Narwastu.id – Sepanjang tahun 2009 ini, banyak peristiwa penting yang terjadi di tengah gereja, masyarakat dan negeri tercinta ini. Mulai dari Pemilihan Legislatif 2009, kampanye politisi yang cukup marak, Pemilihan Presiden 2009, bencana alam, pemilihan pimpinan gereja, penutupan sejumlah gereja, penangkapan sejumlah koruptor, sikap amoral tokoh-tokoh terkenal, krisis ekonomi, penyalahgunaan wewenang oleh oknum penguasa, penumpasan terorisme, penahanan tokoh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), maraknya peredaran narkoba sampai isu kiamat tahun 2012.
Bila kita menoleh sejenak ke belakang, muncul pertanyaan: Apa saja peran kader-kader gereja selama setahun itu di tengah pergumulan bangsa ini? Dilatarbelakangi itulah, maka setiap akhir tahun, termasuk pada akhir tahun 2009 ini, NARWASTU menampilkan “20 Tokoh Kristiani Pembuat Berita” tentu versi NARWASTU. Menampilkan 20 tokoh memang sudah menjadi tradisi kami setiap akhir tahun.
Figur yang kami tampilkan itu sejak dulu, ada yang berlatar belakang pendeta, tokoh lintas agama, pengusaha, pengacara, dosen, pejuang HAM, aktivis ormas, aktivis LSM dan politisi (Catatan: Kami menghindari agar orang yang termasuk dalam struktur penasihat atau pengasuh NARWASTU tidak masuk dalam tokoh yang terpilih ini. Kami menghindari kesan subjektif dari pembaca. Juga kami prioritaskan tokoh-tokoh yang pernah tampil di majalah kesayangan kita ini).
Sejak dulu kriteria yang kami gunakan untuk memposisikan mereka sebagai “Tokoh Kristiani Pembuat Berita”, pertama, ia mesti populer dalam arti yang positif. Kedua, ia mesti peduli pada kebersamaan di tengah gereja, peduli pada penegakan keadilan, kebenaran dan HAM di tengah masyarakat, serta aktif dalam menjalin kerukunan umat beragama. Singkatnya, si tokoh harus seorang nasionalis dan menghargai kemajemukan di negeri ini.
Ketiga, sang tokoh mesti kerap menjadi perbincangan dan membuat berita (news maker) di media massa sepanjang tahun 2009. Apakah itu dengan gagasannya yang orisinil, inovatif, kreatif atau kontroversial. Atau, karena perjuangannya yang konsisten dan bisa dirasakan kehadirannya oleh warga gereja dan masyarakat.
Sekadar tahu, ketika kami akan menetapkan tokoh-tokoh yang tampil ini, kami terlebih dahulu meminta pendapat atau masukan dari sejumlah rekan-rekan jurnalis, pemimpin gereja, tokoh ormas dan politisi Kristiani tentang sepak terjang si tokoh yang akan ditampilkan. Setelah itu, kami mendiskusikannya di forum redaksi.
Tak heran, kalau di tengah redaksi dan penasihat majalah ini kerap terjadi perdebatan tentang figur seorang tokoh yang akan ditampilkan. Perlu juga diketahui, untuk memposisikan mereka sebagai “Tokoh Kristiani Pembuat Berita Sepanjang 2009”, tentu saja tidak segampang membalikkan telapak tangan. Sebab, kiprah mereka mesti kami ikuti pula lewat publikasi mereka di media massa, baik media Kristiani maupun media nasional.
Dalam edisi khusus kali ini figur yang kami tampilkan ada 20 tokoh, yang sudah diseleksi dari 115 nama yang terjaring secara ketat oleh redaksi NARWASTU sejak awal Oktober 2009 lalu, yaitu Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Letjen TNI (Purn.) HBL Mantiri (Mantan Ketua Umum KMUKI), Ir. Robert Robianto (Ketua BPK Penabur DKI Jakarta), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Mantan Anggota DPR-RI), Dr. H.P. Panggabean, S.H., M.S. (Mantan Hakim Agung RI), Pdt. Michael Lumanauw, S.Th (Wakil Ketua Umum DPP PKDI), Drs. Sahrianta Tarigan, M.A. (Politisi) dan Jeirry Sumampouw, S.Th (Koordinator Nasional TePI)
Lalu, Drs. Arisman Zagoto (Mantan anggota DPR-RI), Pdt. Alma Shephard Supit (Gembala Sidang Gereja Rakyat), Ir. Gabarel Sinaga (Ketua DPP GAMKI), Said Damanik, S.H., M.H. (Pengacara), Dra. Betty Julinar Sitorus (Penatua HKBP Cinere), Pdt. Yerry E. Tawalujan, M.Th. (Sekjen Bless Indonesia 2020), Siti Ame Tobing Silitonga, S.E. (Aktivis gereja), Jackson A.W. Kumaat (Politisi muda), Pdt. Dr. Matheus Mangentang (Rektor STT SETIA), Ir. Basuki Tjahaya Purnama, M.M. (Anggota DPR-RI), dan Pdt. Emmy Sahertian, M.Th (Aktivis LSM).
Mungkin saja Anda sebagai pembaca setia media ini menilai, bahwa pemilihan para tokoh ini amat subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang kami angkat pada nomor kali ini punya kelemahan, karena mereka bukan manusia suci, dan bukan pula malaikat. NARWASTU menampilkan profil ke-20 tokoh Kristiani yang terpilih ini sebagai wujud apresiasi kami atas kiprah mereka sepanjang tahun 2009 di tengah gereja, masyarakat dan bangsa.
Ketua Persekutuan Wartawan Media Kristiani (PERWAMKI), Robi Robert Repi yang juga wartawan majalah Bahana, pernah mengomentari tokoh-tokoh yang ditampilkan NARWASTU. “NARWASTU memang media yang berani tampil beda, dan cerdas dalam menampilkan tokoh-tokoh Kristiani. Ini yang tak dimiliki media Kristiani lain,” ujarnya suatu ketika. Bagi kami, komentar tersebut cukup positif. Dan kami berharap di masa-masa mendatang akan muncul lagi tokoh-tokoh Kristiani pembuat berita di negeri tercinta ini. Selamat menyimak.
Mantan Kasum TNI yang Kini Telah Berkhotbah
Dia adalah mantan petinggi TNI yang peduli pada persoalan gereja, masyarakat dan bangsa. Letjen TNI (Purn.) Herman B. Leopold Mantiri, lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 11 September 1936. Mantiri yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komite Musyawarah Umat Kristiani Indonesia (KMUKI), pernah pula dipercaya sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) TNI. Dia juga mantan Pangdam Udayana dan bekas Duta Besar Indonesia untuk Singapura.
Sejak pensiun dari jabatan pemerintahan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas gereja. Misalnya, ia memimpin Full Gospel Businessman Fellowship International, dan penasihat Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII). Suami tercinta almarhumah Ongke H. Elia yang giat melayani di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA), Bogor, ini belakangan ikut membangkitkan harian sore Sinar Harapan yang pernah dibreidel penguasa Orde Baru.
Kini, ia salah satu tokoh penting di Sinar Harapan. Koran ini pun kerap menyuarakan persoalan-persoalan warga gereja. Melalui KMUKI, ia kerap memfasilitasi tokoh Kristiani, baik yang berlatar belakang pemimpin gereja, pengusaha, politisi dan tokoh ormas untuk membicarakan persoalan-persoalan yang menyangkut eksistensi warga gereja di tengah bangsa ini. Misalnya, soal upaya sekelompok Muslim yang ingin menggolkan Syariat Islam dan mengkritisi Perda (Peraturan Daerah)-Perda bernuansa agama yang mulai diberlakukan di beberapa daerah.
Saat memimpin KMUKI, bersama Cornelius D. Ronowidjojo (Sekjen KMUKI dan Ketua Umum DPP PIKI) ia pernah berupaya mendorong partai-partai Kristen agar bersatu dalam menghadapi Pemilu 2004. Menurutnya, warga gereja perlu membangun kebersamaan untuk membangun bangsa ini. Sejak tahun 2002 lalu ia sudah memfasilitasi pertemuan pimpinan parpol-parpol Kristiani, seperti PDKB (Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu), PDKB Indonesia, Parkindo 1945, PKDI, Parkindo 1945 dan Partai Anugerah Demokrat agar bisa bersatu. Namun upayanya itu belum berhasil.
Ketua Badan Penasihat DPP PDS, Laksma TNI (Purn.) Drs. Ir. Bonar Simangunsong, M.Sc, mengatakan, melihat ketokohannya yang juga seorang nasionalis, maka Mantiri layak didukung untuk memimpin sebuah partai Kristiani yang kuat. Ketua Umum PGLII, Pdt. DR. Nus Reimas juga mengakui Mantiri seorang jenderal purnawirawan yang langka. Terlebih, kata Pdt. Nus Reimas, Mantiri sudah sering berkhotbah di gereja. “Jadi Pak Mantiri memakai hidupnya untuk menyampaikan Injil,” kata Pdt. Nus Reimas yang juga Penasihat majalah NARWASTU Pembaruan.
Di masa mudanya Mantiri pernah menjadi Ketua Pemuda GSJA Jalan Kamboja 50, Bogor. Dia pun kerap menyampaikan firman Tuhan di gerejanya. Saat itulah calon mertuanya mulai simpati melihat dirinya. “Calon mertua mendorong saya untuk menjadi seorang pendeta. Saya diminta masuk STT Jakarta, dan saya iyakan,” ujarnya seperti dikutip tabloid Mitra Indonesia. Saat Mantiri mengiyakan untuk masuk STT Jakarta, sebelumnya ia sudah melamar ke Akademi Militer Nasional (AMN). Bahkan, ia telah mengikuti tes. Akhirnya, Mantiri diterima di AMN pada 1959.
“Saya sangat berterima kasih kepada Tuhan, karena calon mertua tidak marah waktu mengetahui saya sudah masuk AMN. Sebaliknya pada saat itu calon mertua mengganti nama saya dengan panggilan, Jenderal,” kenangnya. Lantaran dikenal seorang penganut Kristen yang saleh, Mantiri pun kerap dipanggil pendeta. “Soal agama, saya berani lantang, saya tidak pernah takut dengan perjalanan karier.” Kata Mantiri, kariernya bisa cemerlang di TNI, karena Tuhan melihat dirinya berani mengaku sebagai seorang Kristen.
Menurut Mantiri, dalam hidup ini mesti ada keseimbangan. Artinya, ada keseimbangan setia kepada Tuhan dan bekerja dengan keras maka akan lahir sebuah kesuksesan. “Kalau mau berhasil, kata orang tua saya, kita harus jujur, setia kepada Tuhan, setia kepada negara dan setia kepada institusi di mana kita berada.” Karena dinilai tokoh yang punya jiwa kepemimpinan, disiplin dan peduli pada umat Kristiani, menjelang pelaksanaan Sidang Raya XV PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) pada November 2009 lalu, nama Mantiri pun dijagokan sejumlah aktivis gereja sebagai calon Ketua Umum PGI.
Mengomentari dukungan terhadap dirinya itu, Mantiri mengatakan, “Mau pilih saya silakan, tidak memilih pun tidak apa-apa. Saya hanya bersyukur kepada Tuhan. Saya berpegang pada ayat emas dalam 1 Tesalonika 5:18, mengucap syukurlah dalam segala hal. Saya akan tetap bersyukur walau menerima kekalahan dan kegagalan.” Seperti dikutip majalah Gaharu, Letjen TNI (Purn.) T.B. Silalahi juga mengakui HBL Mantiri seorang pensiunan militer yang cukup bagus, dan layak jadi pemimpin PGI.
Menurut T.B. Silalahi yang juga Penasihat Presiden SBY di Bidang Pertahanan dan Keamanan, seorang jenderal yang bisa jadi pendeta itu adalah figur yang hebat. “Saya mendengar HBL Mantiri sudah jadi pendeta, dan saya salut padanya. Menurut saya, integritasnya bagus, usia pun tidak masalah. Karena makin tua, kan akan semakin bijak ha…ha,” ujarnya tentang HBL Mantiri yang mantan Calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DKI Jakarta di Pemilu 2004 lalu itu. FG