Narwastu.id – Masyarakat di Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut) sudah terbuka menyikapi fenomena politik di daerahnya. Makanya saat muncul baru-baru ini calon tunggal di pemilihan kepala daerah (Pilkada) kabupaten itu, masyarakat di daerah itu bereaksi. Bahkan, sejumlah tokoh masyarakat Humbahas di Jakarta sampai membuat jumpa pers di sebuah rumah makan Batak (lapo) atas masalah, yang dianggap sebagai pembodohan politik itu.
Dan pada medio September 2020 lalu, medanbisnisdaily.com juga menulis, Pilkada Humbahas 2020 dipastikan hanya diikuti satu pasangan calon, yaitu petahana Dosmar Banjarnahor-Oloan Paniaran Nababan yang diusung oleh PDIP, Partai Demokrat, Partai Hanura, Partai Gerindra, Partai NasDem dan Partai Golkar. Dan calon tunggal ini akan melawan kolom atau kotak kosong.
Sejumlah tokoh masyarakat Humbahas menilai pilkada yang hanya diikuti satu pasangan calon (calon tunggal) merupakan pencideraan demokrasi. Dan mereka siap bergerak untuk mengkampanyekan gerakan memenangkan kotak kosong.
Dan dukungan untuk gerakan kotak kosong ini salah satunya datang dari tokoh pemrakarsa pembentukan Kabupaten Humbahas, Warluy Simamora. Menurutnya, gerakan mengkampanyekan kotak kosong adalah perwujudan aspirasi masyarakat Humbahas. “Saya sebagai warga negara sangat kecewa, ini tidak sehat untuk demokrasi. Saya akan mengkampanyekan agar masyarakat memilih kotak kosong,” tukasnya di Posko Relawan Pemenangan Kotak Kosong, Jalan Merdeka, Dolok Sanggul, pada Selasa, 16 September 2020 lalu.
Pemuka masyarakat lainnya, Mangupar Simanullang, memiliki pandangan serupa. Bahkan, dia menilai kondisi saat ini seolah-olah kekuasaan itu di tangan partai. “Demokrasi itu adalah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Bagaimana lahir seorang pemimpin kalau sudah ditentukan dari atas. Mudah-mudahan masyarakat Humbahas semakin mengerti hak dan kewajibannya dan mau berjuang bersama relawan pemenangan kotak kosong,” ujarnya. Hal senada diungkapkan, Herianto Purba (Ketua Generasi Muda Toga Purba Bona Pasogit). Menurutnya, pilkada dengan calon tunggal sangat tidak sehat, sebab hampir seluruh partai politik mendukung satu pasangan calon.
“Kita harus bergerak. Ini bukan kampanye Golput, tetapi perlawanan terhadap oligarki. Jadi kotak kosong itu sebagai koreksi,” katanya. Dari pengamatan Majalah NARWASTU, ada dua pasangan calon yang rontok di tengah jalan, karena tak didukung partai politik, yakni Harry Marbun (Ketua DPC Partai Golkar Humbahas) dan pasangannya, serta Baginda Lumban Gaol (Mantan Kajati Kalimantan Barat) dan pasangannya. Disebut-sebut ada dua tokoh politik di Jakarta dari parpol besar yang ikut bermain di pilkada Humbahas, sehingga dukungan mengerucut hanya pada petahana. Santer disebut-sebut kedua orang berpengaruh itu punya kepentingan pragmatis dari petahana. Dan mereka pun melobi pimpinan parpol di Jakarta, sehingga sang petahana dapat dukungan yang amat signifikan. Dan Harry Marbun dan Baginda Lumban Gaol pun gigit jari. HK