiap hari pilkada diadakan di Indonesia. Di tahun 2018, prospek bisnis lumayan bagus, termasuk transportasi, telekomunikasi dan pariwisata, seperti di Sumatera Utara cukup bagus. “Dengan adanya Bandara Silangit di Siborongborong itu memudahkan orang untuk berkunjung ke Danau Toba,” ujar tokoh Forum Masyarakat Katolik Indonesia di Medan ini.

Bicara soal politik dan pemimpin di Indonesia saat ini, kata Parlindungan, sesungguhnya itu bicara figur. “Politisi mesti punya uang yang cukup dan mesti mampu mengumpulkan banyak orang agar dia dipilih. Politisi hebat itu adalah yang bisa mempengaruhi banyak orang sekalipun dia tak punya dana. Namun uang bukanlah segalanya. Dan bicara soal pengikut dalam politik, yang punya pengikut riil sesungguhnya adalah gereja di kalangan umat Kristen. Sehingga sangat dibutuhkan peran gembala di dalam membina politisi gereja agar berperan dengan baik dan benar,” tegasnya.

Sementara Prof. Marten Napang saat berbicara menerangkan, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi di Indonesia sekarang cukup memberi harapan. Apalagi penerintah dan aparat hukum pun cukup tegas menindak pengedar narkoba, bahaya terorisme dan radikalisme. Meskipun sempat kita lihat aksi kontra terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyatakan Yerusalem ibukota Israel. “Itu semua dinamika politik,” katanya.

Sterra Pietersz pun berpendapat, kalau kita bicara refleksi hukum dan politik, maka perlu dipertanyakan apakah penegakan huhukum di tahun 2017 sudah lebih baik dari tahun 2016 lalu. “Hukum, politik dan ekonomi itu tak bisa dipisahkan. Produk hukum itu lahir dari kekuasaan, makanya ada muncul intervensi politik. Yang menarik kita lihat sekarang justru orang-orang politik yang sering ditangani penegak hukum. Ada saat ini politisi atau pejabat terlibat korupsi, dan itu berurusan dengan penegak hukum,” paparnya.

Untuk menegakkan hukum agar lebih baik, imbuh Sterra, perlu moral dalam penegakan hukum, dan itu membutuhkan waktu yang lama. “Di tahun 2018 kita berharap agar TNI dan Polri bisa bersinergi menjaga ketertiban dan keamanan di negeri ini. Dan sebagai orang yang percaya kepada Kristus kita harus yakin dan percaya serta berjuang dengan iman dan doa, bahwa Tahun Baru 2018 harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tegas Sterra Pietersz yang mantan aktivis GMKI dan bekas aktivis Gerakan Pemuda GPIB.

Dalam diskusi yang berlangsung dinamis dan menarik ini, tak ketinggalan peserta ikut memberikan pendapat dan komentarnya, seperti Said Damanik, S.H., M.H., Pdt. Dr. Jerry Rumahlatu, Nikson Gans Lalu, S.H., M.H., Pdt. M. Tomana, M.Th dan Santiamer Silalahi. Mereka mengapresiasi pemikiran para pembicara yang terasa bernas dan peduli terhadap petsoalan gereja, masyarakat dan bangsa.

Dalam acara ini MC atau pembawa acara, yakni DR. Tema Adiputra Harefa (Akademisi, rohaniwan dan anggota pengurus FORKOM NARWASTU). Dan sambutan di awal acara disampaikan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, dan sekaligus menyampaikan Selamat Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 kepada peserta diskusi FORKOM NARWASTU. TM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here